"Setiap perkara yang ditautkan dengan rasa cinta, pasti akan ditumbuhi rindu yang tak terhingga."-Askar Al-Azhar Syauqi-
Wabah COVID 19, mengundur kepergian Gus Azhar ke Kairo. Akan tetapi, dengan terpaksa pembelajaran di pesantren harus dihentikan. Bahkan, yang area jauh pun dipulangkan. Termasuk aku yang berada di luar kota juga dianjurkan untuk pulang.
'Untung nggak dimarah,' batinku.
Takut, ya takut, berita besar tentang kematian terjadi di mana-mana, sakit pusing batuk pilek yang awalnya hal biasa berubah menjadi perkara yang sangat menyeramkan. Ada kabar, banyak yang tiba-tiba meninggal di pinggir jalan. Mati itu butuh investasi, sedangkan diri ini merasa, aku belum punya investasi buat bekal melangkah ke dunia selanjutnya. Akan tetapi, manusia harus siap mati, karena tidak tahu kapan kita akan diambil, mengingat mati, supaya dorongan apa yang kita lakukan juga bisa terkendali dari godaan-godaan yang buruk.
'Yah, investasi kebaikan biar jadi amal jariyah, tolong panjangkan umurku Ya Allah, umur penduduk pesantren kami dan keluargaku yang di rumah, berilah kekuatan dan keberkahan dalam langkah kami.'
"Fa, peraturan itu tetap berlaku meskipun saya belum ke Kairo, tetapi saya masih tetap menjadi gurumu secara online maupun tidak, medsos saya belum jadi ganti saat ini," ucapnya.
"Nggih, Gus. Jagain dengan penuh untuk Abi dan Ummi. Selama aku dan para Bestod pulang, gak bisa menyiapkan makanan untuk beliau, tolong jaga dengan baik!" Aku menyerahkan tulisan menu makanan yang harus dikonsumsi Abi dan Ummi, dan apa saja yang tidak boleh dimakan.
Sebenarnya, sebelum diserahkan ke kami, para Gus juga yang mengurus. Namun, karena yang lebih dekat dengan dunia makanan adalah kami, mereka sudah tidak terbiasa untuk yang menyiapkan makanan. Dikarenakan banyaknya hal juga yang merupakan utusan dari Abi dan Ummi, seperti membangun cabang pesantren, mengelola pesantren, bisnis, dan lain sebagainya.
"Insyaallah, saya dan para saudara akan melakukan sebaik mungkin. Terima kasih atas keseriusan, ketelatenan, dan kerelaan yang tulus untuk menjaga Abi dan Ummi. Tiga hari lagi kan masihan jadwal pulang, dokumentasinya jangan lupa. Terutama sampean sebagai pengurus kegiatan, kontrol kegiatan yang bebas tetap untuk hal yang bermanfaat, tapi tetap atur jarak," pintanya.
"Siap, malam ini agendanya sambung sholawat. Karena jaga jarak yang lebih dari biasanya, diperkirakan para santri tidak cukup hanya di aula, jadi merembet sampai jalan masuk. Menawi njenengan dan para Gus mau mengawasi, mohon maaf harus lewat pintu belakang, terus pengeras suaranya gantian pegang gak apa-apa, napa pripun?" ujarku.
"Oh, iya. Seng sakit meskipun cuma lumayan batuk, suruh istirahat aja, tidurnya khusus di ruang kesehatan. Cek suhu badan sebelum masuk aula, pastikan mereka sehat. Sambung sholawat kan wonten batas antar regu, sampean ambil speaker di ndalem, kemarin baru beli, Insyaallah udah cukup gak usah gonta-ganti speaker," jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Basmalahnya Gus untuk Mbak Santri
Romance"Setiap jiwa punya cerita, setiap raga punya cita, setiap hati punya cinta." "Hancur, rapuh, sakit dalam cerita, cita, atau cinta bukan berarti hidupmu sirna. Hanya saja masih waktunya harus melawan lara. Sampai kapan? Sampai Tuhan menitik masa, d...