"Tuhan lebih tahu mengenai apa yang lebih kamu butuhkan."
-Athifa Iffah-
***
Seluruh nada dering yang mengguyur kumuhnya raga telah mengering. Seluruh sapa yang menghangatkan jiwa tak lagi menggema. Seluruh senyum yang menenteramkan hati telah mati dan seluruh syahwat yang menghiasi cinta tak lagi nikmat.
Jika air terbatas, tak ada sapa juga yang memperhatikan prioritas, ketukan palu tentang seulas senyum juga dipatahkan, maka apakah hasilnya jika bukan rasa semangat yang terhambat, senyum yang tak yang tak lagi ranum, dan musnah yang tak berbenah?
Adaptasi itu mungkin bagi sebagian orang mudah, tetapi tidak semua orang bisa juga merasakan kemudahan itu. Tidak hanya dari faktor diri, melainkan tetap berhubungan dengan faktor siapa dan bagaimana situasi tersebut terjadi.
Gus Azhar: "Fa, ambilkan kitab saya di kamar, nggih."
Athifa: "Kitab napa, Gus?"
Gus Azhar: "Hmmm, dibilang jangan panggil Gus."
Athifa: "😄 Pripun."
Gus Azhar: "Panggil Kang Al aja, Fa."
Athifa: "Ga mau."
Gus Azhar: "Alasannya."
Athifa: "Alasannya apa menyuruh aku bilang begitu? Yang lain nggak disuruh."
Gus Azhar: "Karena kamu juga tidak memperlakukan semua laki-laki sama seperti kamu memperlakukan saya."
Athifa: "Maksudnya?"
Gus Azhar: "Saya orang istimewanya kamu, maka saya juga punya hak dong untuk menganggap kamu istimewa."
Athifa: "Gak paham."
Gus Azhar: "Jangan buru-buru ambil keputusan tidak paham, Fa. Baca lagi coba."
Athifa: "Maksudku tuh gak paham kenapa njenengan bilang begitu."
Gus Azhar: "Sayangnya saya tidak percaya😅."
Athifa: "Apa istimewanya panggilan jadi Kang Al? 🤣Bukannya lebih istimewa panggilan Gus? Kang-Kang santri semuanya juga dipanggil Kang."
Gus Azhar: "Iya juga ya, kurang istimewa dong. Cariin panggilan lain Fa, pokoknya harus beda dari yang lain."
Athifa: "😪Emang bisa baca hatiku? Yakin njenengan orang yang aku anggap istimewa?"
Gus Azhar: "Yakin banget."
Athifa: "Caranya?"
Gus Azhar: "Ada tandanya."
Athifa: "Apa?"
Gus Azhar: "Rahasia. Maaf ... saya ganggu waktu kamu dengan orang tua. Cuma mau menegaskan, jangan Gus yaa🙏🏻."
Athifa: "Bentar, sadar gak yang njenengan ketik tadi itu menandakan kalau njenengan juga menganggap aku istimewa? Apalagi ini maksudnya? Mau prank lagi? Aku bukan perempuan yang hanya untuk percobaan."
Gus Azhar: "Untuk menuju keseriusan, itu perlu adanya percobaan."
Athifa: "Tidak semua hal begitu. Mau sampai kapan menindas perempuan?"
Gus Azhar: "Fa ... bukan percobaan maksiat yang saya maksud. Menindas?"
Athifa: "Friendly njenengan keterlaluan sama Mbak-Mbak! Saudara njenengan juga, ta'aruf mana yang isinya mencerminkan pacaran? Apa hal seperti itu perlu dibiarkan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Basmalahnya Gus untuk Mbak Santri
Romance"Setiap jiwa punya cerita, setiap raga punya cita, setiap hati punya cinta." "Hancur, rapuh, sakit dalam cerita, cita, atau cinta bukan berarti hidupmu sirna. Hanya saja masih waktunya harus melawan lara. Sampai kapan? Sampai Tuhan menitik masa, d...