18. Red hair

2 2 0
                                    

Happy reading

Jangan lupa ⭐




                                      ***

"Wah, ruangan ini luar biasa" Puji zen.

Ana pun tercengang.
ini lebih tepat di sebut butik mini.
Berbagai pakaian terpanjang rapi di dalam lemari kaca yang mengelilingi ruangan.
Di dimensi manapun sky selalu kaya batin ana.

"Lemari kaca di pojok itu milik ibuku" Tunjuk liam.
"Kau boleh ambil yang kamu mau"

Ana menuju lemari kaca.
Berbagai pakaian ada di sana, paling banyak gaun berwarna biru.
Sepertinya luna menyukai warna biru.
"Gaun ini cantik sekali" Gumam ana melihat gaun berwarna biru.

"Kamu akan terlihat cantik memakainya" Ujar zen yang melihat dari jauh.

"Loh ini kan.."tatapan ana beralih pada seragam noble academy berwarna biru.

Liam menghampiri.
"Ibuku dulu murid kelas A, sama sepertimu"

Oh luna yang di dimensi ini mempunyai kemampuan.
"Apa ibumu mempunyai kemampuan mengendalikan air?"

"Ya, ayah bilang ibu murid terbaik di kelasnya" Liam melihat tanda bintang perak di seragam kelas A.

"Luna ketua kelas" Ucap ana kagum.

"Sayang kehebatan ibuku tidak menurun padaku" Liam berwajah sedih.

"Tapi kamu murid yang pandai" Puji ana.

"Ya bahkan lebih pandai dariku si biang onar"zen nyengir.

"Terima kasih" Ucap liam terharu.



Rumah Eva.

Keesokan harinya.

Wuih daebak..
Ana menatap rumah mewah dengan dua lantai di hadapannya.

Ana datang terlambat sendiri karena harus menyiapkan kado buat eva.
Yang lain sudah berangkat lebih dulu.

Karena tidak punya uang, ana akhirnya memutuskan untuk membuat cokelat berwarna ungu.
Ana yang memakai gaun berteleport di halaman depan rumah eva.

Halaman sepi, namun dari dalam rumah terdengar alunan musik.

"Kenapa di luar?"tanya seorang pria berdiri di belakang ana.

Ana berbalik badan.
Ana terpana menatap pria berambut merah dan bertopeng separuh wajah di depannya.

"Kenapa tidak masuk?"tanya pria berambut merah.
Perempuan ini sangat mempesona batinnya.

"Aku datang terlambat, apa pestanya sudah selesai?" Tanya ana.

"Belum, kurasa baru akan berakhir pagi"Nada bicaranya sedikit terdengar mengeluh.

Ana tersenyum.
"Kamu bukan tipe yang menyukai keramaian ya?"

"Ya"Jawabnya nyengir.
"Masuklah eva ada di dalam dan sedang berdansa tadi saat aku meninggalkan ruangan"

Ana mengangguk lalu masuk ke dalam meninggalkan pria itu berdiri di teras.

Di sebuah ruangan megah beberapa murid tampak menari mengikuti irama musik.

Ana berjalan perlahan ke tempat eva berdiri.
"Happy birthday beautiful" Ana menepuk bahu eva pelan.

Eva berbalik badan dan langsung memeluk ana.
"Oh ana, terima kasih, aku pikir kamu nggak datang"

"Nih, semoga kamu suka" Ana memberikan cokelat dalam kotak bentuk hati yang berwarna ungu.

"Kamu nggak perlu repot tapi terima kasih" Eva mengambilnya sambil tersenyum.

Ana's DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang