(Freen's POV)
"Freen, bisakah kau membantu Nita menumpuk kardus- kardus itu di gudang? Akan terlalu lama jika dikerjakan sendiri." Ucap Nam menunjuk kardus- kardus di lantai cafe.
"Baiklah." Aku melihat jam dan memang menumpuk kardus itu butuh waktu lama padahal sebentar lagi cafe tutup.
"Oi, Nita. Sini kubantu." Ucapku memasuki gudang dengan kardus ditanganku. Nita adalah teman kerjaku disini. Begitu juga dengan Heng tapi Heng sudah pulang lebih awal.
"Oh, terima kasih, Freen." Ucap Nita menata kardus bersamaku.
Kami terlalu sibuk menaikkan kardus ke atas rak sampai tidak menyadari bahwa kardus yang berisi minyak goreng mengalami kebocoran. Tetesan minyak goreng membasahi lantai membuat kami berdua tergelincir.
Melihat Nita terpleset reflek aku berusaha meraihnya tangannya tapi aku juga ikut terpleset dan ambruk diatas badan Nita.
Bruk!
Ouch!
Nita dibawahku sedangkan aku diatasnya dengan kedua tanganku bertumpu di payudara Nita. Posisi kami terlihat mencurigakan tapi kami tidak peduli karena saat ini badan kami sakit akibat jatuh.
"Nita, kau tidak apa-"
Cklek.
"JADI INI ALASAN KAMU SELALU PULANG TELAT! DASAR BUAYA PEMBOHONG!" Teriak seseorang yang suaranya sangat kukenali.
Aku menoleh terkejut melihat Becky berdiri di ambang pintu. Matanya berair, wajahnya bewarna merah padam, dan tangannya mengepal erat membawa sebuah bungkusan plastik.
"Becky! Tunggu aku bisa jelaskan!" Aku berusaha berdiri tapi terjatuh kembali karena lantainya licin. Aku melihat Becky berlari keluar dari cafe. Mau tidak mau aku harus merangkak ke arah luar untuk mengejar Becky.
"Nam! Aku izin pulang dulu ya besok aku akan datang lebih awal!" Ucapku pada Nam lalu berlari mengejar Becky yang sudah berada di halte bus.
"Hei, Freen kenapa lari- lari?" Tanya Nam kebingungan tapi aku tidak menjawabnya.
"Hah hah. Becky! Tunggu!" Aku berlari mengejarnya tapi dia sudah lebih dulu memasuki bus yang datang. Aku berlari tambah kencang untung saja bus itu belum pergi. Aku segera masuk dan mencari- cari keberadan Becky.
Itu dia.
Berdiri di bagian bus paling belakang. Keadaan bus saat itu ramai jadi hanya tersisa tempat berdiri di paling belakang.
"Menyingkirlah, Freen!" Desis Becky pelan berusaha menjauh dariku. Aku segera memeluknya dari belakang agar dia tidak mencoba kabur.
"Tidak usah memelukku! Peluk saja wanita tadi!" Dengusnya kesal.
"Kau salah paham, Becky. Aku tidak memeluk dia." Aku berbisik di telinganya agar tidak ada yang mendengar pertengkaran kami.
Becky diam saja sepanjang perjalanan membiarkan aku memeluknya sampai kami turun di halte dekat rumah.
Ciiitttt
Tak mau menunggu lama Becky segera menghempaskan tanganku yang memeluk pinggangnya dan turun dari bus.
"Becky, ayolah! Jangan marah begitu! Ini tidak seperti yang kau kira!" Aku mengejarnya sementara Becky berjalan semakin cepat.
"Diamlah!" Ucapnya ketus.
Aku menurutinya. Sepanjang perjalanan pulang, Becky menghentak- hentakan kakinya sebal sedangkan aku mengikutinya dari belakang tanpa bersuara.
"Beck! Becky! Jangan begini lah! Kenapa kau marah sekali hmm?" Ucapku mencopot sepatu dan menatanya.
"Wanita mana yang tidak marah jika dibohongi!"
"Aku tidak berbohong padamu!"
"Tidak berbohong? Aku melihat dengan mataku sendiri kau menindihnya di lantai!"
"Kami jatuh terpeleset, Becky!"
"Dengan tanganmu di payudaranya? Mungkin jika aku datang lebih telat penismu sudah berada di dalamnya!" Becky berteriak lalu menuju ke kamar mandi.
"Jaga mulutmu, Becky! Aku tidak seperti itu!" Teriakku dari luar pintu kamar mandi. Gemericik air mulai terdengar dan Becky tidak merespon perkataanku.
Aku duduk di depan pintu hingga akhirnya pintu kamar mandi terbuka.
"Ayolah, Beck. Aku benar- benar terpeleset minyak. Mana mungkin aku membohongimu. Lihatlah bajuku basah terkena minyak." Aku memajukan bajuku kearahnya berharap dia percaya.
"Terserah!" Ucapnya lalu pergi begitu saja ke arah kamar kami.
Aku hanya diam saja. Aku sudah terlalu lelah bekerja, badanku masih sakit karena terjatuh tadi, dan sepertinya Becky tidak mau dibujuk jadi lebih baik aku mandi saja.
~
Aku merebahkan diriku di sebelah Becky. Punggungnya menghadap kearahku menandakan dia masih marah.
"Becky... Aku ingin pelukan..." Ucapku mencoba melingkarkan lenganku di pinggangnya.
"Peluk saja wanita tadi! Jangan ganggu aku! Aku mau tidur!" Ucapnya marah menyingkirkan tanganku.
"Goodnight." Ucapku pasrah saja. Semoga besok kondisinya membaik sehingga aku bisa membujuknya.
![](https://img.wattpad.com/cover/363307393-288-k402323.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Runaway (FreenBecky)
FanfictionBercerita tentang seorang gadis kaya yang melarikan diri dari perjodohan yang direncanakan ayahnya. Mature content. Freen futa/ G!P/ intersex Read at your own risk.