WARNING!
CERITA INI MENGADUNG UNSUR KEKERASAN, PELECEHAN, KATA-KATA KASAR, DAN BEBERAPA HAL BURUK YANG TIDAK PANTAS UNTUK DITIRU.
SEMUA TOKOH, RAS, AGAMA, DAN LATAR HANYA FIKTIF BELAKA.
SELAMAT MEMBACA
Bantu koreksi typonya yaaa.
Jangan lupa vote dan komennya❤️❤️
●●●●
Ruhi melangkah mendekati Alin yang berjalan ke arahnya. "Kenapa lama?" Ruhi bertanya, ia menunggu Alin cukup lama.
Alin mengembangkan senyuman di wajahnya. "Enggak, tadi aku pikir aku menstruasi." jawab Alin, sepenuhnya berbohong. Kemudian Alin merangkul lengan Ruhi, "Yang lain udah seru-seruan ternyata." Alin melambaikan tangannya kepada Cendana, Lina dan Rahayu yang sedang berlarian di bibir pantai.
"Ayo." sebut Alin, ia melangkah cepat, menarik Ruhi. Alin memalingkan wajahnya saat melihat Alambana.
Ruhi menatap Alin di sela langkah cepatnya, menemukan ruat wajah Alin yang pucat. Namun, Ruhi merasa tetap tenang karena senyuman dan tawa yang ditunjukkan Alin.
"Ruhi, Alin!"
Cendana berlari ke arah Ruhi dan Alin, lalu menarik tangan keduanya. "Ayo main air." ajak Cendana, raut wajahnya menunjukkan kesenangan yang dirasakan.
Ruhi menggigit bibir dalamnya, menahan diri agar senyumannya tidak terkembang di wajahnya saat sepatunya menyentuh air laut.
Bergerak menjauh saat gelombang ombak air laut menerjang. Ruhi menaikkan pandangannya, menatap Cendana dan Alin yang tertawa.
Kemudian Ruhi melepaskan diri, ia berlari kecil di bibir pantai—enggan membasahi dirinya seperti Alin dan Cendana yang menyebur ke dalam air bersama Lina dan Rahayu.
Alin menghirup aroma pantai, lalu kepalanya terangkat melihat langit. Ruhi memejamkan matanya, lalu kembali menunduk melihat ombak kecil yang menyapu sepatunya. Kemudian Ruhi melihat ke arah Manggala bersama Kevin dan Alambana yang bermain bola.
Ruhi merenggangkan tubuhnya, ia berjalan di sepanjang bibir pantai lalu kembali berbalik menghampiri Alin yang melambaikan tangannya. Tertawa senang bersama yang lain membuat Ruhi merasakan kelegaan dan senang.
"Aah, seru banget!" Cendana menjerit senang saat berlari keluar dari air. Pakaiannya setengah basah, Cendana menatap Ruhi yang memilih memisahkan diri.
"Ruhi." panggil Cendana, berlari menghampiri Ruhi. "Kamu enggak apa-apa?" Cendana bertanya saat sampai di dekat Ruhi.
Ruhi menaikkan alis, "Memangnya aku kenapa?" Ruhi balik bertanya.
Cendana menipiskan bibirnya, lalu menggeleng. "Di sini banyak orang, aku takut kamu enggak nyaman." balas Cendana, ikut berjalan pelan bersama Ruhi.
Ruhi tersenyum tipis, "Enggak apa-apa, aku baik-baik aja selama itu enggak menganggu." kata Ruhi, ia menatap Cendana.
Cendana mengangguk, "Kalo kamu nggak nyaman jangan sungkan bilang ke aku." Cendana merangkul bahu Ruhi, menjatuhkan kepalanya di bahu Ruhi.
Ruhi terdiam lama, lalu membalas singkat. "Iya."
"Kamu enggak mau main air?"
Ruhi menggeleng, "Enggak, mungkin nanti kalo udah nggak terlalu panas." Ruhi menatap Manggala yang melambaikan tangan, lalu tanpa bisa di tahan bibir Ruhi mengukir senyuman saat melihat Manggala terhuyung karena lemparan bola dari Kevin mengenai kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUHI: Luka dan Trauma
Teen FictionTetap hidup atau mati. Keduanya bukan pilihan yang sulit, Ruhi hanya perlu memilih salah satunya. Memilih hidup artinya Ruhi akan menepati janjinya. Sementara jika memilih mati, maka Ruhi akan mengingkar janjinya dan mengaku kalah dari luka dan trau...