Chapter 73. I Just Want to See You

6.8K 731 205
                                    

Pukul lima sore di Rumah Sakit, sekitar dua hari setelah Karina tersadar dari kondisi kritisnya.

Saat ini, Karina sudah dipindahkan ke ruang rawat, sebab kondisinya terus membaik dan berkembang semenjak berhasil meraih kesadarannya.

Kimberly dan Reyhan sedari tadi menemaninya. Mereka berdua tidak banyak mengajak Karina bicara, sebab dokter mengatakan Karina belum boleh banyak bicara.

Tak hanya cedera di area perut dan tulang rusuk karena tendangan kuat yang ia dapatkan, namun leher Karina juga mengalami cedera karena cekikan Andrew padanya.

Karina bisa berbicara, namun rasanya sakit luar biasa. Menengok ke kanan dan kiri, maupun ke atas juga terasa menyakitkan baginya.

Karina sudah diperbolehkan duduk setelah gips dipasangkan di area tulang rusuknya, namun tidak untuk waktu yang lama.

"Tadi mama nelfon, katanya Kiara nanti malem dianter Evan ke rumah."

Kimberly yang duduk di dekat Karina kini berucap, membuat Karina yang sedari tadi merenung dan menatap langit-langit, mengalihkan pandangannya sesaat.

"Evan bilang dia udah ngehubungin lo, tapi gak diangkat, jadi dia nelfonnya ke mama," tutur Kimberly lagi.

Karina yang mendengarkan semua itu, masih terdiam dan kembali melihat ke depan.

"Gua gak ngasih tau mama soal kejadian ini, gua tau lo juga gak mau dia khawatir."

"Tapi gua bilang ke dia kalo lo lagi gak enak badan di Jakarta, jadi kemungkinan gak bisa pulang hari ini."

"Mama udah ngeiyain dan nyuruh lo jaga kesehatan, katanya kalo sampe besok sore lo gak mendingan juga, dia yang dateng ke Jakarta bawa Kiara."

Karina masih terdiam mendengarkan penuturan adiknya, namun kemudian ia berusaha menggerakkan kepalanya dan mengangguk pelan.

"Yaudah sekarang tidur lagi, istirahat yang banyak, biar cepet sembuh," ucap Kimberly, sambil membenarkan posisi selimut Karina.

"Semangat, Karina, demi Kiara," ucap Kimberly lagi.

Karina yang mendengar itu hanya terdiam. Kedua matanya terus memandang ke langit-langit ruang rawat, bersamaan dengan pikiran yang melayang entah kemana.

Semenjak membuka matanya, Karina tak langsung mengingat semua kejadian yang sudah menimpanya. Namun perlahan-lahan, semua ingatan itu kembali, termasuk momen terakhir sebelum dirinya kehilangan kesadaran.

"Ju.."

Mulut Karina tiba-tiba bergerak pelan, dan mengeluarkan suara yang kecil.

"Li.. an.."

Kimberly dan Reyhan langsung memperhatikan ke arahnya dengan seksama, dan berusaha mendengarkan apa yang hendak Karina katakan.

Karina kembali membuka mulutnya, dan melanjutkan ucapannya meskipun terasa menyakitkan.

"A.. da.. di.. sa.. na.."

Kimberly dan Reyhan sontak saling menatap. Keduanya menunjukkan wajah tersentak.

"Julian, ada disana??" tanya Kimberly.

Karina mengangguk pelan. Ia tidak mungkin salah. Ia tidak mungkin keliru akan hal itu.

Keyakinan menyelimutinya. Seratus persen. Ia yakin seratus persen bahwa laki-laki yang menghampirinya saat itu adalah Julian.

Laki-laki yang menyelamatkannya adalah Julian.

Lalu kenapa..

Kenapa ketika Karina membuka kedua matanya, Julian tak berada di dekatnya?

Jika Julian adalah orang yang sudah menyelamatkan nyawa Karina untuk kesekian kalinya, kenapa ia selalu saja pergi setelahnya??

myloverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang