Yes, Queen - 22

29.1K 2.6K 501
                                    

Hai? Ada yang nungguin?

Apa kabar? Wkwk

Aku lagi ada ide buat lanjut chapter ini. Sebelum amblas + gak mood, jadi aku tulis chapter ini

Aku bakal sibuk untuk ke depannya. Yang udah cek wall profil aku pasti tau kalau aku tuh senin besok udah mulai masuk magang, jadi bakal susah cari waktu buat nulis

Nah, makanya chapter ini aku buat panjang, sekitar 4,1k kata wkwk

Semoga kalian gak bosen

Sebenarnya mau aku bagi dua, but, aku bingung potongnya dibagian mana, jadi dilangsungin sekalian semuanya ahahaha

Mau aku cut juga bagian narasi supaya lebih sedikit, tapi kayaknya gak bisa, soalnya itu bakal banyak hilangin bagian feel ceritanya

Ya gini deh hasilnya. Jadi, bantu aku kalau ada typo atau sejenisnya yaa, tandain aja, aku sering baca komen kok

Udah segitu aja, bentar ada salam dari si cantik

Selamat membaca❤





Suara tapak kaki ringan memenuhi lorong sunyi lantai 15 gedung apartemen yang kala itu terasa sangat senyap dan suram seakan tidak pernah ada satupun orang yang melewatinya.

Berhenti tepat di depan sebuah unit, perempuan dengan rambut terurai yang menenteng tas di bagian sisi kanan bahunya itu mengambil kartu akses masuk, meletakkannya pada pemindai, lalu membuka pintu saat suara konfirmasi terdengar.

Baru satu langkah memasuki lorong kecil dekat tempat menyimpan sepatu setelah dari luar, bisa ia saksikan keadaan ruangan yang nampak kacau balau, berantakan.

Ditemani gelapnya suasana tanpa diterangi cahaya buatan, matanya dengan jelas menyaksikan berbagai macam barang yang terlihat pecah dan sudah hancur tidak berbentuk bagai sengaja dirusak, dihancurkan.

Sayang, meski dengan semua kekacauan itu, si gadis tetap tidak menunjukkan sedikitpun riak di wajah. Dengan sepatu yang masih dipakai, ia melangkahkan kakinya. Melewati bagian ruang tamu dengan diiringi suara pecahan kaca yang terdengar dari injakan kakinya di atas lantai.

Dengan arah tujuan yang jelas, gadis itu memasuki salah satu kamar yang menampilkan secercah cahaya dari pintu balkon yang dibiarkan terbuka lebar.

Berdiri diantara pintu masuk, manik matanya menyorot tubuh tinggi tegap yang tengah berdiri di balkon dengan posisi membelakangi dirinya tanpa mengenakan atasan.

Di bawah kelabu langit sore hari yang menurunkan rintikan hujan sebagai pelengkap kesuraman yang terjadi, lelaki itu menghembuskan napas yang didominasi oleh kepulan asap pekat keabuan.

Yes, Queen-!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang