WARNING!
CERITA INI MENGADUNG UNSUR KEKERASAN, PELECEHAN, KATA-KATA KASAR, DAN BEBERAPA HAL BURUK YANG TIDAK PANTAS UNTUK DITIRU.
SEMUA TOKOH, RAS, AGAMA, DAN LATAR HANYA FIKTIF BELAKA.
SELAMAT MEMBACA
Bantu koreksi typonya yaaa.
Hai-hai, yang baca cerita ini kapan ketemunya?
●●●●
Ruhi meraih topi, memakainya lalu menarik tudung jaket menutupi kepalanya. Kemudian Ruhi menoleh kepada Alin yang sedang memasukkan cemilan ke dalam tasnya.
"Udah, ayo." ujar Alin saat berbalik sambil memakai tas di punggungnya. Ruhi mengangguk, keduanya keluar dari kamar dan melangkah turun.
"Pas sekali, teman-teman ada di depan." kata Sasmita, melangkah menghampiri kedua anaknya. Sasmita mengulurkan tangan, memberikan tiga lembar uang berwarna merah. "Untuk kalian jajan," Alin meraih uang dari tangan ibunya. Sasmita menatap Ruhi. "Kalian harus saling menjaga diri, bersenang-senanglah jangan membawa beban apa pun dalam kepala kalian. Ibu harap uangnya cukup." Sasmita kemudian memeluk kedua anaknya yang akan pergi bermain ke pantai dan menginap selama dua hari.
Ruhi mengangguk, kakinya melangkah mundur saat sang ibu mengurai pelukannya. "Iya, Bu. Ibu juga harus menjaga diri." kata Ruhi, kedua tangannya memilin lalu menaikkan manik matanya. "Ibu jangan khawatir, Ruhi pasti akan meminum obatnya." lanjut Ruhi membuat Sasmita mengembangkan senyuman di wajahnya.
"Alin juga bawa banyak cemilan, Ibu harus baik-baik saja selama Alin dan Ruhi enggak ada di rumah." Alin meraih tangan Sasmita, menatap sang ibu dengan sorot mata yang mengisyaratkan bahwa ia juga membawa obat-obatannya, Alin memberikan anggukan samar.
Sasmita mengusap kepala Alin, "Ibu antar kalian ke depan." ujar Sasmita, ia berbalik lalu mengambil langkah dan diikuti oleh kedua putri kembarnya. Sasmita tersenyum lembut saat melihat teman-teman anaknya berdiri di depan teras rumah, kemudian menghampirinya—menyalaminya satu persatu.
"Tante titip Ruhi dan Alin, ya." kata Sasmita kepada anak-anak di hadapannya.
"Siap tante, jangan khawatir Alin dan Ruhi akan aman." Manggala membalas cepat, ia menoleh kepada Ruhi lalu melirik Alin. "Kami izin pergi ya tante." sambung Manggala.
Sasmita memgangguk, "Iya, hati-hati di jalan, kalau sudah sampai tolong kabari Ibu ya Alin." Sasmita beralih menatap Alin yang memberikan anggukan kepadanya lalu menggoyangkan ponsel di tangannya.
"Iya, Ibu. Alin dan Ruhi pergi ya, Bu."
Alin meraih tangan Sasmita, mencium punggung tangan sang ibu lalu bergantian dengan Ruhi.
Sasmita tersenyum melihat kedua putrinya melangkah pergi, ia mengangguk saat teman-teman anaknya melambaikan tangan setelah sebelum memasuki mobil.
Sasmita menunduk, menatap kakinya lalu mengembuskan napas berat. Setidaknya selama dua hari putri-putrinya akan aman, Sasmita hanya perlu menghindari suaminya.
"Enggak ada yang tertinggal?" Kevin bertanya, ia berbalik melihat ke kursi belakangnya.
"Enggak ada," Alin menjawab, lalu menoleh pada Alambana yang duduk di samping kiri. Kemudian Alin memalingkan wajah, Alin mengembangkan senyuman kepada Cendana dan Lina, lalu ia berbalik kebelakang melihat Ruhi duduk di tengah-tengah Rahayu dan Manggala.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUHI: Luka dan Trauma
Teen FictionTetap hidup atau mati. Keduanya bukan pilihan yang sulit, Ruhi hanya perlu memilih salah satunya. Memilih hidup artinya Ruhi akan menepati janjinya. Sementara jika memilih mati, maka Ruhi akan mengingkar janjinya dan mengaku kalah dari luka dan trau...