(Freen's POV)
Hujan deras malam ini memaksaku untuk berhenti melakukan aktifitasku dan berteduh di sebuah coffee shop. Keadaan coffee shop yang ramai membuatku kesulitan untuk mendapatkan tempat duduk. Beruntung masih ada 1 meja kecil dipojok ruangan. Aku segera memesan segelas minuman hangat di kasir lalu berjalan ke arah meja kecil itu.
Sembari menikmati minuman hangatku, aku merenung memikirkan bagaimana nasibku nanti di kota asing ini. Ya, aku merupakan seorang perantau disini. Aku baru saja tiba di kota ini seminggu yang lalu untuk mencari pekerjaan. Namun sialnya sampai sekarang aku masih belum menemukan pekerjaan padahal kondisi keuanganku sudah mulai memburuk.
TING - TONG
Suara bel di pintu café ini membuyarkan lamunanku pertanda ada seseorang yang masuk ke dalam café ini. Kuperhatikan wanita blasteran memasuki ruangan ini dan menoleh kesana kemari mencoba mencari tempat duduk. Tiba- tiba pandangan wanita itu tertuju padaku dan dengan cepat dia berjalan kearahku.
"Maaf, bolehkah aku duduk disini? Aku tidak bisa menemukan kursi kosong di tempat ini." Katanya tergesa- gesa seraya menarik tempat duduk kosong di hadapanku. Belum sempat aku mengizinkannya dia sudah duduk begitu saja.
'Jika kau tidak keberatan, bolehkah aku mengetahui siapa namamu?" Tanyanya lagi padaku.
"Freen." Jawabku singkat.
"Nama yang bagus. Aku Becky." Ucapnya mengulurkan tangan berharap aku menjabat tangannya.
Aku hanya menatap wajahnya tanpa mau berjabat tangan dengannya lalu berkata,
"Maaf nona tapi kita tidak saling mengenal dan aku sedang tidak ingin berbicara dengan siapapun saat ini jadi akan lebih baik jika kita tidak saling berinteraksi ." Ucapku datar lalu menoleh kearah jendela melihat derasnya hujan yang mengguyur jalanan.
"Oh baiklah. Setidaknya aku ingin menyampaikan terima kasihku karena kau memperbolehkanku duduk disini."
'Hmm." Jawabku singkat berharap dia tidak mengajakku berbicara lagi.
30 menit aku menunggu hujan yang tak kunjung reda, 30 menit pula wanita blasteran dihadapanku ini duduk tanpa memesan apapun. Wajahnya clingukan kesana kemari dengan gelisah seolah dia sedang bersembunyi dari sesuatu. Sungguh wanita yang aneh.
"Nona, apa yang sebenarnya kamu tung-" Kalimatku belum selesai tiba- tiba ada 3 orang pria bertubuh tinggi dan memakai kacamata hitam memasuki café dan berjalan kearah kami. Becky yang melihat mereka reflek membelalakkan matanya dan rautnya yang gelisah itu berubah menjadi raut sebal. Kedua pria itu berdiri di hadapan Becky lalu berkata,
"Ternyata kau disini, Nona Becky. Mari ikut kami dan tolong jangan mencoba untuk kabur lagi." Ucap salah satu pria tadi.
"Tidak, John, aku tidak akan ikut denganmu menemui tua bangka itu!" Balas Becky dengan nada kesal.
"Maaf, nona, tapi ini perintah dari tuan." Pria yang bernama John itu memerintahkan kedua pria lainnya untuk segera menarik tangan Becky dan membimbing Becky dengan paksa menuju ke pintu keluar.
"Menjauh dariku kalian brengsek! Aku tidak mau ikut kalian!" Teriak Becky sambil meronta. Tapi kekuatan Becky tidak setara dengan 2 pria besar yang memeganginya. Aku berdiri mencoba menolong Becky dari para pria itu tapi pria bernama John menahanku lalu berkata,
"Ini urusan kami dengan Nona Becky. Mohon jangan ikut campur." Ucapnya menunjukan pistol yang disangkutkan dekat ikat pinggangnya.
Aku duduk kembali melihat Becky berjalan dikawal oleh 2 pria itu. John menatapku agak lama lalu akhirnya berjalan pergi mengikuti Becky. Aku menghela nafasku setelah mereka semua pergi meninggalkan cafe ini. Sungguh orang- orang yang berbahaya. Semoga aku tidak bertemu mereka lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Runaway (FreenBecky)
FanfictionBercerita tentang seorang gadis kaya yang melarikan diri dari perjodohan yang direncanakan ayahnya. Mature content. Freen futa/ G!P/ intersex Read at your own risk.