Chapter 63. My True Savior

7.9K 627 190
                                    

Saat ini di dalam sebuah kamar yang belum pernah ditiduri siapapun sebelumnya, seorang gadis berambut pirang sudah berbaring di atas kasur yang empuk, dan memejamkan kedua matanya.

Ada bekas kemerahan yang melingkar di lehernya, di pergelangan tangannya, serta di pergelangan kakinya. Ia juga tertidur dengan gaun rumah berwarna putih yang terlihat anggun dikenakannya.

Sedari tadi, gadis itu tak pernah sendirian, sebab seorang laki-laki duduk di sebuah kursi yang ia tarik mendekat ke arah kasur ini, menjaganya disini.

Laki-laki itu memperhatikan gadis yang tertidur, sambil berusaha menahan emosi yang begitu besar di dalam dirinya.

Julian tidak tahu apa saja yang sudah dilewati gadis ini selama berada di tempat terkutuk itu, namun membayangkannya saja sudah membuatnya sangat marah.

Rasanya, Julian ingin membunuh mereka semua. Ia ingin memenggal kepala The Leader dan membakarnya. Ia ingin melakukan itu sekarang juga.

Tok tok!

Tiba-tiba suara ketukan terdengar, diikuti dengan suara pintu yang membuka dari luar.

Julian tidak bereaksi ketika ia mendengar langkah kaki ke arahnya, sebab ia sudah tahu siapa yang datang.

"Dokternya baru bisa dateng besok pagi, gakpapa?"

Julian mendengar penuturan bodyguard nya yang kini berdiri di sampingnya. Ia gelisah, sebab ia ingin dokter datang saat ini juga dan memeriksa kondisi tubuh gadis ini.

Namun kemudian Julian menghela nafas kasar, mengingat bahwa saat ini waktu sudah menunjukkan hampir pukul dua pagi.

"Yaudah," ucapnya akhirnya.

Suasana hening kembali menyelimuti, mirip seperti tadi, namun kali ini, Julian tidak sendirian memandangi gadis yang tertidur di atas kasur, ia ditemani oleh Gede yang juga melakukan hal sama.

"Jadi.. apa yang bakal lo lakuin sekarang?"

Gede bertanya, tanpa melepaskan tatapannya dari gadis yang tertidur pulas setelah diberi obat tidur oleh Julian.

Tepat setelah Julian datang kesini dan mengatakan pada Gede bahwa mulai hari ini, gadis ini akan tinggal disini, Julian langsung menyuruh gadis ini untuk tidur.

Gadis tak bernama ini langsung menuruti ucapannya, namun Julian dan Gede sama-sama tahu bahwa ia tidak tidur. Gadis ini hanya berbaring dan meemjamkan mata, dan berusaha terlihat seperti dirinya sedang tertidur.

Akhirnya Julian menyadari bahwa gadis ini berjuang keras menuruti perintahnya, meskipun sesungguhnya ia sangat kesulitan tidur.

Akhirnya Julianpun memberikannya obat tidur, yang langsung berhasil membuatnya terlelap dengan nyenyak.

"Lo.. udah beli dia, Jul, apa yang bakal lo lakuin sekarang?" tanya Gede.

"Gua gak beli dia, gua nyelamatin dia dari orang-orang gila itu," sahut Julian segera.

Sementara Gede menelan ludah, mengetahui bahwa atasannya memang menyelamatkan gadis ini, namun dengan cara membelinya, sebab itu adalah satu-satunya jalan yang bisa ia ambil.

"Lo bilang dia bakal tinggal disini mulai sekarang? emangnya gakpapa? bukannya lo sekarang udah mulai deket sama Karina? masa lo malah nyembunyiin cewek disini?"

Julian yang mendengar itu terdiam sesaat, namun kemudian ia menatap Gede di sampingnya.

"Terus gimana? kalo gak disini, dia harus tinggal dimana? tempat mana lagi yang aman buat dia?" tanya Julian.

Gede seketika terdiam, menyadari bahwa penthouse ini adalah tempat teraman bagi gadis yang belum mereka ketahui siapa identitasnya.

"Biarin dia tinggal disini dulu, gimana selanjutnya bakal gua pikirin nanti," sahut Julian.

myloverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang