"Ternyata basmalah yang saya ikrarkan dua tahun yang lalu bareng para saudara berhasil menyelimuti hati kamu, Fa. Kamu pernah doa apa untuk saya?" tanya Gus Azhar.
"Aku ... mboten nate ndongakne njenengan," jawabku terlalu jujur.
"Yang bener aja, Sayang! Masa nggak pernah doain, minimal doain gurunya gitu?" Gus Azhar menarikku sampai kini kami bertatap mesra di atas ranjang istimewa.
"Hmm, kalau itu jelas aku doain, Bimayku."
Definisi ucapan adalah doa. Memang benar, aku tidak mendoakan Gus Azhar, tetapi aku mendoakan jodohku dan guruku. Berharap, saat waktunya aku menikah, aku bisa diperlancar untuk menjalankan ibadah tersebut. Berdoa, semoga yang menjadi jodohku adalah orang yang lebih tahu dibanding diriku, aku yang dididik suami, bukan aku yang mendidik suami secara spesifik dalam perkara agama. Berdoa yang sama juga seperti basmalah yang diikrarkan Gus Azhar.
***
"Mimay, mau dimandiin? Bentar lagi sholat subuh."
Hangatnya hotel Surabaya masih sangat menghiasi malam indahku bersama Gus Azhar. Aku dan Gus Azhar diberi hadiah honeymoon ke Surabaya oleh Bestie Tolak Njarot. Sosok yang biasanya hanya bisa kupegang sarungnya saat melipatkan, sekarang sudah bisa kupegang saat terpakai di tubuhnya.
"Mbot-mboten! Entar nggak selesai-selesai!" celetukku.
"Haha, ya udah saya mandi juga kalau begitu." Gus Azhar membantuku untuk terbangun.
ADA ACARA KEBELET SEGALA. MENYEBALKAN, TAPI HARUS DISYUKURI! INGAT PERNAH SAKIT LUAR BIASA UNTUK SEKEDAR BUANG AIR BESAR DAN KECIL.
POV GUS AZHAR
PONSEL ATHIFA BUNYI.
"Padahal belum subuh, apa nggak sungkan mereka ini, apa nggak ngira kalau jam segini bisa jadi jam buat berduaan?"
"CIEEE GUS AZHAR UDAH KERAMAS, CAH!" Alfi yang baru menikah itu langsung heboh tak terkendali.
Ya, mereka tahu karena saya memakai handuk di kepala.
"Fa, kapan pulang? Kami kangen mau ke pesantren barengan ngobrol langsung sama kamu," kata Ni'ma.
"Kalian ki lo Cah ngganggu wae, gantianlah yang ngobrol sama Athifa. Lima tahun luweh ngobrol bareng terus ambi kalian, saiki genten saya dong hahahaha."
"Huaa, Gus Manja! Jangan kenemenen pokoke manjanya ke Athifa!" pinta Sari.
"Aman-aman, Cah. Ya kalau nggak keramas yo rugi. Tujuan kalian ngasih hadiah buat begini kan?" Saya mencoba waras untuk menghadapi sahabat-sahabat Athifa ini.
"Yo weslah katekne Gus. Biar cepet ada Gus Azhar junior wkwkwk!" imbuh Rini.
"Athifa mana toh, Gus? Katanya di samping Gus, tapi kok nggak ada suara?" tanya Rara.
"Itu di samping, masih keramas. Aamiin doakan yang kenceng nggih!" pinta saya serius ini tanpa bercanda.
"Waaaa, nggak kuat aku Cah wkwk. Aku rung rabi. Wes ditutup, silakan bahagiakan sahabat kami. Wassalamu'alaikum." Rini mengakhiri telepon.
"Sayang, habis telepon siapa senyum-senyum gitu?" tanya Athifa.
"Temen-temen kamu."
"Apa?! Huaaaa, lain kali nggak usah diangkat kalau aku nggak ada, aku cemburu Bimay!" rajuk Athifa.
Panggilan sayang kami pun baru tersusun ketika perjalanan ke hotel Surabaya, Bimay dan Mimay. "Ciee Masyaallah, cemburu apa malu?"
"Dua-duanya! Pembahasan njenengan sama mereka pasti nggak terkontrol!" rajuknya lagi.
"Terkontrol, saya diingetin buat jagain kamu, disuruh gas poll bikin baby juga hahaha."
"Tuh, kan? Pasti area situ!" Athifa beralih mengecek ponsel.
LANGSUNG GELENG-GELENG DENGAN SPAM CHAT DARI PARA BESTIE!!
POV ATHIFA
Alhamdulillah, teman-temanku tetap menjadi support istimewa sekalipun aku sedang sakit maupun sekarang setelah pernikahan. Mungkin perjalanan cita-citaku bersama teman-teman memang sekarang ini baru dirintis. Akan tetapi, keberhasilan terbesar kami tidak berfokus di hal tersebut, melainkan menghadapi kenyataan antara kejadian, kenyataan, dan kewajiban yang jarus kita kendalikan.
Alhamdulillah, hal tersebut berhasil dan sukses kami hantam. Mulai dari Sari yang sempat harus memantau sikap dewasanya supaya jatuhnya tidak menghina yang bawah serta menahan diri untuk tidak pacaran setelah ada langkah serius dan ternyata target mereka menikah masih butuh waktu yang sangat panjang, Sari berhasil melewati itu dengan kekuatan super bahwa membahagiakan orang tua dalam arti memberi apa yang orang tua butuhkan adalah poin utama.
Rini yang berusaha mengontrol candaannya supaya tidak berlebihan beserta romantisme kisah yang nyambung putus karena Gus Fahri tidak mau berlama-lama ta'aruf, sedangkan Rini belum siap menikah ini bisa juga Rini terima dengan lapang walaupun sempat gamon. Rumusnya ada pada keyakinan bahwa takdir Tuhan tidak pernah salah. Siapa sangka, ternyata sebentar lagi ia justru akan menikah dengan Gus Aldi. Cocok, Rini tidak suka pete.
Ni'ma yang tidak betah di pesantren, tetapi karena kita modenya merangkul sekalipun Ni'ma pernah salah, akhirnya berhasil juga membawa Ni"ma sampai lulus dengan. Kisah cinta yang sempat terjebak di fase mencintai dalam diam, yaitu mencintai Gus Afif yang akhirnya justru menikah dengan Mbak Harum, ini juga membuat Ni'ma terbelenggu dan di saat itulah fase di mana godaan boyong kembali memuncak. Namun, kembalinya juga sama, sebagai para bestie kami mottonya merangkul bukan justru mendesak dan memojokkan. Sesuai dengan ikrar basmalah dari Gus Adi, Gus Adi menikahi sosok wanita yang dulu sempat jatuh cinta pada Gus Afif.
Alfi, yang sempat sedikit ada bumbu gamon juga, tetapi karena memang dari awal Alfi sudah mengecamkan aturan, sekalipun ta'aruf dengan Gus Aldi gagal dan dijodohkan dengan Gus Fuad, Alfi tidak terlalu lama gamon dengan dukungan karena dari awal Alfi sudah menanamkan bahwa jodohnya belum tentu orang yang ia cintai saat itu serta birrul walidain adalah sesuatu yang sangat Alfi jaga.
Alfi Zunaira dengan Gus Yogi, si couple yang sama-sama punya tugas sama dalam mengurus kegiatan pesantren, mereka juga digertak oleh godaan supaya pacaran saja apalagi sering bertemu dan tak bisa dipungkiri sangat mudah untuk menatap. Namun, keduanya mampu menahan hingga belum lama ini juga sudah menikah. Permasalahan Rara dengan Mbak Harum sudah membaik meskipun satu bulan sebelum pernikahan, mereka sempat mengambil jalan untuk pisah pesantren guna memantik kerinduan sehingga berharap pertemuan selanjutnya membawa mereka bisa kembali akrab.
Mbak Rata juga sudah menikah dengan Kang Ahmad. Mereka dijodohkan oleh Ummi Aisyah. Sikap Mbak Rata yang sangat keras ternyata dipengaruhi oleh rumah tangga keluarga yang memang sedang hancur. Aku dan teman-teman di sini belajar mau mengalah, belajar memahami bahwa menganalisa sesuatu jauh lebih penting dari sekedar menyimpulkan. Mengetahui hal tersebut, kami perlahan mendekati Mbak Rata untuk membantunya menuangkan apa yang ia pendam.
Gus Adi ini sebenarnya awalnya mencintai Mbak Harum, tetapi bertepuk sebelah tangan dan kurang sat set dibanding Gus Afif, sedangkan yang mencintai Gus Adi orang yang memang terlihatnya sangat santai dalam permasalahan perjodohan itu adalah Ning Marsha alias Haura. Namun, lagi-lagi perjodohan yang membuat Gus Adi akhirnya menikahi Ni'ma dan Gus Fahri menikahi Ning Marsha sepupunya sendiri. Bedanya, kalau Gus Adi yang menjodohkan adalah mbak santri, sedangkan Gus Fahri adalah Gus Afif.
ALHAMDULILLAH, SAMPAI JUGA DI EPILOG NOVEL BASMALAHNYA GUS UNTUK MBAK SANTRI
MAAF KALAU KURANG DETAIL UNTUK SETIAP TOKOH YANG SEHARUSNYA DIDETAILKAN, MAKASIH UDAH NEMENIN KISAH INI, SEMOGA SALING MEMBERI KEBAIKAN.
SATU KALIMATNYA DONG UNTUK PARA TOKOH📌
UCAPIN DOA BUAT TOKOH FAVORIT KALIAN
JIKA ADA SEQUEL DLL, PILIH KISAH SIAPA YANG DIANGKAT?
AU BASMALAHNYA GUS UNTUK MBAK SANTRI
FULL PAKAI BAHASA JAWA COMING SOON DI IG @azizahbounty dan TIK TOK @gaunghatipuisi
KAMU SEDANG MEMBACA
Basmalahnya Gus untuk Mbak Santri
Romance"Setiap jiwa punya cerita, setiap raga punya cita, setiap hati punya cinta." "Hancur, rapuh, sakit dalam cerita, cita, atau cinta bukan berarti hidupmu sirna. Hanya saja masih waktunya harus melawan lara. Sampai kapan? Sampai Tuhan menitik masa, d...