WARNING!
CERITA INI MENGADUNG UNSUR KEKERASAN, PELECEHAN, KATA-KATA KASAR, DAN BEBERAPA HAL BURUK YANG TIDAK PANTAS UNTUK DITIRU.
SEMUA TOKOH, RAS, AGAMA, DAN LATAR HANYA FIKTIF BELAKA.
SELAMAT MEMBACA
Bantu koreksi typonya yaaa.
●●●●
Cendana mengayunkan kakinya, ia menarik napas dalam lalu mengembuskan napas kasar dan terus mengulanginya. Kemudian Cendana mengangkat kepalanya, "Kenapa semua ini harus terjadi?" Cendana bertanya pada awan yang bergerak lamban.
Cendana kembali menundukkan kepalanya dalam, "Kevin ...." sebut Cendana, ia tidak tahu apa yang membuat Kevin memberikan jarak yang ketara setiap kali ia datang.
Mungkin saat hari pertama masuk sekolah, sejak hari itu Kevin seakan menjauhinya dan mereka juga berada dikelas yang berbeda. Cendana mengalihkan tatapannya, lehernya memanjang melihat Kevin bersama gadis lain, ada buku ditangan keduanya.
Cendana bergerak berdiri, ia melangkahkan kakinya cepat. "Kevin!" panggil Cendana, melambaikan tangannya. Kevin menoleh melihat keberadaan Cendana, akan tetapi Kevin terus berjalan tanpa memberikan reaksi apa pun membuat Cendana diliputi oleh banyak pertanyaan yang semakin menumpuk dikepalanya.
"Cendana."
Cendana menoleh, ia menemukan Ryan—teman sekelasnya berada disampingnya. "Iya?" Cendana menghadap Ryan.
Ryan mengulurkan tangannya, memberikan sebatang cokelat untuk Cendana. "Aku mau kasih ini untuk kamu." kata Ryan. Cendana menatap cokelat batangan ditangan Ryan lalu ia mengambilnya.
"Makasih." ucap Cendana. Ryan tersenyum.
Ryan melarikan bola matanya, lalu kembali menatap Cendana sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Kamu enggak bareng sama Kevin?" Ryan bertanya, ia menipiskan bibir. "Aku biasanya liat kamu selalu sama Kevin, udah beberapa hari kamu enggak sama Kevin. Kalian baik-baik aja?" sambung Ryan.
Cendana mengerutkan keningnya, "Kamu memperhatikan aku dan Kevin?" Cendana balik bertanya. Kebingungan menghampirinya akan pertanyaan yang Ryan berikan.
Ryan menggeleng, lalu ia melirik ke sisi kanan. Tangannya terangkat ke kepala Cendana, Ryan mengambil helaian rambut panjang Cendana. "Ada daun." kata Ryan saat Cendana bergerak menjauh darinya. Cendana merasakan canggung saat Ryan menyentuh kepalanya.
Cendana mengusap kepalanya, "Makasih untuk cokelatnya." ucap Cendana sekali lagi dengan nada suara yang terdengar kikuk. Kemudian Cendana melangkah melewati Ryan.
Kevin memalingkan wajah, ia melihat jelas kebersamaan Cendana bersama Ryan. Tangannya mengepal, akan tetapi Kevin tidak berusaha menghampiri Cendana yang bergerak mendekati Ruhi.
Kemudian Kevin masuk ke kelasnya, ia duduk kursinya, lalu mengambil buku dan memecahkan soal-soal yang belum ia kerjakan.
Kevin memejamkan matanya, bayangan senyuman Cendana saat menerima cokelat pemberian Ryan membuat Kevin tidak bisa fokus. Namun, ini bukan salah Cendana karena ia yang memulai memberikan jarak atas hubungannya. Cendana tidak bersalah saat ada lelaki lain yang mencoba mendekat.
"Kevin."
Kevin mengangkat wajahnya, ia menoleh menemukan Cendana masuk ke dalam kelasnya.
"Apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RUHI: Luka dan Trauma
Teen FictionTetap hidup atau mati. Keduanya bukan pilihan yang sulit, Ruhi hanya perlu memilih salah satunya. Memilih hidup artinya Ruhi akan menepati janjinya. Sementara jika memilih mati, maka Ruhi akan mengingkar janjinya dan mengaku kalah dari luka dan trau...