24

161 23 4
                                    

Gina berusaha keras untuk terlihat antusias, meskipun dia tahu bahwa Gulf tidak terlalu tertarik pada percakapan mereka. Dia terus berusaha mempertahankan percakapan, berharap untuk menarik perhatian Gulf lebih dekat padanya.

Namun, meskipun Gina terus mencoba, Gulf tetap acuh dan kurang berminat pada percakapan mereka. Dia merasa semakin tidak nyaman dengan kehadiran Gina, tetapi tidak ingin menyinggung perasaannya dengan menolaknya dengan kasar. Sehingga, dia memilih untuk tetap bertahan dan berusaha menjaga sopan santun dalam interaksi mereka.

Ketika Mew tak sengaja terbangun dari tidurnya dan melihat Gulf dan Gina berduaan di depan api unggun, rasa kecewa langsung menyelimutinya. Hatinya berdegup kencang dan pikiran negatif mulai menghantuinya. Meskipun dia mencoba untuk tidak berspekulasi, tetapi bayangan yang muncul membuatnya gelisah.

"Gulf dan Gina apa yang mereka berdua lakukan?" Tanya Mew

Mew merasa seperti terjebak dalam pusaran kegelisahan dan kekhawatiran. Hatinya berteriak, berharap bahwa apa yang dia lihat hanyalah kesalahpahaman belaka. Tetapi ketika dia melihat kedekatan antara Gulf dan Gina, rasa cemburu mulai merayap masuk ke dalam hatinya.

"Mungkinkah Gulf juga tertarik pada Gina?" pikir Mew dalam hati dengan penuh ketidakpastian.

Perasaan takut kehilangan Gulf membuatnya semakin gelisah, tetapi dia tidak berani untuk menegur mereka. Dia takut bahwa apa yang dia duga mungkin saja menjadi kenyataan.

Dengan hati yang berat, Mew berusaha untuk memaksa dirinya kembali tidur, berharap bahwa ketika dia bangun, semuanya hanya akan menjadi mimpi buruk belaka. Tetapi kegelisahan dan kekhawatirannya terus menghantui, mengganggu tidurnya dan mengisi pikirannya dengan bayangan yang tidak diinginkan.

~~~

Keesokan harinya, ketika semua anggota kelompok bangun dengan tubuh yang lebih bertenaga, mereka segera bergerak untuk membersihkan kemah mereka agar tidak membuang banyak waktu. Namun, Gulf dengan cepat menyadari perubahan sikap Mew yang lebih pendiam dari biasanya.

"Gina, kamu bisa membantu Davika membersihkan peralatan di sana?" pinta Gulf sambil menatap Mew yang sedang duduk sendirian.

Mew menoleh dan tersenyum tipis pada Gulf, mencoba untuk menyembunyikan kekhawatiran di matanya. Namun, Gulf segera menyadari bahwa ada yang tidak beres.

"Mew, apa yang terjadi? Kamu terlihat lebih pendiam dari biasanya," tanya Gulf dengan penuh perhatian saat dia mendekati Mew.

"Oh, tidak apa-apa, Gulf. Hanya mimpi buruk semalam membuatku kurang bersemangat" jawab Mew berusaha untuk tidak membuat Gulf khawatir

Gulf memahami bahwa Mew tidak ingin memberikan beban pikiran padanya saat memimpin kelompok. Dia mendekat dan meletakkan tangannya di pundak Mew dengan lembut.

"Jangan khawatir tentang itu, Mew. Apapun mimpi buruk yang kamu alami, aku di sini untuk melindungimu. Kamu tidak sendirian," ucap Gulf dengan suara lembut, matanya penuh dengan kehangatan dan keyakinan.

Mew tersenyum lega mendengarnya, merasa bersyukur memiliki seseorang seperti Gulf di sisinya. Dia merasa bersalah karena sempat meragukan cinta mereka.

"Terima kasih, Gulf. Aku bersyukur memiliki kamu," ucap Mew dengan tulus.

Gulf mengangguk, senyumnya lebar. "Dan aku lebih bersyukur memiliki kamu, Mew. Jangan ragu untuk membagikan apapun yang kamu alami, kita adalah pasangan dan saling harus mendukung" ujar Gulf

Mereka berdua tersenyum satu sama lain, merasa lebih kuat dengan dukungan yang mereka berikan.
Saat mereka melanjutkan perjalanan di belakang Gulf yang berjalan di depan bersama Gina, Davika memperhatikan dengan cermat ekspresi Mew yang lebih tertutup dari biasanya. Dia bisa merasakan kekhawatiran dan kegelisahan yang tersirat di dalam hati sahabatnya.

"Dengar, Mew," ucap Davika dengan suara lembut, menarik perhatian Mew.

"Aku tahu kau sedang merasa cemas tentang hubunganmu dengan Gulf" lanjut Davika

Mew menoleh pada Davika dengan ekspresi campuran antara kekhawatiran dan kebingungan. "Aku... aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, Davika. Semuanya terasa begitu rumit," ucapnya dengan suara gemetar.

Davika mengangguk penuh pengertian. "Aku mengerti, tetapi kau harus percaya pada cinta kalian. Gulf tidak akan berpaling dari kamu, Mew. Kau harus tetap yakin dengan perasaannya padamu" ujar Davika

Mendengar perkataan Davika, Mew merasa sedikit lega. Namun, kekhawatiran masih menghantuinya

"Tapi, Gina semakin terbuka dengan perasaannya pada Gulf. Aku merasa cemas, Davika" ujar Mew

Davika tersenyum dengan mantap. "Tidak perlu khawatir tentang Gina. Gulf bukanlah tipe Elf yang mudah berpaling. Dia mencintaimu, Mew, dan tidak ada yang bisa mengubah itu" balas Davika

Kata-kata Davika memberi semangat baru bagi Mew. Dia merasa tergerak untuk mempertahankan hubungannya dengan Gulf. Dengan tekad yang baru, Mew mengangguk pada Davika.

"Terima kasih, Davika. Aku akan tetap yakin dan memperjuangkan cinta kami" ujar Mew dengan tekad yang kuat

Dengan langkah yang mantap dan hati yang penuh semangat, Mew berjalan bersama Davika, siap menghadapi segala rintangan yang mungkin terjadi di depan mereka. Sementara itu, Davika tersenyum puas, merasa lega karena telah dapat memberikan dukungan pada sahabatnya dalam saat-saat sulit seperti ini.

~~~

Selama perjalanan mereka, setiap kali Gina mencoba mendekati Gulf, Mew selalu berada di samping Gulf, dengan sengaja memposisikan dirinya sebagai penghalang bagi upaya Gina. Meskipun Gina mencoba menyelinap untuk mendekati Gulf, Mew dengan sigap memperhatikan setiap gerakannya dan dengan lembut menggandeng tangan Gulf, membuatnya terpaku pada dirinya.

"Sayang apa kau haus" tanya Mew

"Sedikit" ujar Gulf

"Ini minum dulu" ujar Mew memberikan air minumnya untuk Gulf

"Terimakasih sayang" ujar Gulf

Gulf menikmati perhatian yang diberikan oleh Mew. Setiap kali Mew memperlihatkan kecemburuannya atau meminta perhatian, Gulf merasa begitu dicintai dan dibutuhkan. Dia senang dengan sifat manja Mew yang membuatnya merasa istimewa.

Namun, keberadaan Mew sebagai penghalang bagi Gina membuatnya semakin frustrasi. Dia merasa terus dihadang oleh sahabat Gulf itu, yang dengan gesitnya menjaga jarak antara Gulf dan Gina. Tapi Davika diam-diam memperingati Gina untuk tidak berbuat berlebihan dan tidak merusak hubungan antara Gulf dan Mew.

"Sudahlah, Gina. Jangan terus memaksakan diri. Gulf sudah jelas menunjukkan bahwa dia mencintai Mew," ucap Davika dengan suara tegas, mencoba menyadarkan Gina.

"Aku tidak akan membiarkan dia menang, Gulf harus menjadi milikku" gumam Gina

Namun, Gina tidak berniat untuk mundur. Dia merasa tertantang untuk lebih merusak hubungan Gulf dan Mew, dan memaksakan dirinya untuk menjadikan Gulf miliknya. Ambisi itu terpancar jelas di matanya yang penuh determinasi.

~~~

The Secret Of The Elf || GulfMew (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang