"Di zaman ini masih ada wanita non mahrom yang marah karena saya panggil Sayang? Gak dihalalin? Rugi dong!"
-Askar Al-Azhar Syauqi-
POV GUS AZHAR
"Sayang, bawain ponsel saya dulu ya. Biar saya cek airnya di atas tinggal seberapa," pinta saya di depan seluruh pengurus.
Mencoba meledek santri cantik yang berhasil berkeliaran di dalam otak saya. Saya tahu, pasti Athifa sangat marah dengan sapaan ini. Karena kemarin baru saja mencurahkan isi hati mengenai sahabat-sahabatnya yang saling bertingkah layaknya orang berpacaran, termasuk sapaan mereka yang terkesan menggugah syahwat.
"Cieeee!"
"Wuaaaa!"
Dan perkataan sejenisnya seketika langsung keluar, tetapi mereka juga sudah tahu karena saya mencoba prank ini sudah bekerja sama dengan seluruh santri putri, utamanya para pengurus. Athifa memegang ponsel saya, tetapi langsung lari ke arah jemuran.
"Jangan ikuti aku, Gus!" bentaknya.
"Arah kita sama," jawab saya.
"Tapi tujuan kita beda, jalannya juga tidak harus sama!" Wajah yang sudah memerah itu sedikit menoleh dan segera beralih lagi.
Masyaallaah, baru kali ini ada santri yang berani membentak saya. Bahkan, santri yang paling bandel pun tidak pernah sampai demikian. Namun, bentakan Athifa justru istimewa, memang ini yang saya cari.
"Tujuan kamu memangnya apa, hmm?" tanya saya selembut mungkin.
"Mau angkat jemuran."
"Sama, saya juga."
"Yang jelas ajalah! Mana ada pakaian Gus di situ! Santri-santri itu udah antri untuk wudhu. Nggak mandi mereka hari ini. Jangan diperlambat lagi dong ngecek airnya, ngebenahin setidaknya lancar buat wudhu!" celetuk Athifa.
Memang keadaan air sangat parah, COVID-19 pula yang apa-apa harus jaga jarak. Saya menyudahi drama ini dan segera mengecek keadaan air. Karena dia yang malu, kemungkinan besar Athifa akan pulang, tetapi selain sebab tersebut ia sudah bilang juga ke teman-temannya kalau hari ini mau pulang. Di situlah letak saya harus melanjutkan misi lagi!
***
Gus Azhar: "Fa, kamu pulang kok nggak izin saya?"
Gus Azhar: "Saya nungguin kamu padahal."
Gus Azhar: "Ada perlombaan yang cocok untuk kamu ikuti. Qiroatul kutub, kamu suka kan?"
Athifa: "Kitab apa, Gus?"
Gus Azhar: "Kitab utama kelas 6."
Athifa: "Itu jelas di luar batas kemampuan aku. Berikan tanggung jawab itu pada yang lebih berhak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Basmalahnya Gus untuk Mbak Santri
Romansa"Setiap jiwa punya cerita, setiap raga punya cita, setiap hati punya cinta." "Hancur, rapuh, sakit dalam cerita, cita, atau cinta bukan berarti hidupmu sirna. Hanya saja masih waktunya harus melawan lara. Sampai kapan? Sampai Tuhan menitik masa, d...