Yes, Queen - 28

23.5K 2.5K 1.3K
                                    

Hai? Ada yang nungguin?

Wkwk, maaf banget. Aku pengin up dari kemaren-kemaren, tapi aku nanti-nanti karena udah up banyak waktu itu, jadinya bablas hari ini deh ahahaha

Karena kalian suka challenge, mulai lagi hari ini, setuju?

800 vote + 1000 comment for next chapter, setuju?

Ohiya, untuk yang sering bantu aku koreksi typo dan sejenisnya, thank's banget yaaa

Emang si gak aku langsung koreksi. Aku lebih ke yang lihat dulu mana salahnya, terus aku jadiin pembelajaran buat chapter depan

Dan untuk kalian yang kurang suka sama panjangnya narasi, aku minta maaf banget, untuk yang satu itu aku gak bisa dipaksa buat kurangin, soalnya dari dulu sampai sekarang aku percaya kalau narasi itu salah satu penunjang penting untuk dapetin feel dialog + alur

Lebih dari itu, aku suka nulis gais. Aku suka ketika aku bisa jabarin momen yang aku rangkai di kepala

Aku gak pernah maksa kalian untuk suka sama apa yang aku buat. Aku cuma pengin kalian tau kalau ini tuh aku. Ini ciri khas aku.

Pokoknya kayak gitu. Teruss, vote comment jangan lupa-!

Selamat membaca❤







Bagai bagian dari salah satu sisi terliar ibukota, suasana lintasan arena balap yang kerap kali dijadikan tempat bertaruh kemampuan sekaligus uang, nampak ramai seperti malam-malam biasanya.


Ada banyak seruan heboh yang terdengar. Para wanita dan pria, semua berbaur guna menggaungkan nama mereka yang diunggulkan.

Diiringi pemandangan menggoda para wanita berpakaian terbuka, suasana kian meriah lantaran berkumpulnya para pemegang kendali besar setiap nama perkumpulan.

Glastor, Alargon, dan Viber.

Dalam formasi lengkap, mereka datang untuk saling menguji kemampuan satu sama lain.

Para ketua turun ke jalanan sebagai perwakilan tertinggi.

Sementara anggota mereka membentuk tiga kubu dari sisi berjauhan, memberi sorakan semangat sekaligus menjaga jarak aman dari timbulnya sebuah kerusuhan.

"Berapa, dah, tadi? Tiga puluh doang?" Bastian bergumam kurang tertarik dengan jumlah uang yang dipertaruhkan.

"Axe turun bukan karena masalah duitnya, anjir," Delta membalas seraya memandangi layar ponselnya.

"Tetap kurang menantang, anjay,"

Perkataan Bastian disambut toyoran kepala oleh Will yang membuat pemuda itu spontan mengumpat.

"Masalah harga diri, lah. Dari mereka, Axelano sama Zen yang maju. Gak mungkin Axe gak ikut turun," kata lelaki itu.

"Kalaupun duitnya diganti jadi lima puluh, emang berani lo maju gantiin Axe?"

"Si anjir!" Bastian langsung berseru tak terima lantaran merasa diremehkan. "Ya jelas kagak, lah! Gila aja malah jadi gue yang maju,"

Saat itu, Delta dan Will langsung melayangkan pukulannya kepada Bastian. Sebagai bentuk apresiasi atas apa yang baru saja keluar dari mulutnya.

Yes, Queen-!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang