Chapter 47. Two Blondes Meet Each Other

10K 682 31
                                    

Karina tersenyum miris, menatap laki-laki di hadapannya yang masih mengunci kedua tangannya, dan baru saja membentaknya karena ia mengungkit soal gadis bernama Syerin.

Julian yang melihat itu kini menelan ludah. Ia seperti menyadari bahwa dirinya telah berhasil membiarkan emosinya menang.

"Karina-"

Tok tok!

Dari arah luar, suara ketukan pintu tiba-tiba terdengar, membuat Karina dan Julian sama-sama teralihkan.

"Ma.. ma.. na na.."

Suara ocehan bayi kini terdengar, membuat Karina dan Julian sama-sama tersentak.

Karina segera melepaskan kuncian tangan Julian, dan berhasil karena Julian sudah melonggarkannya. Setelah itu Karina langsung membuka pintu, melihat seorang perempuan paruh baya yang sedang menggendong bayi.

"Sorry ganggu, Kiara nyariin kamu nih," ucap Isvara, yang sempat mendengar suara ribut dari arah kamar Karina, dan langsung menyadari bahwa Julian juga berada di dalam.

Karina yang kedua matanya basah dan memerah, kini segera mengusapnya, kemudian ia berjalan mendekati ibunya dan mengambil Kiara dari gendongannya.

"Kiara nyariin mama ya? kita makan malem dulu yuk sebelum bobo," ucap Karina, mengingat bahwa dirinya harus memberi makan puterinya terlebih dahulu.

Kini Karina menatap ke arah Julian yang masih berada di dalam kamarnya, dan menunjukkan wajah yang penuh rasa bersalah.

Apakah Julian merasa bersalah karena sudah membentaknya? atau ia merasa bersalah karena sudah mengacaukan kebahagiaan Karina yang tak seberapa?

"Om Julian pulang aja, Kiara mau istirahat habis ini," ucap Karina, kemudian berjalan pergi menjauh dari kamarnya. Ia menuruni tangga secara pelan, untuk menuju ke dapur.

Sementara Julian di dekat pintu kamar Karina kini menelan ludahnya. Ia terlihat berusaha menenangkan dirinya, dari guncangan yang sempat ia rasakan dan belum lega karena Karina belum memahami betapa besar rasa khawatirnya sekarang.

"Gakapa pulang aja ya, Karina kayanya kecapean juga, kalo mau ngobrol lagi bisa lain waktu."

Isvara berucap pada Julian, membuat Julian mengangguk dan mengiyakan.

"Maafin saya, tante," ucap Julian, menyadari ia sudah mengganggu waktu Karina dengan datang kesini. Akhirnya Julianpun pamit. Ia pergi tanpa menghampiri Karina terlebih dahulu, sebab ia tahu itu hanya akan membuat Karina semakin marah padanya.

***

Keesokan harinya.

Karina terbangun dari tidurnya yang tidak lelap. Ia membuka kedua matanya, dan langsung melihat ke arah keranjang bayi dimana puterinya masih tertidur.

Sesuai dugaannya, semalam Karina lagi-lagi mengalami kesulitan tidur. Padahal ia sudah meminum obat anti cemasnya, namun tetap saja tidur adalah sesuatu yang sulit dilakukan.

Kini Karina duduk di tepi kasur dan merenung. Ia mengingat apa yang sudah terjadi semalam, dan bagaimana perasaannya semakin tidak karuan.

Karina bisa melihat amarah yang begitu jelas di kedua mata Julian, ketika membentaknya dan memintanya berhenti mengungkit soal Syerin. Ia bisa melihat Julian yang kesal karena Karina melakukannya.

Kini karina jadi berpikir. Apakah Julian sudah mulai menumbuhkan rasa sayang di dalam dirinya, pada gadis yang ia katakan sudah ia selamatkan? apakah Julian begitu melindungi Syerin hingga ia marah Karina mengungkitnya?

Karina seketika menggeleng, dan berusaha menghentikan apa yang ia rasakan sekarang. Ia baru saja bangun dari tidurnya, lalu kenapa sudah memikirkan soal Julian?

myloverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang