Chap. 21 : Angry Becky

3.1K 288 5
                                    

(Freen's POV)

"Freen? Freen. Freen! Bangun!" Aku mengerjapkan mataku mendengar suara Becky.

"Kau gila? Lepaskan sekarang aku mau kencing!" Ucapnya menunjuk pergelangan tangan kami yang terikat bersama.

Semalam aku membiarkan Becky tidur duluan lalu mengikat pergelangan tangan kami dengan dasi agar Becky tidak mencoba kabur terlebih dahulu saat aku belum bangun.

"Hmm." Aku segera melepas ikatan dasi lalu bangun mengikuti Becky ke kamar mandi dari belakang.

"Kenapa ikut- ikut? Menjauhlah." Becky mencoba mendorongku menjauh tapi aku kekeuh ingin ikut dengannya.

"Aku ingin kencing juga."

Kami akhirnya bergantian kencing dengan aku terus menatapnya.

"Sudah lega kan? Sudah sana keluar aku mau mandi."

"Baiklah. Aku akan buatkan kita sarapan." Aku mengecup kepalanya dengan cepat lalu keluar.

~

Kami sudah selesai sarapan dan membereskan piring- piring kotor tapi Becky mengambil tasnya hendak keluar rumah. Tentu saja aku tidak akan membiarkannya pergi.

"Kau kenapa? Lepaskan!" Ucapnya menggeliat berusaha melepaskan dirinya dari pelukanku.

"Tidak mau! Kau mau kemana? Aku ikut." Ucapku manja berharap dia luluh.

"Aku ingin jalan- jalan di taman. Bukankah kau harus bekerja?"

"Aku izin libur hari ini."

"Kenapa?"

"Untuk membujukmu tentu saja."

"Ck dasar buaya. Sana cepat mandi aku tunggu."

"Yessss! Tunggulah disitu aku akan cepat."

Aku segera melesat ke kamar mandi dan melakukan ritual mandi tercepat dalam hidupku.

"Ayo kita berangkat!" Aku menggandeng tangan Becky erat- erat takut dia kabur lagi.

Di taman kami berjalan- jalan menikmati pemandangan. Aku terus saja menggandeng, memeluknya dari belakang, dan membisikkan kata- kata manis padanya berharap dia luluh tapi dia tetap bersikeras untuk mendiamkanku.

Dasar kepala batu.

"Sekarang sudah jam 11 siang ayo ke cafe itu dan makan." Aku menarik Becky menuju sebuah cafe kecil dan mencari- cari tempat duduk yang sempurna untuk rencanaku selanjutnya.

Itu dia!

Aku segera menuntun Becky untuk duduk di pojok sofa dan segera duduk disebelahnya membuat Becky terhimpit diantara aku dan tembok.

"Freen sempit kenapa tidak duduk didepanku?" Ucapnya berusaha mendorong tubuhku yang semakin kutempelkan padanya.

"Aku lebih suka begini. Nyaman." Ucapku.

"Terserah." Balas Becky menatap kedepan.

Selama makan aku sengaja memesan menu- menu kesukaan Becky dan menyuapinya dan kurasa strategiku berhasil. Dia masih diam saja selama perjalanan pulang tapi sudah tidak menolak ketika kupeluk.

Sesiangan penuh di dalam rumah Becky hanya mendiamkanku saja. Dia bahkan lebih memilih untuk pergi keruangan lain jika aku ingin bergabung dengannya. Aku sudah tidak tahan.

"Ayolah, Becky! Aku sudah menjelaskan padamu apa yang terjadi! Aku juga sudah membujukmu seharian tapi kenapa kau masih bersikap seperti itu? Apa maumu?" Tuntutku padanya.

"Karena mungkin sikapmu berbanding berbalik dengan mulut buayamu itu?!!" Gerutu Becky berjalan dengan cepat ke arah kamar.

"Apa maksudmu?!" Tanyaku mengikutinya dari belakang.

"Kau tahu persis apa yang kumaksud!"

"Tidak!"

"Kau terlihat sangat betah di cafe Nam seharian sampai lupa kalau ada aku di rumah! Terlebih jalang itu sangat cantik! Kau menidurinya kan ditempat kerja?! Bersenang- senang dengannya sementara aku sendirian di rumah!" Becky memukul- mukul dadaku mengatakan itu semua. Air matanya mengalir membanjiri wajah cantiknya.

"Becky! Aku tidak pernah meniduri siapapun kecuali dirimu! Dia hanya teman kerjaku tidak lebih! Lagipula dia sudah bertunangan." Aku mengucapkan kalimatku selembut mungkin ditelinga Becky sembari mendekap tubuhnya didadaku. Kuusap air matanya yang mengalir dengan ibu jariku lalu menopang dagunya agar mau menatapku.

"Aku tidak percaya! Hiks." Becky mengalihkan wajahnya lagi tidak mau menatapku.

"Ayolah, Becky. Percayalah padaku." Aku mengarah ke tepi kasur lalu duduk di situ dengan Becky dipangkuanku masih tidak mau menatapku. Air mata masih mengalir diwajahnya meski sudah tidak sederas tadi.

"Tidak mau! Hiks." Suara Becky mulai memelan.

Kurasa aku harus membujuknya dengan strategi lain.

"Kau pasti lelah ya di rumah mengerjakan semuanya sendirian? Maafkan aku karena tidak bisa membantumu ya?"

"Tidak. Bukan itu!" Becky menggeleng kepalanya.

"Lalu apa, hmm?"

"Dasar tidak peka!" Ucapnya memukul dadaku lagi.

Aku berfikir keras mencari tahu apa kesalahanku hingga akhirnya aku sadar.

Aku selalu menolak ajakan bercintanya karena lelah.

"Kau kesepian karena tidak ada yang memuaskanmu?" Tanyaku padanya berharap kali ini pertanyaanku benar.

Dia hanya mengangguk lalu menyembunyikan wajahnya di ceruk leherku.

"Maafkan aku, Becky. Sungguh aku tidak pernah menyentuh wanita lain selain dirimu. Aku hanya terlalu lelah setelah sepanjang hari bekerja." Ucapku mengelus rambutnya.

"Tidak ada yang menyuruhmu pulang selarut itu!" Becky dan seribu alasannya untuk marah.

"Baiklah baiklah. Mulai besok aku akan pulang lebih cepat, hmm. Aku akan menidurimu dengan layak setiap kali kau menginginkannya! Bagaimana?" Tawarku.

"Aku tidak percaya omongan buaya!"

Huft.

"Ayolah!"

"Buktikan baru aku percaya!"

"Baiklah malam ini aku akan menidurimu dengan benar untuk membuktikannya." Bisikku menyeringai sementara wajah Becky memerah mendengarnya.

The Runaway (FreenBecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang