Chapter 14. Tendangan Kiara

9.9K 588 21
                                    

"Kalo perginya sama gua, gak perlu takut lagi kan?"

Jantung yang berdebar kencang masih jadi sesuatu yang berusaha Karina tenangkan. Ia mendongak, menatap laki-laki yang berdiri di hadapannya, dan menggenggam tangannya dengan erat.

Karina tidak menjawab, namun ia juga tidak menolak. Hal tersebut membuat Julian tersenyum.

"Ayo."

Julian akhirnya berjalan, tanpa melepaskan tangan Karina yang ia genggam erat. Ia mengambil jaket Karina di gantungan baju, kemudian keduanya berjalan keluar dari apartemen.

Setelah sampai di depan lift, Julian melepaskan tangan Karina, kemudian memakaikan jaket berwarna hitam itu di tubuh Karina.

Karina yang menerima hanya terdiam dan menurut. Ia merasa aneh. Ia merasa begitu aneh, namun entah kenapa tubuhnya tidak menolak. Ia membiarkan Julian mengenakan jaket itu padanya.

Pintu lift akhirnya terbuka. Julian kembali menggenggam tangan Karina, dan mengajaknya masuk ke dalam.

Kini keduanya berdiri bersampingan dan terdiam. Karina berusaha keras mengatur debaran jantungnya, sambil merasakan tangan Julian yang masih menggenggam tangannya dengan erat.

Apakah ini tidak apa-apa? batin Karina, sedikit khawatir.

"J-Jul..?" panggil Karina, menunjukkan rasa paniknya.

"Udah gak usah protes, gua harus turutin permintaan bumil yang mau main ke taman, kalo enggak ntar anaknya tukang mewek juga kaya ibunya."

"Ck!" Karina berdecak kesal mendengarnya. Ia cemberut. Laki-laki ini selalu saja meledekinya.

Sementara Julian tersenyum geli. Ia berjalan keluar dari lift, sambil terus menggenggam tangan Karina. Julian meminta Karina menunjukkan jalan menuju ke taman yang ia maksud.

***

Setelah menempuh perjalanan yang tidak terlalu jauh, Karina dan Julian sebentar lagi sampai. Keduanya sudah berada di depan area taman.

Karina melihat ke bawah, ke arah tangannya yang tak kunjung dilepaskan oleh Julian.

Padahal, tidak perlu berpegangan tangan. Karina hanya butuh seseorang menemaninya kesini supaya tidak sendirian.

Namun sepertinya Julian tidak berniat melepaskan tangan Karina. Laki-laki ini pasti sedang mengambil kesempatan.

Lalu kenapa..

Disela renungannya menempuh perjalanan, Karina berpikir keras. Ia berpikir kenapa dirinya juga tidak mau melepaskan tangan Julian?

"Ini kan?"

Karina mengerjap, dan melihat ke depan. Ia melihat sebuah Eco Park yang sudah berhasil mereka datangi sekarang.

Suasananya mirip seperti yang Karina sebutkan, begitu sejuk dan rindang, serta banyak lampu yang menghiasi membuat taman ini terlihat begitu indah.

Karina tersenyum dan mengangguk. Ada cukup banyak orang yang juga mendatangi area ini. Namun meskipun suasananya ramai, tidak menghilangkan ketenangan yang menyelimuti.

"Ayo cari bangku."

Julian menggandeng Karina dan berjalan ke area taman yang lebih sepi. Ia ingin Karina bisa segera duduk dan beristirahat, sambil menghirup udara segar di taman ini.

Keduanya akhirnya menemukan bangku taman yang panjang dan tak ada yang menduduki. Mereka mendekat ke arah bangku itu, yang pencahayaannya cukup terang karena lampu yang menghiasi.

"Hah.. akhirnya.." ucap Karina, setelah duduk dengan hati-hati. Karina memegang perutnya, begitu senang bisa membawa Kiara main ke taman ini.

***

myloverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang