14. CINTA ITU MANIS

54 16 16
                                    

"Cinta itu manis tatkala dinginnya senja bisa kunikmati tanpa meminta hangatnya mentari. Tatkala gelapnya malam bisa kunikmati tanpa meminta terangnya siang."

Tyo Rini—

[ "Mereka lagi ditatar sama Gus Afif, entah ngomongin apa! Aku sendiri yang gak dipanggil. Cieeee diajak ta'aruf, gak kuat aku." ]

"Heh, huaaa! Iku rung jelas, wedine nggor menjebak!"

[ "Nggak tahu kalau soal itu, masa iya kejadian di Athifa ada juga di kamu? Tapi kedua Gus itu emang paling riweh orangnya, sulit ditebak! Beda sama Gus Afif, sekali matok ya yang serius-serius!" ]

"Wooww, kenapa membela sekali?" tanyaku.

[ "Aisshh, bicara nyata, eh ... tapi kamu harus hati-hati Rin. Perhatikan cara Gus Fahri, masa cara dia kalau mau ta'aruf begitu, kesannya kurang pas." ]

"Begitu apanya?"

[ "Nyeleneh. Plus, kenapa gak bilang ke keluarga kamu dulu?" ]

"Athifa juga waktu itu kasusnya nggak bilang ke ortunya ya?"

[ "Nah, itu dia. Athifa waktu itu kan udah curiga duluan ke Gus Azhar, makanya dia gak langsung iya-iya, dari orang tua juga nggak dibilangin apa-apa. Logikanya kalau emang dijodohin oleh Abi, ya kenapa nggak Abi yang bilang? Mmm, tapi yaa tetap ada kemungkinan kok kamu beneran diajak ta'aruf." ]

"Ooww, dahlah pasti Gus Fahri juga cuma iseng. 11 12 kek Gus Azhar! Beruntung sempat kutelpon dan aku bilang tapi boong replay balasan iyaku. Kalau gak, aahhhhhh bahaya!"

[ "Cieeee, ngambek. Emang kamu suka sama Gus Fahri?" ]

"Wkwk, sejatinya iya. Aku sukanya sama Gus Fahri, bukan ke Gus Fuad si Aceng whuaaaaahahaa."

[ "Hahhaha, ternyata. Buat pengumuman ahhhhh!" ]

Terkadang, kita perlu belajar dari kasus sahabat. Sesuatu yang berkeliaran di sekitar kita, itu semua bentuk pembelajaran. Sekarang, aku harus lebih waspada. Meskipun aslinya juga mencintainya yang menjadi buah dari isengku di media sosial Gus Fahri, cukup mencintai sewajarnya dulu, masalah memiliki pikir nanti daripada kebanyakan sakit hati.

***

"Fa," panggil Gus Azhar.

"Nggih," jawabnya.

"Saya minta maaf." Gus Azhar menaruh globe di kelasku.

Ya ampun. Dua sejoli ini, Gus Azhar selalu memanggiĺ Athifa dengan pangggilan begitu dan nadanya sangat lembut. Tidak tahu perasaan mereka sebenarnya bagaimana, aslinya benar-benar dijodohkan, tetapi masih diarahasikan, entahlah. Namun, yang pasti mereka itu cocok, dan kalau dari tebakanku Gus Azhar itu sebenarnya  tulus banget ke Athifa.

"Buat?" tanya Athifa.

"Segalanya yang salah, yang bikin kamu sakit hati," jawab Gus Azhar.

"Tunggu lebaran," pinta Athifa.

"Buat apa ditunda?"

"Sekarang belum bisa 100 %," jawab Athifa.

"Saya nggak tahu isi hati kamu, tapi saya paham apa yang kamu rasakan."

DEGGHH.

Tidak berani menyela. Sepertinya ini waktu yang sweet untuk mereka. Aku hanya diam dan tentunya nguping secara dhohir mengenai pembicaraan mereka. Mulut harus kutahan, biarkan telinga yang bekerja.

"Leres? Aku cuma minta satu dari njenengan," lanjut Athifa.

"Minta apa, hmm?" tanya Gus Azhar.

 Basmalahnya Gus untuk Mbak Santri Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang