Rumah Untuk pulang |Chapter 12|

44 9 4
                                    

"Kenapa bang? Apa ada masalah?" Tanya Ennoshita.

"Ngga ada, gue baik baik aja" Jawab semi.

"Katanya kalo rokok itu bisa bikin pikiran si perokok tenang" Ujarnya.

Peraturan di kosan memang dilarang untuk merokok, tapi untuk beberapa alasan saja.

"Sorry gue ga patuhin peraturan"ucap semi, bibirnya tersenyum sangat tipis.

Hal itu membuat ennoshita langsung tertawa terbahak.

"Hahaha, memangnya kenapa kalo ngerokok" jawabnya.

Semi kembali tersenyum tipis "Serem banget Deket sama anak psikolog langsung tau aja".

"Sebenernya bukan gitu tapi memang gue kenal dari bau nya, bau tembakau" Ucap Ennoshita.

"Dulu ayah gue seorang pemabuk berat dan juga dia perokok berat, Waktu pacaran sama ibu dia sering banget ngerokok diem diem dari ibu gue, Tapi semenjak saat itu, semenjak ayah gue menikah sama ibu perlahan dia berubah, dia juga Setelah menikah ngambil Kuliah, katanya mau gapai mimpinya jadi seorang dokter, dan sekarang mimpinya udah tercapai, Ayah gue Mulai menjauhi semua kebiasaan buruknya dulu, setelah beberapa tahun menikah Gue lahir". Ucap Ennoshita.

"Itu yang di ceritain ibu, Rasanya gue harus bersyukur beberapa kali punya orang tua kaya mereka bang".

"Lu beruntung banget en, gue ikut seneng dengernya!" Ucap semi, ia tersenyum tipis.

"keluarga yang lengkap itu kaya gimana?" Tanya semi.

"Sorry bukan nya gue mau bandingin atau apa!" Ucap semi, ia kaget atas pertanyaannya sendiri.

"Santai aja bang kalo ada masalah cerita aja!" Ucap Ennoshita ia tersenyum lembut.

Semi kembali memandang jalanan sekitar "Saat itu gue kabur dari rumah, Ayah selalu kasih kekerasan ke ibu berujung gue selalu kena amukan" Ucap semi kepalanya menunduk dalam.

"Rasanya saat itu juga, gue bener bener berada di ambang batas, kesabaran gue mulai habis, tapi gue ga mau nyerah, dan malam itu ibu gue bunuh diri, dia udah cape sama kelakukan Ayah, gue nyaksiin kematian ibu gue didepan mata gue sendiri... 5 tahun setelah kematian ibu, Ayah sama sekali ngga berubah Umur gue baru 17 tahun saat itu, Isi pikiran gue udah hancur, rasanya gue ngga bisa, Gue sempet beberapa kali coba bunuh diri tapi Gagal".

"Saat itu hari kelulusan SMA gue diajak sama kuroo. Kuroo dulu temen SMA gue, dia bilang "ikut gue, gue bakal ajarin lu caranya berdamai sama keadaan" Katanya.

Semi tersenyum kecut, "tapi saat itu tetap aja sama, gue ngga paham apa yang kuroo maksud".

"Tapi setelah gue paham pemikiran kuroo gue malah salut, ternyata bukan gue doang yang ngerasain hal yang sama, gue seneng ketemu kalian,gue bersyukur"

"Namun Rasanya entah tetap aja,Gue emang punya anak beribasa,gue punya kalian, gue  udah menganggap kalian sebagai rumah kedua buat gue, tapi yang gue kenal cuma kata "Rumah" gue ga tau Rumah itu apa? Rumah seperti apa yang mereka maksud gue ngga ngerti".

"Dulu temen SMP gue banyak yang bilang "semi hidup kamu enak banget, orang tua kamu selalu banggain kamu, orang tua kamu dukung kamu, tapi setelah itu saat pulang ke rumah, Ayah sama ibu gue selalu berantem."

"Saat gue kelas 3 Smp gue baru paham ternyata Ayah sama ibu cuma mau pencitraan doang"

"Sorry gue malah curhat ke lu" ucapnya sembari mengusap air matanya yang sudah jatuh.

Mendengar Cerita dari semi tersebut hati ennoshita cukup teriris, jika ia yang berada diposisi semi mungkin ia sudah menyerah dari dulu, dirinya kira semi punya keluarga yang harmonis karena pada dasarnya semi selalu terlihat baik baik aja, ia tidak pernah mengeluh sama sekali.

Togetherness |Haikyuu fanfiction| END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang