Yes, Queen - 18

20.9K 1.9K 127
                                    

Hai? Kaget?

Tapi nungguin gak?

Ahahaha

Emang ada rencana up cepet, walaupun mepet, ganti rugi yang kemaren

Pembaca lapak sebelah, sabar, yang ini dulu

Gimana yang kemaren? Wkwk

Chapter ini aku buat dengan segala kemepetan, jadi gak sempat aku cek ulang buat edit. Karena beneran baru selesai jam setengah 12 malem ini

Aku ini tipe dadakan, gak bisa nimbun draft ahahaha

Bantu aku kalau ada typo atau sejenisnya yaaa-!

Menurut aku chapter ini feel nya agak berat, gak tau di kalian, coba baca pelan-pelan. Soalnya aku berusaha banget sampaiin feel nya supaya kalian paham dan bisa bayangin adegannya

Oke deh sekian

Vote comment jangan lupa, aku semangat karena itu wkwk

Btw, makasih buat do'a nya yaa, semoga do'a baik kalian berbalik ke diri kalian masing-masing, aamiin

Selamat membaca❤















Pada sore menjelang malam hari itu, Axe kembali mendatangi tempat yang berhasil membuatnya bertemu dengan Skyla untuk kali pertama, setelah nyaris dua bulan lamanya.

Melewati sekat pembatas antara pasien campuran dan pasien khusus pemilik nama besar, lelaki dengan kaos hitam polos yang dibalut jaket kulit berwarna senada itu berjalan lurus melewati halaman hijau dibawah oranye langit kala senja.

Pada langkahnya yang tidak pernah goyah, Axe memikul dua beban pada dirinya. Satu, berupa sebuah gitar yang berada di punggung. Kedua, sebuah godam di dada yang semakin menekan setiap langkah menuju tempat yang ingin dicapainya.

Sisa beberapa meter sebelum tiba, tapakan kaki Axe terhenti paksa selama beberapa detik sebelum akhirnya berubah tempo menjadi cepat kala matanya menangkap sosok wanita yang begitu ia benci hendak memasuki teras rumah bertuliskan VVIP 01.

Tanpa sedikitpun praduga akan mendapatkan interupsi pada langkah kakinya, wanita itu—Soraya Vanessa, terkesiap kaget bukan main saat lipatan tangannya mendapatkan tarikan kasar yang sontak membuat wanita dengan dress sebatas lutut itu berubah haluan menjadi tertarik paksa ke arah yang berlawanan.

Tidak sempat memprotes apalagi memberontak akan perlakuan kasar yang ia terima, mata Soraya sudah lebih dulu dibuat membelalak saat menyadari siapa orang yang telah berlaku demikian kepada dirinya.

"A-axander... "

Tak elak, ingatannya langsung tertuju pada kejadian terakhir kali ia bertemu dengan sang putra. Wajah wanita itu berubah pucat. Spontan, tangan Soraya yang terbebas menyentuh area leher, kemudian merabanya.

Masih terbayang jelas bagaimana ekspresi Axe ketika mencekiknya. Tanpa perasaan. Tanpa sedikitpun iba. Tidak peduli akan kentalnya darah yang terhubung di antara mereka, putranya itu mengabaikan tiap jeritan juga rona wajahnya yang memucat di setiap detik cekikan itu menyiksanya.

Axander Dewa Damantara, putra kandung yang ia lahirkan, nyatanya tidak lebih dari seorang perwujudan iblis dimata Soraya.

Sontak, dengan perasaan takut luar biasa apalagi tanpa keberadaan bayang-bayang Geraldi Damantara, tubuh Soraya bergetar memikirkan banyak kemungkinan yang ada. Cepat-cepat wanita itu menyatakan pembelaan akan perkara yang ia duga menjadi penyebab dibalik perlakuan Axe padanya.

Yes, Queen-!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang