Chapter 68. Peringatan Terakhir

6.7K 700 159
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Saat ini, seorang wanita paruh baya berjalan memasuki kamar puterinya, sambil membawa nampan berisi makanan.

Isvara melihat Karina, yang saat ini sudah duduk di tepi kasur, sambil menggendong Kiara di pelukannya.

Pagi tadi, sekitar pukul dua, Isvara sempat datang lagi ke kamar Karina untuk melihat keadaannya. Karina ternyata sudah sadarkan diri, dan sedang menangis sambil menatap wajah puterinya.

Di pukul lima pagi, Isvara kembali datang dan melihat Karina yang sudah menggendong Kiara sambil menyusuinya.

Dan sampai saat ini, Karina masih belum berpindah dari posisi tersebut. Piyama yang ia kenakan bahkan masih terbuka, menampilkan payudara darimana sumber makanan utama Kiara berasal.

"Karina?"

Isvara berucap, sambil berjalan mendekat. Ia berdiri di dekat Karina yang tak menengok ke arahnya, dan tetap memandang wajah Kiara yang sudah kembali tidur di gendongannya.

"Ayo sarapan dulu, kamu pasti laper dari semalem belum makan," ucap Isvara.

Namun Karina tak bergeming, dan masih tetap berada di posisinya. Wajahnya terlihat begitu pucat, dan menunjukkan rasa lelah. Kedua matanya yang memandang Kiara di gendongannya, terlihat membuka, namun begitu lemas seolah hendak menutup secara perlahan.

Isvara yang melihat itu menelan ludahnya. Puterinya benar-benar kacau.

Rintangan tak berhenti mendatanginya, mengeroyoknya secara fisik maupun mental.

Karina terlihat tak memiliki semangat. Ia terlihat seperti seseorang yang kehilangan segalanya.

Padahal saat ini, Kiara masih berada di sisinya. Sidang masih akan dilangsungkan minggu depan.

Namun Karina sudah terlihat sekacau ini. Kedua matanya sudah tak lagi menunjukkan semangat untuk-

"I think I'm just gonna die."

Tiba-tiba ditengah keheningan, Isvara mendengar suara Karina yang berucap.

Kedua mata Isvara membulat, dan jantungnya berdebar kencang.

"Karina-"

"If I lose both of them, I'm just gonna die."

Dengan suara yang begitu pelan dan menunjukkan kepasrahan, Karina berucap lagi, membuat Isvara tersentak luar biasa.

Apakah Karina belum menyadari bahwa Isvara sudah berada disini?? apaka ia berbicara sendiri, sambil tenggelam dalam renungan yang begitu gelap dan membahayakan??

Pandangan Karina yang lemas masih tertuju ke arah Kiara, namun mulutnya kembali berucap pelan.

"If I can't live with my daughter, then I'd rather die."

"I'll kill myse-"

"Karina!!"

Kedua mata Karina seketika membuka lebih lebar, ketika mendengar suara ibunya yang membentaknya dengan kencang.

"Ma?" ucap Karina, sama sekali tak menyadari bahwa ibunya berada disini.

Kiara yang berada di gendongannya, juga bergerak karena tersentak. Bayi itu seketika menangis dalam tidurnya, membuat Karina mengerjap dan tersadar dari lamunannya.

"Kiara.." ucap Karina, sambil mengubah posisi Kiara di gendongannya, kemudian menimangnya agar tenang dari tangisannya.

Sementara Isvara yang melihat itu masih berusaha menarik nafas secara perlahan. Jantungnya tadi benar-benar berdebar kencang mendengarkan semua ucapan puterinya.

myloverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang