30

184 24 9
                                    

Dua setengah bulan telah berlalu sejak kelompok Gulf memasuki hutan Sylvanwood, dan kini suasana menjadi lebih damai. Tak ada lagi ancaman monster yang menghampiri mereka, memberi sinyal bahwa hutan itu mungkin sudah aman. Di tengah keheningan hutan, suara tawa riang Gulf dan El memecah keheningan.

"Cepat, El! Mama hampir mengejar kita!" seru Gulf, sambil berlari di depan, diikuti oleh El yang tertawa geli.

"Hehe... Mama... Tangkap... El" balas El dengan suara ceria.

Eladris sudah dapat mengucapkan beberapa kata walaupun belum lancar, Di samping mereka, Mew berusaha mengejar dengan senyum di wajahnya, menikmati momen kebersamaan mereka.

Davika dan Zee, yang berdiri di samping, memperhatikan keluarga mereka dengan hangat. Melihat sepasang Elf yang mengurus bayi naga seperti anak sendiri, meskipun terdengar aneh, membuat mereka merasa terharu.

"Mereka begitu lucu, bukan, Zee?" tanya Davika dengan senyum.

"Ya, benar sekali. Ini benar-benar menghangatkan hati melihat mereka bersama," jawab Zee, sambil tersenyum.

Namun, di sisi lain, Gina memandang dengan tatapan sinis. Meskipun tidak mengungkapkannya, ia mencari cara untuk menjauhkan dirinya dari gangguan El, agar tidak mengganggu usahanya mendekati Gulf.

El tiba-tiba berhenti berlari dan berbalik ke arah Mew, membuat Mew ikut berhenti mengejar dan bertanya dengan penuh kebingungan, "Kenapa, El? Mengapa kamu berhenti?"

Dengan wajah polosnya, El memanggil Mew dengan suara menggemaskan dan berkata "Mama... El... lapar...."

Mew terkesiap oleh keimutan ucapan El. "Oh, El, tentu saja, Mama akan memberikan makanan padamu," jawab Mew sambil tersenyum hangat.

"El melupakan permainannya karna merasa lapar" ujar Zee heran

"Bagi El mengisi perut lebih penting daripada bermain" ujar Davika

Gulf yang berdiri di samping tertawa melihat tingkah lucu El. "Dia memang menggemaskan, bukan, Sayang?" ucap Gulf pada Mew, sambil menatap El dengan penuh kekaguman.

"Sangat menggemaskan," jawab Mew, sambil mengusap lembut kepala El.

Davika dan Zee dengan cepat memberikan makanan untuk El, memperhatikan betapa laparnya bayi naga itu. El memakannya dengan lahap, menunjukkan betapa senangnya dia dengan makanan yang diberikan.

Namun, di sudut yang berbeda, Gina memandang dengan tatapan penuh intrik. Melihat betapa El begitu menikmati makanannya, membuat niat jahat mulai muncul di dalam pikirannya.

~~~

Pada malam yang sunyi, ketika hampir semua anggota kelompok tertidur pulas, El tiba-tiba terbangun oleh aroma daging bakar yang menggoda. Dengan mata yang masih setengah terpejam, bayi naga itu mengikuti aroma itu keluar dari tenda tempat Mew dan Gulf beristirahat. Langkahnya lembut menghampiri daging bakar yang tergeletak di tanah, dan El mulai memakan satu persatu dengan rakus.

Namun, rasa ingin tahu El membawanya lebih jauh dari perkemahan. Sampai akhirnya, di pinggir sungai, El menemukan tumpukan daging bakar yang lebih besar lagi. Tanpa curiga, El mulai menikmati hidangan itu.

Tiba-tiba, dari balik pohon, Gina muncul dan mulai merapalkan mantra dengan gemetar. Air sungai seketika menjadi ganas, mengubah aliran menjadi deras yang membawa El terbawa arus.

 Air sungai seketika menjadi ganas, mengubah aliran menjadi deras yang membawa El terbawa arus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mama... Papa..." El memanggil kedua orang tuanya tapi sayang sekali Gulf dan Mew tidak dapat mendengar panggilan El

El berjuang keras untuk bertahan di tengah arus deras, namun usahanya sia-sia. Dalam kepanikan, El mencoba memanggil mama dan papa-nya lagi, berharap mereka akan datang menolong. Namun, sayangnya, panggilan El tetap tak terdengar oleh Mew dan Gulf yang terlelap, terpisah oleh jarak yang jauh.

Senyum senang melintas di wajah Gina saat dia melihat bayi naga itu terbawa jauh oleh arus sungai yang deras. Rasa puasnya semakin terpenuhi karena rencananya berhasil.

"Selamat tinggal monster penganggu" ujar Gina

Di tengah kegelapan malam, El berjuang untuk bertahan, sementara harapan untuk diselamatkan semakin menipis.

~~~

Keesokan harinya Mew berjalan gelisah di sekitar perkemahan, matanya terus mencari-cari bayi naga yang menghilang semalam. Setiap langkahnya dipenuhi dengan kekhawatiran yang semakin membesar. "El... El... Di mana kau, sayang?" gumamnya, suaranya gemetar oleh kepanikan.

Gulf mendekati Mew, mencoba menenangkan dengan kata-kata bijak. "Mungkin El hanya sedang bermain di sekitar sini, Mew. Kita harus berpikir positif," ujarnya dengan suara yang coba menenangkan, meskipun kecemasan juga merayap di dalam hatinya.

Namun, kepanikan Mew tidak bisa diredam begitu saja. "Tapi, bagaimana jika dia terluka? Bagaimana jika dia tersesat?" serunya, matanya mencari-cari jejak bayi naga itu tanpa henti.

Gulf bergumam pelan, "Kita akan menemukannya, Mew. Kita harus tetap tenang."

Sementara itu, Davika dan Zee turut membantu dalam pencarian El. Mereka menyusuri setiap sudut hutan dengan penuh ketelitian, memanggil nama El dengan harapan bayi naga itu akan merespon.

Namun, di sisi lain, Gina tidak tampak tertarik dengan kepanikan yang melanda kelompok mereka. Dia hanya duduk di dekat perkemahan dengan sikap acuh tak acuh, sepertinya tak peduli dengan nasib El.

Dalam kegelapan malam, Mew duduk termenung di depan tenda, air matanya mengalir tanpa henti. Hatinya terasa hancur oleh kekhawatiran yang tak terkendali. "El... di mana kau, sayang?" bisiknya lirih, suaranya penuh dengan keputusasaan yang mendalam.

Gulf mendekatinya dengan langkah perlahan, mencoba menenangkan istrinya yang hancur. "Mew, sayangku... kita akan menemukannya. Aku berjanji padamu," ucapnya dengan suara lembut, mencoba menyapu rasa putus asa yang menghantui Mew.

Davika dan Zee melihat kegelisahan Mew, lalu mereka menghampirinya dengan penuh empati. "Kami di sini untukmu, Mew. Kami akan mencari El bersama-sama," ujar Davika dengan nada yang penuh dukungan, sementara Zee mengangguk setuju, menunjukkan bahwa mereka tidak akan meninggalkan Mew sendirian dalam saat-saat sulit seperti ini.

Mew hanya bisa mengangguk lemah sambil tetap menangis dalam pelukan Gulf, merasakan dukungan dari orang-orang terdekatnya meskipun hatinya masih penuh kecemasan dan duka yang mendalam.

Mew duduk dengan tubuh yang gemetar, matanya terus memancarkan air mata yang tak terbendung. Rasanya seperti sebatang pohon yang tercabut akarnya, terpisah dari kehidupan yang memberinya makna.

"Aku merusak segalanya, Gulf... Aku tak bisa melindungi El. Aku telah gagal sebagai ibu," desis Mew, suaranya penuh dengan keputusasaan dan penyesalan.

Gulf duduk di sampingnya, merangkulnya erat. "Tidak, Mew. Kau bukanlah seorang yang gagal. Kau telah melakukan yang terbaik yang kau bisa. Ini bukanlah kesalahanmu," ujar Gulf dengan suara yang penuh dengan ketegasan dan kelembutan.

Mew menangis semakin keras, mengungkapkan rasa bersalahnya yang mendalam. "Tapi bagaimana bisa aku tidak merasa seperti ini? El... El adalah segalanya bagiku. Dan aku telah kehilangannya..." suara Mew tercekat oleh rasa sakit yang mendalam.

"Kita akan menemukannya, Mew. Kita tak akan berhenti mencari sampai kita menemukannya. Dan aku akan selalu bersamamu, melalui segala kesedihan dan kebahagiaan kita," ucap Gulf dengan penuh keyakinan.

Mew menatapnya dengan mata yang penuh dengan air mata. Meskipun hatinya masih dipenuhi oleh duka yang mendalam, ia merasa sedikit terhibur oleh kehadiran dan dukungan dari suaminya yang mencintainya.

~~~

Gina tuh iblis nyamar jadi Elf atau Elf nyamar jadi iblis yakkk??

The Secret Of The Elf || GulfMew (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang