27. CINTA ITU MENGEJUTKAN

37 9 2
                                    

"Mengejutkan tidak hanya dengan perkara baru. Satu hal yang sudah lama pun tetap mengejutkan ialah  cinta."

—Alfi Zunaira (Rara) —

Hari ini kami masih berada di kelas yang sama. Tidak hanya itu duduk pun dalam sebangku mungkin waktu hari-hari biasa kami tidak terlihat seperti orang yang sedang mempunyai masalah. Awalnya kami pun juga tidak tidak seperti ini selalu mengatakan apa yang harusnya dikatakan dan bisa seperti layaknya teman.

Namun, akhir-akhir ini telah berubah dunianya sudah bukan waktu yang menggulir ke seruan mentari yang bersinar. Begini rasanya, senja pun telah tiba bahkan senja itu telah usai dan berubah menjadi malam yang sangat dingin. Tidak berhenti pada dingin malam, tetapi dihiasi dengan runtuhnya tangis dari atas.

Serunyam apa perkara cinta? Semua orang banyak memperselisihkan tentang itu. Banyak bergerombol  membicarakan hal tersebut. Berbeda dengan aku yang masih diam, aku tidak membicarakan hal tersebut. Namun, otakku berputar memikirkan orang yang ada di sampingku ini. Kami berasal dari wilayah yang sama, bahkan dari kecil juga telah bersama dalam membina otak kita untuk bisa menjadi lebih baik.

Tidak semudah itu sesuatu yang awalnya bersinar langsung meredup. Sesuatu yang awalnya bisa diajak saling berkompromi, berbicara dengan baik kini telah berubah juga menjadi sesuatu yang sikapnya hanya diam.

***
Saat ini kami semua dipulangkan. Sayangnya, ternyata suatu keakraban yang dibangun beberapa tahun itu hanya bisa aku rasakan dengan temanku itu satu kali saat akan berangkat ke pesantren. Ah, menyebalkan!

"Mbak," ucap Gus Yogi yang sempat menyapaku saat beliau melewatiku di dalam bus.

Aku langsung menunduk, malu sekali. Ada senyum sedikit juga yang aku paksakan sebelum menunduk. Disapa begitu saja rasanya terasa luar biasa, tetapi aku seperti wanita pada umumnya jatuh cinta, tidak sanggup menatap.

Namun, bersyukur dengan rasa malu itu, sebenarnya ini jalan untuk mengeksplor diri ke area berhati-hati. Takut terlanjur ke yang namanya maksiat mata. Gus Yogi juga rumahnya satu pulau denganku, sayangnya beda provinsi. 

"Ini aquamu?" tanyaku yang membuka mulut karena posisi haus dan aqua kita sama, lupa punyaku sudah masuk tas apa belum.

"Iya," jawab Mbak Harum singkat.

Jawabannya terlalu singkat dan kembali ke situasi awal membuat kita saling canggung. Mbak Harum yang berada di dekat jendela dan aku yang di sampingnya. Ya Tuhan, jadi teringat masa akrab kami.

Jika tidak hanya berdua, maksudnya dalam suatu gerombolan aku dan Mbak Harum tidak secanggung ini dan tidak terlalu sediam ini. Jadi sangat sangat-sangat tidak ada yang menganggap atau melihat bahwa kami ini tidak tidak sedang baik-baik saja. Mereka semua tahunya tentang kita ya sedang baik-baik saja.

 Basmalahnya Gus untuk Mbak Santri Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang