Chap. 12 : We're Broke

3.9K 349 2
                                        

(Freen's POV)
Sinar matahari yang terik menerpa wajahku membuatku terbangun dari tidurku. Kepalaku sakit sekali. Pasti karena alkohol semalam.

Tunggu dulu. Kenapa sinar mataharinya panas sekali? Aku melihat kearah jam dinding untuk mengetahui waktu saat ini.

"JAM 9???" Aku terburu- buru turun dari kasur dan bergegas mengambil tasku. Beruntung kami sudah mengemasi barang kami kemarin.

"BECKY, BECKY! BANGUN! KERETA KITA BERANGKAT SETENGAH JAM LAGI! CEPAT KUMPULKAN BARANG- BARANGMU!" Teriakku berlari kesana kemari mengecek barang bawaanku dan menelefon taksi.

Becky keluar dari kamarnya memegangi tas dan kepalanya. Aku tahu dia masih pusing karena efek alkohol semalam. Aku menyodorkan segelas air dan pil untuk meredakan sakit kepalanya.

~

Disinilah kami. Duduk di dalam gerbong kereta. Belum mandi. Belum gosok gigi. Dan tentu saja belum sarapan.

"Duduklah disini, Becky. Aku akan mencari sarapan di kantin kereta." Dia hanya berdehem saja memandang kearah luar jendela.

Aku akhirnya mendapatkan 2 porsi sandwich untukku dan Becky. Kami makan di tempat duduk kami tanpa bercakap- cakap.

"Kau mau menjelaskan apa yang terjadi semalam, Freen?" Ucapnya tiba- tiba.

Apakhah dia tidak ingat?

"Ciuman itu?" Sambungnya.

Sial ternyata dia ingat. Bagaimana ini?

"Ehm... Maafkan aku, Becky. Aku tidak dapat mengontrol diriku jika sedang mabuk. Aku tidak sengaja menciummu." Ucapku membela diri.

"Hmm... Baiklah aku terima permintaan maafmu." Balasnya. Aku merasa lega mendengarnya tapi kenapa nada bicaranya terkesan seolah dia kecewa dengan jawabanku?

Ah sudahlah, Freen jangan berpikir terlalu jauh. Jangan terlalu berharap.

~

4 jam berlalu akhirnya kami sampai di kota baru ini. Seperti biasa kami berkeliling untuk mencari rumah baru kami.

Setelah lama berkeliling akhirnya kami menemukannya.

"Freen. Psst. Freen." Becky berbisik memanggilku. Ada apa dengannya?

"Ada apa, Becky?"

"Freen, ehmmm.... Sepertinya aku terlalu mabuk semalam dan memberi tip terlalu banyak dan ehmmm... Uangnya hanya sisa ini." Ucapnya nyengir.

Aku melihat kedalam tas ranselnya dan benar saja. Uang yang sudah kuperhitungkan dengan matang sudah tinggal sedikit.

"Bagaimana ini, Freen. Uangnya tidak cukup. Kita jatuh miskin, Freen, hiks hiksss."

Aku mulai panik ditambah kondisi saat ini tidak mendukungku. Wajah Becky memerah pertanda dia akan mengeluarkan air matanya sebentar lagi ditambah agen rumah yang kami temui sudah mulai tidak sabar menunggu jawaban kami.

"Apakah ada yang lebih murah dari ini?" Tanyaku pada agen rumah itu. Hanya itu yang bisa kupikirkan saat ini.

"Hmm... Ada tapi hanya ada 1 kamarnya. Kalian tidak apa- apa?" Tanyanya ragu- ragu.

"Tentu saja! Lagipula kami sama- sama perempuan." Ucap Becky tiba- tiba agar agen rumah tidak menolak permintaan  kami. Untung saja aku belum mengganti penampilanku. Tapi 1 kamar? Itu artinya aku akan 1 ranjang dengan Becky?

Si agen rumah mengantarkan kami ke rumah baru itu, menyerahkan kunci, dan meninggalkan kami. Segera aku masuk mengecek kamar kami dan hanya ada 1 ranjang berukuran queen size dikamar itu.

Aku keluar dari situ untuk memasukkan barang- barang kami tapi yang kulihat adalah Becky yang terduduk di sofa kecil sambil menangis.

"Hei, hei, becky... Kamu kenapa menangis, hmm? Tanyaku lembut

"Hiks freen bagaimana ini uangku sudah habis mana mungkin kita bisa bertahan disini tanpa uang hiks."

"Lihat aku becky. Tenanglah aku masih punya solusi untuk itu." Bergegas aku mengambil tasku dan mengeluarkan uang didalamnya.

"Hah? Darimana kamu punya uang sebanyak ini freen?" Becky kebingungan melihat uang yng kupegang.

"Kamu ingat pernah memberiku uang setiap hari untuk belanja? Well, aku menabung sisanya sebagai cadangan untuk saat- saat seperti ini, Becky."

Tangisan Becky menjadi lebih kencang lalu dia memelukku sambil berkata,

"Hiks hiks, oh freen, untung saja ada kau. Aku tidak tahu apa jadinya aku jika tidak ada dirimu hiks."

"Sudah ya jangan menangis lagi aku akan selalu membantumu sekuat tenagaku, Beck." Ucapku menenangkannya.

~

Malam tiba, suasana pun menjadi canggung lagi karena sekarang kami harus tidur di satu ranjang yang sama.

"Kau yakin tidak keberatan, Becky?"

"Te-tentu saja tidak, Freen. Lagipula ini hanya tidur biasa kan apa yang perlu dikhawatirkan." Ucapnya.

"Oke. Kau mau tidur sebelah mana?" Tanyaku lagi.

"Kiri saja."

"Oke"

Setelah itu kami beranjak ke sisi tempat tidur kami masing- masing. Semalam suntuk aku tidak bisa tidur nyenyak karena memikirkan ciuman kami tadi malam dan sekarang aku harus tidur seranjang dengan Becky.

The Runaway (FreenBecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang