15. CINTA ITU PRANK DI LUAR NURUL

36 6 0
                                    

"Cinta itu prank terhebat yang pernah aku temui. Jika Anda menjumpai kalimat, 'di luar nurul', ya itulah salah satu ungkapan dari cinta."

-Tyo Rini-

"Mulut aku udah keceplosan!" sahutku.

"Parah-parah wkwk, atau mau coba kita selidiki?" tanya Ni'ma.

"Boleh-boleh, tapi kalau hasilnya nihil yaaaa bikin atiku merot, Tod." Aku mencebikkan bibir.

"Hehe, itu namanya konsekuensi. Berani mencintai, yo kedah wani sakit hati." Alfi menepuk-nepuk pundakku.

"Huaaaa, si bucin!"

Berat sekali kalimat dari Alfi. Baru saja hatiku merasa damai, aman, sejahtera mengurus perkara cinta. Sekarang nerveos akut, tetapi tidak ada salahnya kalau dicoba. Memang cinta itu luas, bisa diartikan manis, bisa juga diartikan sesuatu yang penuh TTS.

***

"Gus Afif, niki berkas yang diminta. Laporan statististik kesehatan bulan ini," kata Ni'ma.

"Loh, kenapa begini? Saya kan sudah bilang, jangan dibuat kolom!" serunya.

Hidup lagi capek-capeknya. Malah lihat Gus Afif kembali di mode singa. Aku tidak paham apa-apa masalah berkas yang diberikan Ni'ma ke Gus Afif. Sebenarnya, tadi Ni'ma mau laporan bareng pengurus kesehatan yang lain ke Gus Afif, tetapi tiba-tiba diutus Ummi Aisyah.

"Ngapunten, niku seng ndamel Mbak Alfi," kata Ni'ma.

PRAKKK.

Gus Afif menggubrak meja. "Maksud kamu apa! Melemparkan tugas pengurus kesehatan ke pengurus koperasi? Kerja macam apa itu?"

'Ya Allah, Ya Allah. Kupasrahkan semua ini kepadamu. Tolong, kuatkan hati kami dari ucapan beliau yang tidak dipilter!' jeritku dalam batin.

"M-mboten," jawab Ni'ma.

"Saya paling tidak suka, tugas dilempar-lemparakan! Buat lagi sekarang! Gak usah pakai kolom, baris biasa saja! Nanti saya minta waktu sekolah sore!" perintah Gus Afif.

Seketika Gus Afif meninggalkan ruangan. Aku dan Ni'ma dengan wajah lesu juga meninggalkan ruang kerja Gus Afif untuk kembali ke kamar. Berlembar-lembar, tulisan sebanyak itu disuruh menyusun ulang? Mana hafalan sedang banyak-banyaknya. Tarik napas panjang, sabar!

"Ma, sabar ya. Ikut jibek deh," kataku.

"Hhhh, iya Rin. Menurut kamu sekarang harus apa dulu? Aku belum nembel karena kemarin nganterin anak sakit ke rumah sakit, hapalan masih numpuk, laporan masih amburadul. Semua disetor mulai pukul 14.00. Sekarang sudah pukul 12.15, mana mata juga sudah minta dipejamin. Huaaaaa, harus gimana?"

"Tidur, Tod! Udah terbaik itu, wkwk. Percayalah, tidur lebih baik." Aku tertawa paksa meratapi keadaan.

"Sepertinya aku salah meminta saran!" sahut Ni'ma.

"Bener kok, Ma. Tidur aja .... kita pasti bantu." Alfi nongol bareng tiga Bestod.

"Mau bantu apa? Itu sifatnya personal, sama pengurus kesehatan selainnya aku aja nggak boleh, tadi aku keceplosan sebutin Alfi udah dimarah. Masa harus kena semprot lagi?" celetuk Ni'ma kesal.

"Kita punya rencana. Udah, tidur dulu yok semua. Kalau capek ya istirahat, Sayang!" Si paling dewasa, Sari mendorong pelan kita untuk segera masuk kamar.

"Rencananya gimana?" tanya Ni'ma.

"Lumayan nakal, sih wkwk, tapi tenang aja, tetep aman kok. Gak usah mikirin itu, Ma. Entar kita kasih tahu setelah bangun," imbuh Athifa.

 Basmalahnya Gus untuk Mbak Santri Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang