Bab 25. Ancaman Romi

149 7 0
                                    

Romi datang kembali untuk menemui Tina karena dia rindu anaknya dan masih berhak untuk datang. Romi duduk di teras rumah dan Tina keluar membawa anaknya.

"Halo anak Papa." Romi menggendong putranya.

"Bagaimana keadaan kamu?" Tanya Romi pada Tina.

"Baik." Tina memilih duduk di seberang Romi.

"Kenapa harus duduk di sana. Di sini dekat abang. Kita masih suami istri, asal kamu tahu. Tidak ada terucap kata berpisah dari abang."

"Gak apa biar abang leluasa gendong Arza."

"Duduk di sini Tina." Romi tidak terbantahkan.

Tidak ingin berdebat dan ribut dengan Romi apalagi di depan anak mereka maka Tina akhirnya duduk di samping Romi. Romi bahagia saat melihat istrinya itu dari dekat.

"Hari ini pulang dengan abang ya?"

"Gak mau Bang. Aku trauma dengan sikap abang. Nanti kalau aku atau Arza butuh sesuatu mendadak dan mendesak, abang malah membiarkan kami. Cukup Bang aku merasa sakit selama ini." Tina tetap tidak ingin kembali tapi Romi tidak mau berpisah.

Benar kata ibunya bahwa jangan sampai dia bercerai keempat kalinya.

"Abang akan berubah. Abang akan berusaha. Abang gak mau berpisah dengan kamu. Maafkan abang ya." Romi berharap bisa membujuk Tina.

"Tina masih belum bisa. Jangan paksa Tina Bang."

"Oke tapi kamu harus pikirkan ini ya. Pikirkan Arza juga. Abang hanya punya Arza. Abang gak mau kehilangan anak dan istri lagi."

"Tapi kemarin gak mikirin nyawa aku dan Arza." Tina menyindir

Romi diam, dia tidak merespon perkataan Tina karena pasti akan bertengkar. Setelah puas bermain dengan putranya, Romi pulang ke rumahnya.

***
Tina merasakan suhu badan putranya panas. Pantas saja Arza rewel sedari tadi. Awalnya suhu badan Arza normal tapi makin menjelang malam suhu badannya semakin tinggi. Tina dan orang tuanya membawa Arza ke rumah sakit dan Arza harus dirawat. Tina terlihat kacau dan sangat khawatir. Dia tidak tega melihat putranya sakit seperti ini.

Tina dan ayahnya mengurus administrasi agar Azra bisa segera mendapat kamar tapi mereka kekurangan biaya. Orang tua Tina sudah tidak bisa meminjam kepada siapa pun karena saat Tina menikah dan saat dia melahirkan, orang tuanya sudah banyak meminjam di banyak tempat. Hutang mereka belum sepenuhnya lunas.

Akhirnya Tina menemui Romi agar Romi membantu putra mereka.

"Ada apa Tina, malam-malam kemari? Kamu mau pulang ke sini? Mana Arza?"

"Arza sakit dan di rumah sakit. Bang tolong anak kita. Aku gak punya uang, kalau gak urus administrasinya maka Arza gak bisa diteruskan perawatannya."

"Bapak kamu banyak uang kan?"

"Gak ada Bang, hutang Bapak udah banyak. Tolong Bang." Tina memohon.

"Katanya gak perlu abang. Kamu bisa hidup tanpa abang tapi sekarang memohon. Abang bukan gak mau bantu tapi kamu terlalu sombong. Bagaimana pun kamu butuh abang, suami kamu dan papa dari anak kita. Abang akan bantu tapi kamu kembali sama abang. Tidak ada kata berpisah?"

"Iya Bang, Tina akan pulang. Ayo bang tolong Arza."

Romi dan Tina ke rumah sakit. Romi mengurus administrasi dan Arza bisa masuk ke ruang perawatan. Tina bahkan tidak menyangka Arza di rawat di ruang VIP.

Arza sudah tenang dan tidur lelap. Orang tua Tina juga sudah pulang.

"Bang."

"Apa?"

"Kerjaan Abang udah bagus ya? Kenapa abang bisa punya uang dan memilih kamar VIP ini?"

"Uang hasil jualan kain kan ada," Jawab Romi.

"Iya tapi kan gak banyak bang. Jawab yang jujur bang."

"Iya, kerjaan abang sekarang bagus. Abang kerja di perusahaan temannya abang dan  abang dapat posisi yang lumayan."

"Jadi benar ya kata tetangga Bapak saat itu?"

"Iya."

Tina diam, dia tidak bertanya apapun lagi dan nanti malah membuat Romi salah paham mengingat pria itu sangat pelit. Bagi Tina sekarang Romi mau membiayai biaya pengobatan putra mereka.

***
Orang tua Tina menyerahkan semua keputusan pada Tina. Mereka hanya mendukung Tina karena Tina memilih kembali pada Romi. Tina sebenarnya tidak ingin kembali tapi anaknya masih butuh Romi dan hasil dari jualan online belum bisa memenuhi semua kebutuhan Arza.

Romi senang karena Tina tidak jadi meminta berpisah darinya.

"Sekarang kalau kamu memikirkan Arza maka jangan membantah abang. Kalau abang jahat, abang gak akan tolongin Arza  abang gak akan minta kamu kembali jadi kali ini jangan mencoba membantah. Kalau kamu masih dengan sikap kamu itu maka abang akan lepaskan kamu tapi Arza akan abang bawa."

"Bang, Arza anakku. Abang gak bisa begitu."

"Bisa aja Tina. Kamu emang sanggup membiayai Arza? Makanya kalau gak mau jauh dari anak jangan melawan suami." Romi memiliki cara untuk mengikat Tina apalagi Tina tidak seperti mantan istrinya yang lain. Tina lemah begitu juga dengan keluarganya.

"Jangan Bang."

"Janji gak akan melawan abang. Turuti semua perkataan abang."

"Tapi abang akan berubah juga kan? Aku istri abang tapi abang selama ini seperti menganggap aku bukan istri abang. Abang terlalu perhitungan."

"Tina, sekarang kamu itu abang beri kemudahan. Kamu gak perlu pikirkan masalah rumah. Semua udah abang sediakan. Jadi nikmati ajalah."

"Uang belanja sepuluh ribu per hari. Aku mau beli sesuatu aja gak abang belikan. Aku mau pakai motor aja gak diizinkan. Abang bilang gak berhak. Sekarang arti aku apa bang bagi abang?"

"Intinya abang hanya ingin mempermudah kamu aja. Jelas abang gak izinkan kamu bawa motor. Gak aman juga kalau kamu yang bawa. Abang udah kerja banting tulang. Sekarang kamu mau terima semua itu apa gak atau abang bawa Arza sekarang." Romi mengambil Arza dari tempat tidur.

"Iya bang jangan bawa Arza. Tina akan ikuti semua kemauan abang." Tina menangis.

"Udah jangan nangis, nikmati aja jadi istri abang."

Tina tidak punya pilihan lain. Dia tidak memiliki kekuatan untuk lari apalagi orang tuanya sudah banyak berkorban. Mungkin memang takdirnya bersama Romi.

***
Tina tetap berjualan online diam-diam. Tugas dia hanya memposting dan dia juga bekerja dengan temannya. Bagaimana pun Tina harus memiliki uang sendiri. Walaupun tidak banyak tapi setidaknya jika perlu maka akan ada yang bisa dia gunakan.

"Abang pergi kerja. Jaga Arza dengan baik."

"Iya Bang." Tina menggendong Arza dan mengantar Romi sampai ke depan.

Setelah itu Tina masuk kembali ke dalam. Narsih mendekati menantunya untuk berbicara.

"Makasih ya Nak kamu gak jadi berpisah dari Romi."

"Ibu, itu karena Arza. Dia butuh papanya." Tina tidak akan memberitahu ibu mertuanya jika ada ancaman dari Romi padanya. Hanya karena dia lemah dan keluarganya juga hanya keluarga miskin. Adik beradiknya banyak dan dia tidak mau menambah beban kedua orang tuanya.

Hasil dari jualan onlinenya sebagian dia berikan pada orang tuanya untuk membantu membayar hutang pinjaman.

"Tina ke kamar ya Bu. Arza harus tidur dan minum susu. Tina udah masak subuh tadi dan ada di atas meja makan."

"Iya Nak. Kamu juga harus banyak makan dan yang bergizi. Kamu masih menyusui Arza. Minta Romi belikan buah dan makanan yang enak. Bilang aja demi anak kalian. Maaf karena abak ibu itu terlalu perhitungan."

"Iya Bu."

Tina masuk ke kamar. Dia menyusui Arza dan menangis. Romi sudah pernah berkata bahwa dia harus terus menyusui Arza jangan hanya selama enam bulan. Supaya Romi tidak cepat membelikan Arza susu formula. Sekarang usia Arza sudah sembilan bulan dan mungkin tidak lama lagi Tina sudah tidak akan memberikan ASI bagi Arza. Tina tidak tahu bagaimana nanti sikap Romi jika tiba saatnya Arza minum susu Formula.

Suami PelitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang