Yes, Queen - 36

18.4K 2.2K 624
                                    

Hai? Kaget?

Ahahaha

Tau gini, aku main challenge kemarin

Challenge follow akun wkwk

Tapi gapapa, sedikit hadiah karena aku emang pengin aja up chapter ini

Kalian, suka warna apa?

Yang kalian suka dari Axe?

Dari Queen?

Tim baca cepat atau nabung dulu?

Btw, aku gak permasalahin sih kalian baca AN aku atau nggak

Tapi tolong, setelah aku koar-koar LAGI SIBUK, LAGI CAPEK SEMESTER 5, tolong jangan tanya jadwal up atau 'kalau bisa up nya kelamaan, nanti lupa alur' atau sejenisnya

Ya Allah ya gusti...

Aku perjelas ya

GAK ADA JADWAL UP
AKU UP SUKA-SUKA

Satu lagi, AKU LAGI LANCAR IDE DI LAPAK SINI, SAYANG! (Walaupun gak bisa rutin, tapi idenya ada)

Nah, udah kayak gitu aja. Kadang masih nanya di saat aku udah lebih dari sekali ngasih tau kondisinya tuh bikin agak kesel juga

Btw, bantu aku kalau ada typo atau sejenisnya karena gak sempat di edit sama sekali-!

Vote comment jangan lupa-!


Selamat membaca❤










Menjalarkan tangan kanan pada sebagian wajah sampai garis leher guna membuat sang gadis tetap berada di bawah kendalinya, Axe turut menggerakkan tangan kirinya ke belakang.

Merambat pada bagian pinggang Queen seraya meletakkan telapak tangan besarnya pada punggung gadis itu—memberikan tekanan untuk merapatkan tubuh.

Bibirnya bergerak sesuai naluri. Tak bisa merasa puas bahkan ketika ia telah mampu mengecapi manisnya kelopak bibir si gadis.

Tak peduli betapa kakunya tubuh Queen atau bahkan hanya dirinya sendiri yang memejamkan mata untuk menikmati, Axe terlalu hilang kendali untuk bisa melepaskan gadis itu lagi.

Ibu jari yang berada di sisi wajah Queen turun ke area dagunya, memberi sedikit tekanan agar bisa membuka celah pada dua kelopak kemerahan yang masih ia sesapi bergantian.

Ketika segaris tipis lipatan tersebut terbuka, Axe nyaris menyapa bagian halus dan lebih manis dibaliknya ketika peluang itu menutup rapat dalam seketika.

Queen memberikan penolakan yang sekiranya bisa gadis itu lakukan saat tubuhnya gemetar bukan main, tak bisa dikendalikan.

Tenaga yang sebelumnya masih tersisa saat berhadapan dengan Yera, terasa diserap oleh sesuatu tak kasat mata. Menyisakan rasa lemas tak terkira hingga tangan Axe menjadi satu-satunya pengandal tubuhnya tetap bertahan dalam rengkuh kuat si pemuda.

Mendapatkan penolakan seperti itu, Axe hanya mampu meloloskan tawa ringan, tanpa berniat menjauhkan wajah atau menyudahinya begitu saja.

Terdiam sejenak, lidah lelaki itu kemudian bergerak secara alami menyapu bagian paling sudut bibir Queen. Mencicipi bagian robekan kecil yang tergores di atasnya, lalu menyesap area tersebut seakan berusaha memberi penyembuhan.

Yes, Queen-!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang