Yes, Queen - 26

17.1K 2.2K 1.1K
                                    

Hai? Nungguin?

Ahahaha

Maaf ya lama, lagian, challenge terpenuhi pagi-pagi buta waktu aku tidur. Gak mungkin bisa langsung aku up

Ohiya, selamat karena terpenuhi-!

Ini hadiah buat kalian, 4,1k words!

Kurang banyak apalagi coba?

Spesialnya, aku berani bilang kalau chapt ini full Axe-Queen

Siap-siap aja, aku berusaha taruh banyak kejutan disini wkwk

Dan karena aku masih punya mood untuk cerita ini, kita challenge lagi untuk next chapter, setuju?

750 vote + 750 comment, bisa?

Dengan pembaca sebanyak itu cuma dalam beberapa menit, aneh juga kalau gak bisa

Klik bintang gak akan bikin jari kalian patah, sayangku

Ramein!  Bantu aku tandain juga ya kalau ada typo atau sejenisnya-!

Selamat membaca❤


















Bagaikan patung, Queen hanya terdiam membeku ketika matanya menyaksikan langsung bagaimana beringasnya Axander menghajar para lelaki itu.

Tanpa ampun, si pemilik jabatan ketua Glastor itu terus melayangkan pukulan serta serangan yang sulit untuk ditangkis bahkan oleh delapan orang pemuda seusianya sekalipun.

Setiap mereka yang berusaha mengambil celah untuk mendekat pada Queen, saat itu juga akan mendapatkan hantaman dari Axe. Tidak ada sedikitpun peluang untuk maju. Axander mengenyahkan segala keinginan mereka untuk menjadikan Queen sebagai bahan sandera.

Dari jarak yang tidak begitu jauh di depannya, lelaki berbalut jaket kulit hitam yang bagian punggung tangannya dibalut oleh kain kasa itu, nampak mencemarkan warna putih semula sang kain menjadi merah pudar yang perlahan berubah semakin pekat.

Tangan yang sebelumnya nampak sudah terluka dan sedang dalam perawatan sementara itu, kini kembali dibuat berdarah oleh aksinya memukuli banyak orang.

Namun, tidak pernah ada barang sekalipun Queen melihat Axe menampilkan rasa sakit di wajahnya.

Lelaki itu baru berhenti setelah melihat para lawannya terkapar penuh erangan rasa sakit juga lebam di sekujur tubuh mereka.

"Lo... siapa?" Salah satu diantara mereka, menahan kaki Axe ketika lelaki itu menunjukkan tanda hendak pergi.

Axe memandang rendah dia yang sudah penuh luka, namun masih berusaha menahan dirinya.

Tanpa sedikitpun ekspresi di wajah, ia menjawab, "Axe dari Glastor. Cari gue kalau lo butuh balas dendam."

Usai mengatakan kalimat penuh sapaan terbuka akan sebuah pembalasan, Axe mengenyahkan kasar tangan yang menahan kakinya. Melangkah lurus ke depan tanpa sedikitpun mengalihkan pandangan.

Di depannya, tidak jauh di sana, berdiri seorang gadis yang telah membuatnya merasa bagai orang gila.

Memikirkan dia di setiap hal apapun yang dilakukannya, Axe sadar, jika malam ini ia tidak mencoba membuat Michella memahami perasaannya, gadis itu mungkin akan semakin jauh dari apa yang pernah ia kira.

Memangkas jarak yang tersisa diantara mereka, Axe memanfaatkan keterdiaman sang gadis dengan cara memeluknya erat. Merapatkan tubuh mereka hingga ia bisa merasakan suhu tubuh lain yang membuatnya sadar kalau dia benar berada dalam peluknya.

Yes, Queen-!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang