11. Rivals

1 1 0
                                    

"Kenapa dengannya?"Master violeta melihat kael menggendong tubuh ana memasuki ruang  kesehatan.

"Aku tidak tau master"jawab kael.

"Baringkan di ranjang, aku akan memeriksanya"Violeta mendekat dan memeriksa tubuh ana.
Dia sama sekali tidak terluka namun energi tubuhnya sepertinya terkuras.
"Pembelajaraan apa yang di berikan master haze sampai salah satu murid menjadi seperti ini"gerutunya kesal.

Violeta mencari bahan-bahan ramuan dalam lemari obatnya.

Zen, green dan sunny tak lama datang menyusul kael.

"Kalian kembali saja, kehadiran kalian sama sekali tidak membantu, jangan tinggalkan pembelajaran berikutnya, aku akan menjaganya!"perintah violeta.

Kael mau protes tapi sunny dan green menarik kedua tangannya.
"Baik master terima kasih"ujar green cepat.

Kael hanya bisa pasrah saat tubuhnya di seret keluar ruang kesehatan oleh sunny dan green.

Zen menatap tajam kael.
"Kini akui saja kalau kamu menyukai ana!"

"Iya aku menyukainya"ucap kael saat mereka sudah di luar ruangan.

"Kalian bersaing secara sehat saja"ucap sunny.

"Ya cukup adil"jawab zen.

Kael mengangguk sambil menatap ke arah pintu.

"Kamu sendiri nggak suka ana?"tanya green pada sunny.

"Rasa sukaku berbeda, aku hanya menyayanginya sebagai saudara, wajah ana mengingatkan aku pada ibuku" Jawab sunny.
"Kalau kamu, apa kamu menyukai ana?"

Green terdiam sesaat.
"Ya"
Green melihat kael dan zen bergantian yang juga menatapnya balik.
"Tapi kurasa itu hanya sebatas rasa kagum dan terima kasih"

"Siapapun yang ana pilih, yang lain tidak boleh protes, berjanjilah!" Perintah sunny.

Zen mengangguk.

"Ya..Apa ana akan baik-baik saja?" Kael khawatir.

"Tenang saja, walau wajahnya galak tapi master violeta pembuat ramuan yang hebat" Ucap zen.

"Sebaiknya kita tidak membantah master violeta, kau tau kan dia bagaimana"ucap green.

"Ana akan baik-baik saja"sunny menepuk bahu sepupunya.

Kael menghela nafas berat.
Master violeta memang terkenal lebih galak daripada master erif.




Dua jam kemudian.

Ana yang terbangun terkejut melihat violeta tepat berada di sebelahnya.
Ana langsung waspada teringat hal jahat yang pernah di lakukan violeta.
Namun ana langsung menyadari kalau wanita yang sedang menjaganya ini tidak memiliki aura jahat sama sekali walau wajah cantiknya terkesan galak.

"Kau sudah sadar"violeta menaruh buku yang semenjak tadi sedang di bacanya sambil menunggu ana sadar.

Ana mengangguk.
"Terima kasih"ucap ana menyadari kalau di dimensi ini violeta adalah master kelas C.

"Kau beruntung memiliki teman-teman yang perhatian padamu"violeta memberikan minuman dalam gelas kaca.
"Minumlah ini bisa mengembalikan energimu"

Ana mengambil dan meneguknya.
Ana berhenti minum.
"Pahit sekali.."Gumam ana.

"Apa yang kau harapkan, itu ramuan obat bukan madu"Violeta tertawa.

Ana tanpa protes meminumnya lagi hingga habis.

Violeta tercengang.
Padahal kupikir dia akan melemparkan gelasnya batin violeta teringat rasanya yang sangat pahit.

"Ramuan apa ini?"tanya ana.

Ana's DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang