(Becky's POV)
Setelah aku merasakan rasanya bersetubuh aku jadi menginginkannya lagi dan lagi dengan Freen. Aku sempat melakukan percintaan yang ganas dengan dia sebelum hari pertamanya bekerja.Aku berharap untuk melakukannya setiap malam seperti seorang istri yang menghibur suaminya yang lelah bekerja tapi setelah Freen mulai bekerja jawabannya tidak sesuai dengen ekspektasiku.
"Aku lelah, Beck. Besok saja ya."
Atau
"Aku sedang tidak ingin. Mainlah dulu sendiri ya."
Terpaksa aku bermain sendiri malam itu sementara Freen sudah mendengkur di sebelahku.
Itulah rutinitas baruku.
Makan. Bersih- bersih. Tidur.
Sementara Freen hanya pulang untuk tidur saja dan saat aku bangun dia sudah berada di tempat kerjanya lagi.
Aku sebetulnya bersyukur Freen mau bekerja untuk mencukupi kebutuhan kami tapi aku jadi merasa kesepian.
Dia memang masih memberiku perhatian- perhatian kecil seperti memasak sarapan untukku sebelum berangkat kerja dan saat pulang memelukku sampai kami tertidur tapi aku masih merasa kurang.
Biasanya kami selalu memasak dan membersihkan rumah berdua sekarang aku harus mengerjakan sendirian karena dia harus pergi.
Bahkan saat aku berhasil membujuknya untuk bercinta denganku di hari liburnya, kami hanya melakukannya selama 5 menit sebelum akhirnya Freen ambruk di atasku mendengkur. Bahkan aku pun belum mencapai orgasmeku.
~
"Freen, apakah menurutmu aku sudah tidak menarik?" Hari ini adalah hari liburnya. Kami manfaatkan waktu libur dengan berpelukan manja sambil menonton tv.
"Kenapa bertanya begitu? Kau selalu menarik dimataku." Jawabnya masih fokus melihat tv.
"Tapi sejak kau bekerja kau jadi kurang perhatian denganku. Bercinta pun tidak mau. Apakah milikku tidak memuaskanmu? Apakah ada wanita lain yang menarik perhatianmu di tempat kerja?" Hatiku memanas mendengar kalimat terakhirku sendiri.
"Becky... Aku hanya lelah. 14 jam berdiri di dapur sungguh menguras energiku. Aku terlalu capai kalau harus bermain lagi di malam hari. Kau paham kan maksudku? Lagipula untuk apa aku bermain dengan wanita lain, Becky? Aku tidak tertarik." Ucapnya mencoba meyakinkanku.
"Bukankah ada shift lainnya di cafe Nam? Kenapa kau bekerja 14 jam sehari?"
"Aku lembur agar mendapat lebih banyak tips dan upah lembur, Becky. Mengertilah." Ucap Freen menaikkan nadanya.
"Oke oke aku tidak kan bertanya lagi." Aku memalingkan wajahku berusaha menyembunyikan raut sedihku.
"Hei.. hei, Becky. Kenapa menangis? Sudah ya, aku minta maaf sudah menaikkan nadaku padamu. Aku lembur demi kita, Becky. Maaf jika aku mengabaikanmu. Aku sungguh lelah." Ucapnya lembut padaku.
"Hiks hiks." Perhatian Freen justru membuatku menangis semakin kencang.
"Becky. Becky? Lihat aku. Aku tahu ini berat tapi bertahanlah ya. Biarkan aku mencari uang demi kita." Ucapnya mengusap air mataku.
"Bagaimana kalau besok kau pergi shopping, hmm? Sudah lama tidak shopping kan? Aku ada uang lebih dari tips yang kudapatkan. Hiburlah dirimu." Ucap Freen meraih dompetnya dan memberikan uang itu.
"Tapi... Ini hasil kerja kerasmu, Freen. Aku tidak tega memakainya." Aku menolak uang itu.
"Anggaplah ini ucapan terima kasihku karena sudah mau mengurusku selama ini, Becky. Biarkan aku yang mengurusmu sekarang."
"Terima kasih, Freen."
"Sama- sama."
Malam itu kami tidak bercinta. Kami hanya saling memeluk dan mengecup ingin menghabiskan waktu kami bersama sebelum Freen harus kembali bekerja besok.
~
Freen sudah pergi bekerja sementara aku menyibukkan diriku dengan pekerjaan rumah.
Hari masih panjang sedangkan pekerjaanku sudah selesai jadi aku memutuskan untuk shopping seperti yang dikatakan Freen.
Aku mengunjungi toko- toko yang ada di kota ini tapi tidak tahu mau membeli apa hingga aku melintas di depan sebuah toko sepatu.
Aku jadi teringat kalau sepatu Freen sudah mulai usang dan robek. Aku segera memilih sepatu dan membelinya. Aku tidak sabar memberikan sepatu itu ke Freen.
~
Malam ini aku menaiki bus menuju ke tempat kerja Freen membawa sepatu yang sudah kubungkus berharap untuk mengejutkannya.
"Selamat malam. Maaf kami sudah mau tutup jadi hanya bisa pesan untuk take-away." Ucap gadis yang berada di meja kasir. Kurasa itu Nam
"Ehmm apakah Freen nya ada?"
"Kau siapanya, Freen?"
"Temannya."
"Oh, Freen ada didalam masuklah saja." Ucapnya menunjuk ke arah gudang penyimpanan cafe itu.
Aku membuka pintu dan pemandangan yang menyapaku membuat hatiku berhenti berdetak sesaat.
"JADI INI ALASAN KAMU SELALU PULANG TELAT! DASAR BUAYA PEMBOHONG!" Teriakku pada Freen lalu bergegas keluar dari cafe itu mencari bus untuk pulang ke rumah.
Air mataku mulai jatuh sementara lututku lemas karena sakit di dadaku.
Sungguh tega kau Freen!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Runaway (FreenBecky)
FanfictionBercerita tentang seorang gadis kaya yang melarikan diri dari perjodohan yang direncanakan ayahnya. Mature content. Freen futa/ G!P/ intersex Read at your own risk.