WARNING!
CERITA INI MENGADUNG UNSUR KEKERASAN, PELECEHAN, KATA-KATA KASAR, DAN BEBERAPA HAL BURUK YANG TIDAK PANTAS UNTUK DITIRU.
SEMUA TOKOH, RAS, AGAMA, DAN LATAR HANYA FIKTIF BELAKA.
SELAMAT MEMBACA
Bantu koreksi typonya yaaa.
Kasih aku vote dan komennya doong❤️
●●●●
Kevin menuruni tangga, sekilas ia melirik keberadaan sang ayah di ruang santai—duduk diam menyesap kopi sambil membaca koran.
Kevin melangkah kaki ke kiri, ia tidak berniat menyapa atau sekadar berbicara dengan ayahnya.
"Kevin."
Gerak kaki Kevin terhenti, Kevin memutar kepalanya. Tangannya tergepal di sisi tubuhnya. Kevin menggigit pipi dalamnya, ia hanya mengharapkan ketenangan. Namun, Tuhan sepertinya tidak ingin dirinya dalam ketenangan.
"Ya." sahut Kevin singkat.
Purnawarman Harkat menatap putranya, "Kemari." perintahnya. Kevin berbalik, ia berjalan ke sofa dengan raut wajah datar.
Setelahnya dirinya kabur ke tempat sang ibu, sang ayah datang menjemputnya secara paksa agar kembali ke rumah. Sang ayah kembali memisahkan dirinya dari ibunya.
"Kamu belajar dengan baik?" Purnawarman Harkat melipat koran, menyimpannya kembali ke atas meja.
Kevin memgangguk, "Seperti yang Papi inginkan." jawab Kevin. Ia menarik napas melihat Purnawarman Harkat mengangguk-angguk, lalu kembali menatap dirinya.
"Kamu masih bersama gadis itu?" tanyanya lagi. "Papi sudah meminta kamu agar putus dari gadis itu tapi kamu tidak melakukan?" sambung Purnawarman Harkat, menatap tegas putranya yang diam membisu yang kemudian menunjukkan senyuman tipis.
Kevin memandang ayahnya, lalu berkata. "Kenapa aku harus putus, Pi. Kenapa aku harus menjauh dari orang yang aku sayangi?" Kevin bukannya menjawab ia justru membalikkan pertanyaan ayahnya.
Kevin memperhatikan raut wajah ayahnya yang memerah menahan amarahnya."Kevin! Dengar suatu hari nanti dia juga akan meninggalkan kamu." seru Purnawarman.
Kevin sudah menduga ayahnya akan memberikan alasan yang sama. Ini bukan pertama kalinya sang ayah memperingatinya agar putus dari Cendana
Kevin menggeleng. "Papi sedang membicarakan diri sendiri, ya? Papi ditinggalkan Mami karena sikap Papi. Seharusnya Papi introspeksi diri—"
Perkataan Kevin terputus, kakinya mundur dua langkah saat menerima hantaman benda keras di pelipisnya disusul suara pecahan.
"Selalu saja menjawab saat Papi mengingatimu! Jangan membahas Mamimu itu!"
Kevin mengangkat wajahnya, menatap ayahnya yang baru saja melempar cangkir kopi padanya. Tangan Kevin terangkat saat merasakan sesuatu mengalir di wajahnya. Kevin menunduk melihat darah di jemarinya lalu ia melihat ayahnya
"Papi tidak mau mendengarkan alasan apa pun. Kamu harus memutuskan gadis itu atau Papi yang akan bertindak jika kamu tetap keras kepala mempertahankan hubungan yang tidak pasti."
Kevin terdiam cukup lama, pusing memenuhi kepalanya lalu ia melihat sang ayah berlalu pergi meninggalkan dirinya.
"Hubungan yang tidak pasti katanya? Aku bahkan udah berjanji akan selalu ada untuk orang yang aku cintai, Pi!" seru Kevin pada kekosongan. Memangnya apa yang harus Kevin harapkan dari ayahnya? Tidak ada, setiap tindakannya selalu dalam pengawasan ayahnya membuat Kevin tidak bebas dan hanya terpaku pada nilainya yang harus selalu sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUHI: Luka dan Trauma
Novela JuvenilTetap hidup atau mati. Keduanya bukan pilihan yang sulit, Ruhi hanya perlu memilih salah satunya. Memilih hidup artinya Ruhi akan menepati janjinya. Sementara jika memilih mati, maka Ruhi akan mengingkar janjinya dan mengaku kalah dari luka dan trau...