21. Taruhan

2.5K 290 35
                                    

Vote, komen, and happy reading 🖤

Bacanya hati-hati, tiap chapter bisa aja ada clue yang tak disadari.
.
.

"Jadi Haechan, lo siapanya Yang Jeongin?"

Satu pertanyaan berhasil membuat jantung Haechan hampir copot. Matanya melebar menatap sosok Renjun yang tengah tersenyum. Entah apa arti senyumannya, kendati demikian Haechan justru lebih khawatir darimana Renjun mengetahui hal ini.

Karena tak mendapat jawaban Renjun terkekeh pelan. "Dari awal lo datang ke Derlangsa gue udah curiga."

Haechan menoleh, dan Renjun berbicara lagi. "Seo Haechan, juara bertahan boxing, peringkat paralel pertama, mencetak rekor lomba debat, anggota kedisplinan OSIS, bukannya aneh tiba-tiba pindah ninggalin semua label yang udah lo punya."

"Sialan! Lo nyelidikin gue!?"

"Emang cuma lo doang yang boleh?" balas Renjun.

"Apa mau lo?"

"Bukannya pertanyaan itu buat lo, Chan? Apa mau lo di Derlangsa? Dan kenapa lo se-obsesi itu sama kita dan Yang Jeongin?" Pertanyaan itu dibalik membuat Haechan mendadak bungkam. Ia ingin sekali berteriak pada Renjun, tapi entah kenapa tatapan Renjun padanya tak menyiratkan bahaya.

Renjun terlibat atau tidak?

"Kenapa nggak lo selidiki sendiri?" balas Haechan, lalu berdiri.

"Kasih tahu gue Chan, lo siapanya Jeje? Dan dimana Jeje sekarang?"

"Jangan panggil dia dengan sebutan itu anjing!" Renjun terkejut mendapat balasan meledak dari Haechan. Pandangannya menoleh penuh, dan ikut berdiri menghadap pemuda bermarga Seo itu.

"Kenapa? Apa yang terjadi sama Jeongin? Kenapa lo marah? Lo siapanya Seo Haechan?!"

"Jeje udah pergi! Jeje gue mati anjing! Gara-gara kalian semua!" Emosi Haechan kini meledak, hal yang ia pendam sendirian mendadak terungkap. Padahal Haechan curiga dengan Renjun, tapi hatinya ternyata benar-benar tak kuat.

"M-maksud lo?"

"Jeje gue pergi, Ren. Jeje gue udah pergi, apa salah dia sama kalian? APA?!" Tungkainya mendadak lemas, Haechan terduduk sedangkan Renjun syok berat. Tak ada yang tahu pasti bagaimana keadaannya, tapi mendapat berita bahwa Jeongin sudah tiada membuatnya ikut melemas.

"Lo bohong kan, Chan?"

"Nggak usah sok simpati anjing! Lo juga terlibat kan? Ngaku!?" Kerah seragam Renjun dicengkram, pandangan Haechan mendadak buram ia merasa benar-benar di titik terendah dalam berhadapan dengan Renjun. Tapi bukan pukul-pukulan yang terjadi, Renjun malah memeluk tubuh lemah Haechan. Ikut menumpahkan kesedihannya atas kehilangan Jeongin.

"Adik gue orang yang baik, dia nggak pantes pergi dengan cara kaya gini..." lirih Haechan.

"Kenapa kalian nyakitin Jeje gue? Jeje gue salah apa sama kalian?..."

"Gue minta maaf, tapi kalau lo curiga sama gue, perlu gue tekankan Chan, gue juga sayang sama Jeongin."

"Bullshit!" sentak Haechan.

"Lo boleh anggap ini omong kosong, karena bukan cuma lo yang nyari tahu soal Jeje. Gue juga berusaha selidiki soal Jeje, tapi susah karena gue nggak tahu keluarganya siapa." Haechan menjauhkan dirinya dari Renjun, menatap pemuda yang lebih pendek itu dengan tatapan menyelidik.

Haechan berusaha mencari kebohongan, tapi tidak ada yang ia dapatkan sedikit pun.

"Gue curiga sama lo karena lo mendadak terobsesi segala hal tentang Jeongin. Mulai dari dinding prestasi sampai loker itu. Gue juga ngerasa lo sengaja deketin Mark karena tahu Jeje deket sama Mark." Haechan tentu saja syok, Renjun menyelidikinya sejauh itu. Sialan! Haechan kecolongan dari salah satu anggota geng populer.

Puzzle Piece | MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang