Yes, Queen - 27

29K 2.6K 460
                                    

Hai? Nungguin?

AHAHAHA MAAPIN

Aku gak expect bakal terpenuhi secepat itu disaat chapter yang ini belum selesai tadi

Maaf ya gais, kapok aku ngajak kalian main challenge

Ternyata aku yang keteteran

Tapi, kalau gak gitu, silent readers makin banyak wkwk

Kalau gamau komen gapapa, minimal bintangnya

Ohiya, challenge nya udahan ya. Aku butuh napas sejenak plisss

Aku berusaha banget buat bikin chapter ini gak lebih dari 2,5k kata, tapi gagal, malah bablas 3k lebih

Terus juga aku gak sempat edit karena takut kalian kelamaan nunggu bayaran challenge, jadi sekalian bantu tandain kalau ada typo atau sejenisnya yaaa-!

Selamat membaca❤







Awalnya Axe kira, setelah menemukan dimana Michella berada, ia akan meledak seraya memaksakan semua keinginan egois di dalam dirinya.

Mengikat gadis itu bersamanya.

Memaksa dia untuk menerimanya.

Entah dengan cara yang salah atau benar, ia akan memastikan kalau sang gadis berada di dalam pelukannya.

Dengan semua amarah yang nyaris tidak bisa ditanggung oleh mereka yang berada di sekitarnya, hanya dengan sekali pandangan mata dibuat meluruh tanpa pernah tersisa.

Axe terlambat menyadari kalau ia ternyata tidak merasa cukup sanggup untuk melakukan sesuatu yang bisa membuat Michella membencinya.

Rasa percaya diri akan keinginan guna menundukkan sang gadis, tidak lebih dari sebuah angan belaka karena nyatanya, dirinya lah yang tanpa ia sadari berhasil dibuat tunduk di hadapannya.

Hanya dengan memastikan dia berada di dekatnya, Axe tidak lagi merasakan amarah.

Hanya dengan menatap binar pada matanya, Axe merasa jauh lebih tenang.

Michella Queensha dan eksistensinya, bagai obat penenang yang tidak dapat Axe jauhkan dari sisinya.

"Ssttt... " Axe mengusap kerutan halus yang tercipta di dahi Queen ketika gadis itu tengah terlelap di atas ranjang kamarnya.

Menyiratkan rasa ingin menenangkan, Axe mengelus surai sang gadis agar dia bisa merasa jauh lebih tenang dari apapun yang menimbulkan ketidaknyamanan di dalam mimpinya.

Ia mempertahankan gerakan tersebut sampai kerutan itu perlahan hilang dan Queen bernapas kembali dengan teratur.

Melirik sekilas pada jam dinding, waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Sementara mereka sampai di apartemen miliknya sekitar pukul dua lebih dini hari.

Queen tertidur secara tidak sadar ketika gadis itu tengah memeluknya. Mungkin karena terlalu lelah dan tidak memiliki banyak energi lagi, kepalanya terjatuh dengan ringan di atas bahu Axe.

Membuat tawa geli lelaki itu terdengar dalam seketika karena pasalnya, itu masih belum berlangsung selama tiga jam sejak gadis di pelukannya itu berusaha mati-matian untuk menjauh darinya.

Seakan melupakan semua itu, bagaimana mungkin dia bisa dengan mudah terlelap di bahu lelaki yang pernah membuatnya takut bukan main?

Axe tidak mengerti. Ia memang sudah berjanji untuk tidak bertindak macam-macam, hanya saja, apa Michella memang menyimpan kepercayaan sebesar itu kepada dirinya?

Yes, Queen-!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang