"Hangusnya sebuah komponen akan dengan mudah tertikam, bangkitnya komponen juga dengan mudahnya bersinar. Sumbernya apa? Cinta."—Tika Sari—
"Ini dompet kamu tulisannya. Kenapa bisa seteledor itu? Sampai salfok sama kata-katanya," kata Gus Hannan.
Parah! Dompet aku terjatuh dan ditemukan oleh Gus Hannan. Alhamdulillah juga ditemukan karena isinya itu bukan segal-galanya, tetapi menjadi kebutuhan yang sangat dibutuhkan. Sampai salah fokus ke kata-kata?
'Oh iya, ada definisi cinta yang aku tempel di dahinya dompet,' batinku.
"Makasih, Gus. Ngapunten, tadi cepat-cepat ambil uang untuk nitip beli plastik besar. Mau ambil uang yang di pengurus kebersihan kelamaan, jadi pakai punya kula riyen," kataku.
"Ya udah, monggo gek dipendet gantinya," kata Gus Hannan.
Perspektif bahasa kita dengan para Gus itu juga berbeda-beda. Jika bersama Gus Azhar, kita berbahasa seperti sahabat. Kalau bersama semua gus yang lain, kecuali Gus Afif, kita seperti teman. Bahasa dengan Gus Afif ini yang paling pas, benar-benar menggambarkan antara murid dengan guru. Namun, uni untuk kami berlima, bukannya mau tidak sopan, tetapi beliau-beliau sendiri yang meminta.
"Hangusnya sebuah komponen akan dengan mudah tertikam, bangkitnya komponen juga dengan mudahnya bersinar. Sumbernya apa? Cinta. Apa tuh maksudnya?" tanya Ni'ma.
Aku tersenyum dan menunjuk ke ruang belajarnya anak MI yang kebetulan sedang pembelajaran di luar kelas. "Contoh ringkasnya, lihat tuh anak kecil rajin dan mudah menerima apa yang gurunya sampaikan karena apa? Suka. Kalau nggak suka? Males mereka menuruti disuruh nulis ini nulis itu. Itu baru tahapan suka, kalau sudah mencintai? Tuh anak kecil yang di sebelah sana, yang mendalami perannya dalam lomba."
Sesuatu yang dilandasakan dengan cinta itu menjadi mudah untuk terlaksana. Jadi teringat saat kecil dulu, apa yang ditanamkan pertama dalam sekolahku? Tidak lain apa yang aku senangi, itu yang beliau-beliau berikan. Bukan manja, ini beda lagi dengan konsep manja.
"Hm, tapi emang harus bisa mengendalikan karena sifatnya cinta itu merajai, menguasai," timpal Ni'ma.
"Betul, sekalipun cintanya udah bener. Harus paham adab, tempat, dan waktu juga," sahutku.
Rasanya masih terkikis dan juga mengikis tatkala mencintai, tetapi tidak paham cara mengaplikasikannya. Cara itu pun bertahap. Tidak semua cinta dihubungkan dengan pernikahan, cinta yang aku maksud dalam tulisan dompet tersebut tidaklah hanya definisi cinta antara dua manusia di usia remaja dan dewasa.
"Apa semua bentuk mencintai itu menguntungkan?" tanya Ni'ma.
"Banyak kok hasil dari mencintai, tapi justru merugikan," jawabku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Basmalahnya Gus untuk Mbak Santri
Romance"Setiap jiwa punya cerita, setiap raga punya cita, setiap hati punya cinta." "Hancur, rapuh, sakit dalam cerita, cita, atau cinta bukan berarti hidupmu sirna. Hanya saja masih waktunya harus melawan lara. Sampai kapan? Sampai Tuhan menitik masa, d...