36

178 30 3
                                    

Setelah melihat wajah Gulf yang sangat mirip dengan putra mereka, raja dan ratu Elf akhirnya mengakui Gulf sebagai cucu mereka. Keputusan ini membawa kelegaan bagi Gulf, meskipun dia masih bingung bagaimana mungkin wajahnya bisa mirip dengan putra raja dan ratu Elf padahal dia adalah manusia.

Raja dan ratu meminta Gulf beserta kelompoknya untuk menginap di istana, karena mereka juga ingin mendengar lebih banyak cerita dari Gulf.

"Kami berharap kalian bersedia menginap di istana ini sebagai tamu kehormatan kami," ujar Raja Gulfie dengan hangat.

"Terima kasih atas tawarannya, baginda," ujar Gulf dengan penuh rasa syukur.

Mew, Davika, dan Zee sangat senang dengan kesempatan untuk menginap di istana, terutama Gina yang telah lama memimpikan untuk tinggal di istana. Mereka semua merasa terhormat dan tak sabar untuk menikmati pengalaman yang tak terlupakan di istana kerajaan Elveron.

Malam itu, Gulf diundang untuk bertemu secara pribadi dengan Raja dan Ratu Elf. Meskipun merasa agak ragu, Gulf mengikuti undangan tersebut dan memasuki ruangan di mana raja dan ratu duduk menantinya.

"Selamat datang, Gulf. Kami berterima kasih karena kamu mau datang," sapa Ratu Melvin dengan ramah.

"Gulf, kami tahu ada banyak hal yang ingin kamu tanyakan tentang identitasmu," tambah Raja Gulfie.

Gulf merasa terkejut dan sedikit cemas. Dia ragu-ragu apakah seharusnya dia bertanya tentang identitasnya sendiri. Gulf takut raja dan ratu Elf mengetahui bahwa dia sebenarnya adalah manusia, mengingat sikap raja Elf terhadap umat manusia yang tidak terlalu baik.

Namun, raja Gulfie mengetahui kekhawatiran Gulf dan mencoba meredakannya dengan pertanyaan yang mengejutkan, "Bagaimana kehidupanmu di dunia manusia?"

Gulf terkesiap mendengar pertanyaan tersebut. Bagaimana raja Gulfie bisa tahu bahwa Gulf adalah manusia? Apakah ini berarti Gulf akan mendapat hukuman karena menyamar sebagai bangsa Elf?

"Tidak perlu takut, nak. Kami tahu bahwa kamu berasal dari dunia manusia karena memang kami yang mengirimmu ke sana saat kamu masih bayi," jelas Ratu Melvin, mencoba menenangkan Gulf.

"Apa maksud kalian mengirimku ke dunia manusia?" tanya Gulf dengan penasaran.

"Gulf, sebenarnya kamu adalah cucu kami, anak dari pangeran pertama kerajaan Elveron dengan seorang manusia," ungkap Raja Elf.

Gulf terkejut mendengar pengakuan ini. "Bagaimana mungkin?" tanyanya, penuh kebingungan. "Apakah ini alasan Anda membenci manusia? Karena manusia dari luar bangsa menikahi putra Anda?"

"Tidak, Gulf. Kami tidak pernah membenci manusia," jelas Ratu Melvin dengan tegas, mencoba menjelaskan situasi dengan lebih baik.

Mereka memandang Gulf dengan penuh kelembutan seolah membaca kebingungan yang menyelimuti pemuda itu.

"Kau mungkin mengira tempat ini adalah milik bangsa Elf, namun sebenarnya Aeternitas Land adalah daratan yang lebih luas dari perkiraanmu," jelas Raja Gulfie dengan suaranya yang tenang namun penuh kearifan. "Di sini, berbagai jenis makhluk hidup bersama dalam keharmonisan yang langka. Mulai dari bangsa Elf, Centaur, Siren, Dwarf, bahkan manusia dan penyihir pun hidup berdampingan."

Gulf mendengarkan dengan seksama, matanya mencerminkan kekaguman dan kebingungan yang bercampur aduk. Ia tidak pernah membayangkan bahwa dunia tempatnya berada begitu beragam dan damai.

"Contohnya adalah aku," lanjut Ratu Melvin, suaranya lembut namun penuh kepastian. "Aku sebenarnya bukanlah seorang Elf, melainkan seorang penyihir. Namun, aku jatuh cinta pada Gulfie sebelum dia menjadi raja seperti sekarang, dan dari pernikahan kami lahirlah Minho, putra kami satu-satunya, pangeran mahkota, dan ayahmu, Gulf." Tambah Ratu Melvin

Gulf terdiam, mencerna setiap kata yang diucapkan oleh Raja dan Ratu Elf. Ia merasa seakan-akan dunia yang selama ini ia kenal telah berubah begitu drastis dalam sekejap. Namun, di balik kebingungan itu, ia juga merasa sedikit lega mengetahui asal-usulnya yang sebenarnya.

Gulf mendengarkan dengan hati yang terharu dan prihatin atas pengakuan dari kedua orang tua kandungnya. Matanya menyiratkan campuran antara kebingungan dan belas kasihan saat ia mencoba memahami situasi yang dihadapi oleh keluarganya.

"Kami sangat menyayangi Minho, dia tumbuh sebagai anak yang hebat dan membanggakan," ucap Raja Elf dengan nada penuh rasa. "Namun, suatu hari, ada tawaran perjodohan dari Kerajaan Elf lainnya, dan kami membuat suatu kesalahan."

"Kesalahan?" tanya Gulf, kebingungan melintas di wajahnya.

"Kami menyetujui perjodohan itu tanpa memberi tahu Minho terlebih dahulu," lanjut Raja Gulfie dengan nada sesal. "Kami terlalu egois dan berpikir bahwa Minho akan selalu menuruti keinginan kami."

"Tapi ternyata, ayahmu menolak perjodohan itu karena jatuh cinta kepada ibumu, Shinhye," sambung Ratu Melvin, ekspresinya penuh dengan rasa haru. "Shinhye adalah seorang wanita bangsawan dari Kerajaan manusia, yang sangat baik hati dan cantik."

Gulf meresapi setiap kata yang diucapkan, merasakan kehangatan dan keputusasaan yang terkandung di dalamnya. Ia bisa merasakan beban yang dirasakan oleh kedua orang tuanya, serta betapa sulitnya keputusan yang harus mereka ambil demi kebahagiaan Minho.

Raja Gulfie menatap Gulf dengan tatapan penuh penyesalan. "Aku pernah berusaha memisahkan mereka berdua. Aku lakukan demi kebaikan Minho dan kedua kerajaan, agar tidak saling berperang hanya karena masalah perjodohan yang dibatalkan," ujarnya, suaranya dipenuhi dengan keharuan.

Gulf menarik nafas dalam-dalam, mencoba mencerna semua informasi yang baru saja didengarnya. "Lalu, bagaimana hasilnya? Apa kau berhasil?" tanyanya, rasa penasaran memenuhi suaranya.

"Tidak, kami gagal memisahkan kedua orang tuamu, karena Shinhye sedang mengandung. Dia mengandungmu, Gulf," jelas Ratu Elf dengan suara yang gemetar sedikit.

Gulf terdiam sejenak, terkejut dengan pengakuan itu. Dia mengangkat matanya untuk bertatapan dengan kedua orang tuanya. "Setelah mengetahui Shinhye hamil, kami tidak bisa lagi meminta Minho untuk tetap melangsungkan perjodohan, karena kami tidak sekejam itu untuk merebut kasih sayang seorang ayah pada anaknya, atau merenggut kebahagiaan seorang ayah saat akan memiliki seorang anak," sambung Raja Elf, suaranya penuh dengan kelembutan.

Ratu Elf menambahkan, "Kami akhirnya menerima hubungan mereka dan melihat bagaimana Minho benar-benar bahagia. Aku masih mengingat dengan jelas momen bagaimana Minho begitu menjaga Shinhye, dan kau yang masih berada dalam kandungan, Gulf." Suaranya penuh dengan kehangatan dan nostalgia.

Gulf mendengarkan dengan hati yang berat saat Raja Elf menjelaskan asal-usul dunia yang ditinggalinya. "Tapi kerajaan seberang yang mengajukan perjodohan tidak terima jika putri mereka ditolak dan digantikan dengan seorang manusia. Mereka mengajukan pernyataan perang pada Kerajaan Elveron, dan Kerajaan manusia" ujar sang Raja, suaranya penuh dengan keprihatinan.

Rasa cemas Gulf semakin bertambah ketika Raja Elf melanjutkan, "Mereka juga memprovokasi Elf lainnya untuk menganggap manusia lebih rendah dari mereka. Manusia yang diperlakukan rendah oleh bangsa Elf juga mulai tidak terima dan membuat kekacauan di seluruh wilayah."

"Akhirnya, putra mahkota memberikan saran untuk membuat dunia yang memisahkan manusia dan bangsa lainnya. Tapi bukan berarti kami membuang bangsa manusia, melainkan melihat bagaimana manusia, yang tidak memiliki kemampuan khusus seperti bangsa lainnya, dapat punah lebih cepat jika mereka tetap berada di dunia ini," tambah Raja Gulfie, suaranya penuh dengan keputusasaan.

Gulf menatap Raja Gulfie dengan mata penuh pertanyaan. "Jadi, dunia manusia yang aku tinggali adalah buatan kalian?" tanyanya, mencoba mencerna semua informasi yang baru saja didengarnya.

Raja Gulfie mengangguk. "Ya, kami mengumpulkan kekuatan tujuh makhluk Eternal untuk menyatukan kekuatan dan membuat dunia yang baru," jelasnya dengan suara yang penuh dengan penyesalan.

~~~

Jangan lupa Vote dan Komen

The Secret Of The Elf || GulfMew (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang