Chapter 74. I'll Love You No Matter What

6.8K 728 177
                                    

Saat ini di dalam ruang rawat, seorang wanita yang berbaring di atas kasur, membuka kedua matanya perlahan dan melihat langit-langit kamar.

Wanita itu terdiam di tempatnya selama beberapa saat, memikirkan apa yang sudah terjadi padanya, sebelum dirinya berada disini.

Memorinya kembali, dimulai dari dirinya yang mengalami penyiksaan kejam oleh seorang laki-laki bernama Andrew, yang membuatnya dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi mengerikan seperti ini.

Kepalanya terasa sakit, lehernya mengalami cedera berat bahkan sampai dirinya kesulitan untuk berbicara. Tulang rusuknya mengalami retak hingga ia harus mengenakan gips di area bawah dadanya.

Semua luka yang ia alami, ia dapatkan karena kenekatannya dalam menghadapi rintangan di depan mata. Semua rasa sakit ini, ia terima karena mengira bahwa dirinya cukup kuat menghadapi seorang diri.

Namun anehnya, ia tidak menyesal. Karina tidak menyesal sudah melakukan semua ini, sebab kini ia sudah mendapatkan hasil dari rasa sakit yang ia terima, yaitu alamat Julian.

Karina sudah mengetahui alamat Julian, apartemen dimana laki-laki itu tinggal.

Kini Karina hanya perlu-

"Itu bukan alamatku, kamu dibohongin sama Andrew."

Deg.

Seketika, kedua mata Karina membulat lebar. Jantungnya berdegup begitu kencang dan tak karuan.

Karina hampir melupakan momen itu, momen ketika dirinya menangis dengan kencang, karena seseorang yang sangat ingin ia temui, akhirnya muncul di hadapannya.

"JULIAN!!"

Karina berteriak, menghiraukan rasa sakit dan perih yang langsung ia rasakan ketika mulutnya berucap.

Kini iapun berusaha bangkit dari posisinya. Jika saja ia memiliki kemampuan untuk melepaskan gips yang melindugi tulangnya, ia akan melakukannya demi bisa bergerak bebas dari berlari sekencang mungkin dari tempat ini.

"JULI- emhh!"

"Ssttt.."

Baru saja Karina hendak kembali meneriaki nama laki-laki itu, ia tiba-tiba merasakan mulutnya yang ditutup oleh tangan seseorang.

Kedua mata Karina membulat lebar. Karina kembali berbaring lurus di atas kasurnya, ketika melihat seorang laki-laki bertubuh besar yang berdiri di samping kasurnya, dan menutup mulutnya.

Wajah laki-laki itu berada di atasnya, menatapnya dengan tatapan yang terlihat tenang.

"Diem. Kapan kamu sembuhnya kalo begini terus?"

Kalimat itu keluar dari mulutnya, membuat kedua mata Karina semakin melotot, mendengar suaranya.

Suara yang ia dengar semalam. Suara laki-laki yang membuat Karina tersadar, bahwa penantian panjangnya akhirnya selesai.

Airmata seketika membendung di kedua mata Karina. Menggunakan kedua tangannya yang gemetaran, Karina memegang erat tangan Julian yang sedang menutup mulutnya.

Karina meluapkan tangisannya. Jika mulutnya sedang tidak ditutup rapat, ia mungkin akan kembali berteriak kencang. Bukan karena sengaja menciptakan keributan, namun karena ia tak bisa menahannya.

Ternyata yang semalam bukanlah halusinasinya. Ternyata laki-laki ini sungguhan berada disini bersamanya.

Karina tak mengingat apa yang terjadi setelah dirinya menangis kencang di pelukan Julian. Namun kini ia sudah berbaring disini, menatap wajah laki-laki yang ia pikir sudah kembali pergi.

Laki-laki yang terus Karina pandangi itu, juga memandangainya sedari tadi. Julian memperhatikan wajah Karina, dan melihat tiap tetesan air yang mengalir dari ujung mata ke pelipisnya.

myloverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang