22. Traitor

2 2 0
                                    

Hampir tiga jam ana dan kael mencari liam namun usaha keduanya gagal.

"Menurutmu dia ke mana?" Tanya zen menghampiri ana dan kael yang berada di halaman rumah sky.

"Kalau tau kami tidak akan ada di sini zen" Gerutu kael.

Ana tampak berpikir.
Seharusnya dengan teleport gue dengan mudah bisa menemukannya..
Kenapa tidak bisa ya.
Liam berada di luar jangkauan..
Tempat seperti itu yang gue tau cuma..

"Ana.. Ana" Panggil kael membuyarkan lamunan ana.

"Maaf kael, aku terlalu sibuk berpikir" Ana melirik zen.
"Di mana aunty cloudia dan uncle rain sekarang?"

"Mereka mencari di sekitar sungai"
Zen berwajah khawatir.
"Semoga saja liam tidak nekat"

"Maksudnya?" Kael tegang.

"Ya bagaimana kalau dia putus asa dan melompat ke sungai" Ucapan zen membuat kael mendelik marah.

"Jangan berpikiran yang tidak-tidak zen!"

"Iya maaf" Zen menekan tombol di smart watchnya.
"Halo kenapa va?"

"Aku dan katie mencari liam di sekolah tapi sepertinya liam tidak kemari, kami akan mencoba mencari lagi.. Beri kabar kalau liam sudah ketemu ya" Eva mengakhiri pembicaraan saat zen menjawab ya.

"Ini sudah mulai gelap, kita kembali ke markas saja" Usul zen.

Ana membawa keduanya teleport kembali ke markas.

Di ruang makan tampak maroon sedang makan malam dengan green dan sunny.

"Kita butuh tenaga untuk mencari liam, kalian juga harus makan malam"ujar sunny.

Kael dan zen duduk di meja makan, wajah keduanya tampak tidak berselera makan.

"Aku permisi ke kamar mandi"ana berteleport.

Maroon menghela nafas berat melihat ana yang menghilang.
Maroon tau ana berbohong.
Ana hendak mencari liam lagi.



Hutan.

Ana muncul di sisi hutan.
Di daerah sini tidak bisa teleport, gue harus jalan kaki.

Ana menuju ke arah gua di balik air terjun.
Mungkinkah liam ada di sini.

Ana masuk ke dalam gua dan terpana.

Liam sedang duduk bersila di dekat api unggun.

"Mau apa kamu kemari?"tanya liam datar.

"Mau menemanimu" Ana duduk di sebelah liam.

"Aku tidak mau pulang" Ucap liam.

"Aku tidak menyuruhmu pulang" Ucap ana santai.

Liam memandang ana.
"Lalu untuk apa kamu kemari?"

"Untuk menemanimu" Jawab ana.

"Menemaniku?" Liam menatap ana bingung.

"Ya..Aku mencemaskan temanku yang baik hati dan tampan karena itu aku di sini"

Liam menatap ana.
"Teman..sepertinya kamu sudah memutuskan untuk memilih kael"

"Ah kamu membaca pikiranku" Ujar ana cepat-cepat menutup pikirannya.

"Kael beruntung sekali, dia mempunyai segalanya.." Liam berwajah sedih.

"Tidak kamu lebih beruntung" Ana menyentuh bahu liam.
"Menurutmu mana yang lebih menyakitkan mendapatkan kebahagian lalu kehilangan atau kehilangan dulu baru mendapatkan kebahagiaan"

Liam termenung..

"Aku tidak tau apa yang membuatmu begitu marah saat ini.. Apa karena kedua orangtua kandungmu menyayangi kael, apa kamu cemburu pada kael?"tanya ana.
"Orangtua yang selama ini membesarkannya ternyata bukan orangtua kandungnya.. Menurutmu bagaimana perasaan kael saat ini"

Ana's DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang