3. CINTA ITU MAHAL

130 21 29
                                    

"Cinta itu mahal. Jadi, betapa pilunya diri ini jikalau mengelola perkara mahal dengan dimurahkan? RUGI!"

-Athifa Iffah-

"Ni'ma berdehem dengan keras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ni'ma berdehem dengan keras.

"Suddd!" Aku mengedipkan ke arah Ni'ma, berharap mereka tidak gaduh dan segera menyetorkan apa yang Gus Azhar suruh.

Satu kelas terdiam, mereka mendengarkan aku menghafal di depan Gus Azhar. Entah akan bisa lancar sampai akhir atau tidak. Namun, aku mengurungkan niat untuk menagih ucapan Gus Azhar menghafal nama keluargaku di depan para santri, yang ada malah bikin heboh dan trending topik di pesantren.

"Kalian tahu kenapa Athifa saya suruh menghafal lebih awal? Nggak usah aneh-aneh menerka, ini hukuman karena dia salah bicara, makanya dengan santai pun harus hati-hati ngomong sama saya, hahaha ... sebelumnya bukain kitab saya, Fa!" perintahnya.

"Allahu Ya Karim," ucapku lirih.

Kitab sudah di depannya, kenapa juga harus aku yang bertindak? Masih lumayan kesal, tetapi harus menenangkan diri supaya hafalan tidak ambyar. Para Bestod hanya menahan tawa dengan saling senggol, mereka paham akan kekesalanku.

"Gus, harus semua?" tanyaku.

"Nggih, napa dereng apal?"

"Insyaallah, sampun," jawabku.

Ucapan adalah doa. Hanya bisa berharap semoga aku bisa hapal sampai akhir. Setoran sendiri dengan puluhan santri sekelasku yang terdiam dan aku duduk berhadapan dengan Gus Azhar, ditambah memakai pengeras suara, rasanya seperti lomba musabaqoh akhir tahun, nerveosku tidak main-main. Mending saat musabaqah jarak lumayan jauh dan suaranya tidak sesunyi ini, ini sungguh uji nyali pertamaku, apalagi sebelumnya membahas pernikahan dengan Gus Azhar.

"Langsung yang haram bagi laki-laki menikahi perempuan sebab hubungan nasab, persusuan, dan mushoharoh nggih, Gus," ucapku.

"Nggih, langsung sebutkan siapa saja, dalile mengke mawon," jawabnya.

"Al-Aqooribu binnasabi.
AL-AQOORIBU= Utawi iki iku piro-piro kerabat
BINNASABI= Sebab tunggal nasab
Haram menikah sebab hubungan nasab, yang pertama ...."

Memberi makna pegon satu persatu dari yang aku sebutkan. Menurutku, sangat asyik metode seperti ini, menggunakan makna pegon, Arab Jawa. Ya, nulisnya memakai huruf Arab, tetapi jika dibaca itu bahasanya bahasa Jawa. Beginilah pesantren salaf belajar, dalam pegon tersebut terdapat kaidah nahwu shorof juga, supaya kita tidak salah harokat dan lain sebagainya yang menyebabkan artinya bisa berubah.

"Tes dulu nahwunya. Bintul Akhi, bagian itunya saja. I'robnya apa?"

"Jer,"

"Bertempat di mana?"

 Basmalahnya Gus untuk Mbak Santri Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang