26. Bukan Gue

1.7K 234 23
                                    

Vote, komen, and happy reading 🖤
.
.

"Kak Echan bangun, mimpi apa sih tidur panjang!"

Haechan tersentak hebat. Matanya terbuka lebar kala mendengar suara familiar tepat di telinganya. Suara milik Jeongin yang sudah lama sekali tak ia dengar. Ia memandang sekitar, kamar milik Jeongin yang ia tempati selama di rumah ini. Tak ada yang berubah, semuanya tampak sama.

Ternyata suara itu mimpi.

Menghela napas panjang, Haechan memijat kepalanya yang pusing, kemarin setelah dari rumah sakit ia tak mendapatkan info apa-apa. Kata dokter Doyoung, Jeongin tak pernah ada riwayat pernah hamil, atau keguguran. Berarti rumor itu memang rumor, yang memang disebarkan untuk menyerang adiknya.

Melirik jam dinding, Haechan terkejut kala jam disana menunjukkan pukul 7.12 artinya sebentar lagi akan masuk sekolah. Buru-buru pemuda itu berlari ke kamar mandi, hanya cuci muka dan menggosok gigi. Sebagian besar dalam hati mengomel karena Ten tak membangunkannya.

"Bunda!! Kok nggak ngebangunin aku telat nih!" Ten dan Johnny kompak menoleh ketika mendengar teriakan Haechan dari ujung tangga. Kedua orang tuanya itu tertawa melihat Haechan yang tampak ngos-ngosan.

"Makanya jangan tidur sore-sore. Ini jam 7 malam. Mau ngapain kamu ke sekolah?" Haechan sontak melihat ke arah jendela rumah. Benar di luar langit gelap, berarti iya sudah tidur selama itu.

"Bunda baru mau manggil makan malam." Ten geleng-geleng kepala, dan Haechan melangkah lemas ke arah meja makan. Johnny yang melihat terkekeh pelan, jemarinya mengusak rambut coklat Haechan. Gemas karena anaknya.

"Perasaan aku udah lama deh tidurnya, kok masih malam," gumam Haechan. Ten dan Johnny kompak mengerdikan bahu acuh.

"Oh ya, tadi Mark kesini katanya mau ngasih sesuatu. Terus pas bunda bilang kamu tidur, dia suruh jemput ke rumahnya." Kening Haechan berkerut. Lah, kan yang perlu si Mark Jung kenapa ia pula yang harus menjemput? Lalu bukannya nitip pada bundanya, malah menyuruh Haechan jemput.

"Nggak jelas emang, kenapa nggak nitip bunda aja sih. Mager ah aku ke rumah dia."

"Ya elah, dua rumah doang bear. Siapa tahu penting, atau emang modus doang dia mau ketemu kamu tuh." Johnny menyahut, seraya tersenyum jahil membuat Haechan mendengus.

Padahal terakhir di sekolah kemarin Haechan yakin Mark tak ingin menemuinya lagi. Lalu untuk apa juga ia menghampiri pemuda itu? Apalagi mendengar pembelaan Mark terhadap Jaemin hari itu, ia benar-benar kesal. Sialan! Seharusnya wajar saja Mark membela Jaemin, bagaimanapun si Mark itu suka Jaemin dan jelas mereka satu circle, tapi tetap saja Haechan marah.

"Samperin aja sih Chan, sekalian anterin ke Taeyong kue dari bunda," suruh Ten.

"Rajin banget bunda ngirim ke sana. Jangan-jangan mau mikat om Jaehyun ya? Hayoloh ngaku bunda," tuding Haechan. Ten tertawa, lalu mengikuti permainan sang anak.

"Iya, lumayan kan papa baru kamu kalau kaya om Jaehyun," balas Ten.

"Wah wah parah Yah, bunda mau berpaling dari ayah!" hasut Haechan.

Johnny hanya acuh, seraya menyuap makanannya ke mulut. Setelah makanan itu ditelan, baru pria itu menjawab. "Nggak mungkin bisa berpaling, ayah ini jagoan, apalagi soal ranjang."

Puzzle Piece | MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang