POV TIKA SARI
"Aku masih asing sama cinta, tapi sinarnya sudah terasa sebelum aku mengenalnya."
—Tika Sari—
"Kenapa, Al? Sungkan ya hahaha." Aku terkekeh melihat Alfi."Iya, bilangin dong Sar, tolong!" pintanya.
"Oke-oke."
Sebenarnya, ini hanya soal perasaan. Kalau tidak ada apa-apa, pasti beda bentuk malunya. Tidak menyangka, kukira Gus Fuad akan sama Rini, ternyata kekuasaan di tangan Alfi.
***
"Guys, kita berhasil!" celetuk Rini.
"Apa? Berhasil apa?" tanya Rini.
"Sari sama Gus Hannan! Kemarin kita baru aja canda bilang Gus Hannan pas banget untuk Sari, waaa hari ini aku nguping pembicaraan dengan bapak kamu Sar tadi pas kamu ke kamar mandi waktu disambang." Rini heboh memelukku.
"Hhh, yang bener aja toh Rin kalau ngomong tuh? Tadi loh pas aku nemuin Bapak nggak ada bilang apa-apa. Gus Hannan juga nggak ada," racauku.
Merasa aneh, tidak ada kejadian apa-apa saat tadi aku disambang. Bukannya Gus Hannan juga pergi? Rini ini dapat info waktu kapan? Sebentar, aku harus memutar otak, siapa tahu apa yang dikatakan Rini itu benar.
"Kok nggak percaya, sih. Mungkin masih dirahasiakan sama bapakmu. Dia pakai isyarat sih, bilang kalau mau jaga putrinya gitu," celetuk Rini.
"Lah, kalau soal itu mah pasti semua Gus bilang begitu. Kita kan santrinya," kilahku.
"Haduh, itu namanya isyarat Sayang, bener kan si Ratu Bucin?" tanya Rini.
"Iya, itu istyarat Sar," Kata Alfi.
"Bukannya Gus Hannan tadi pergi?" Aku nervous seketika.
Apa iya? Bagaimana kalau yang mereka katakan benar? Kenapa bapakku tidak bilang? Aduh, sederet pertanyaan berkeliaran tanpa ada kandang.
"Gus Hannan perginya setelah menemui Bapak kamu," kata Athifa.
"Tuh, kan. Masih nggak percaya? Athifa aja angkat bicara," celetuk Rini.
Semakin bingung, tetapi aku harus menampakkan wajah biasa-biasa saja. Daripada nanti cuma dapat kepedean saja. Kalau memang iya, petanyaanku kini tinggal satu yang belum dapat kandang, kenapa bapak tidak memberi tahu aku?
"Cieeee, ternyata Gus Hannan sat-set Guys!" Ni'ma terkekeh dengan yang lainnya juga.
"Tapi kenapa Bapak gak bicara?" kilahku lagi.
"Mungkin untuk kejutan," kata Ni'ma.
"Bapak orangnya gak sembunyi-sembunyi," timpalku.
"Aaahhh, kamu sulit banget dah diajak bicara. Apa perlu ditelpon nih bapaknya?" Rini mengambil ponsel kantor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Basmalahnya Gus untuk Mbak Santri
Romance"Setiap jiwa punya cerita, setiap raga punya cita, setiap hati punya cinta." "Hancur, rapuh, sakit dalam cerita, cita, atau cinta bukan berarti hidupmu sirna. Hanya saja masih waktunya harus melawan lara. Sampai kapan? Sampai Tuhan menitik masa, d...