Bab 23. Baju Bayi Bekas

119 8 0
                                    

Tanpa terasa usia kandungan Tina sudah memasuki tujuh bulan dan itu tandanya sudah boleh untuk membeli perlengkapan bayi.

"Bang, kita udah boleh beli perlengkapan bayi. Ayo pergi beli Bang."

"Emang harus sekarang?"

"Gak harus hari ini juga tapi maksudku kita udah boleh beli keperluan untuk anak kita."

"Lihat-lihat aja dulu. Jangan beli yang mahal. Dipakai juga hanya sebentar. Sekarang aja,abang sedang libur."

Tina dan Romi naik motor menuju ke toko bayi. Kalau tidak pergi dengan Romi, Tina tidak boleh meminjam motor Romi. Tina tidak ada hak.

Mereka masuk ke dalam toko dan mulai melihat-lihat.

"Bang ini bagus. Harganya juga gak mahal. Kita beli aja beberapa dulu ya?"

"Gak, masih mahal itu."

Tina diam, Romi berjanji jika soal anak maka dia akan memenuhi tapi apa yang terjadi malah sebaliknya. Pria itu tetap pelit dan perhitungan. Akhirnya setengah jam di sana, mereka malah tidak beli apa-apa. Tina merasa tidak enak dengan pemilik toko tapi pemilik tokonya paham.

"Kenapa gak beli Bang?"

"Diam! Semua mahal itu. Nanti biar abang yang beli. Kamu duduk diam aja."

Tina tidak membantah jika Romi sudah seperti itu karena akan percuma saja. Lebih baik dia diam-diam beli dengan uang yang dia punya.

***
Romi membawa masuk dua kotak baju bayi dan beberapa perlengkapan bayi. Dia juga membawa satu box bayi.

"Tina," Panggilnya.

"Iya Bang." Tina keluar dari kamar.

"Ini barang yang kamu inginkan udah abang beli."

Tina melihat dan membuka kotak. Dia memperhatikan satu persatu baju bayi dan boxnya.

"Bang kenapa kotor begini. Gak semua sih, beberapa yang kotor."

"Tinggal kamu cuci apa susahnya sih."

"Gak susah hanya kenapa kotor. Abang beli di mana?"

"Beli di pasar barang bekas. Murah-murah di sana makanya bisa dapat banyak. Ya udah bawa masuk. Cuci aja setelah itu simpan di lemari."

"Bang kenapa tega sih." Tina sudah ingin menangis. Dia ingin yang terbaik untuk calon anaknya. Ini anak pertama mereka dan Tina ingin baju dan perlengkapan yang baru.

"Apalagi sih Tina, banyak banget keluhanmu."

"Bang, ini anak pertama kita. Kenapa abang tega belikan yang bekas. Seperhitungan itukah abang sampai gak mau beli yang baru?"

"Bacot! Bersyukur aja Tina jangan banyak maunya. Kamu itu bukan istri pengusaha. Kalau istri pengusaha sih boleh."

Tina menghapus air matanya. Romi tidak pernah berubah. Pantas saja dia ditinggalkan istri terdahulunya. Tina membawa baju-baju itu ke kamar dan memilihnya. Yang terlalu buruk dan kotor dia buang tanpa sepengetahuan Romi. Dia sudah membeli baju bayi yang baru tapi dia alamatkan ke rumah orang tuanya agar Romi tidak tahu. Saat melahirkan nanti dia juga akan tinggal di rumah orang tuanya. Dia butuh kewarasan setelah melahirkan karena melihat sikap Romi hampir membuat dia gila.

***
"Bang aku nanti setelah melahirkan tinggal di rumah Bapak dan Mamak sampai aku kuat ya?"

"Gak, di sini kan ada Ibu. Ngapain kamu harus ke rumah orang tuamu?"

"Di rumah orang tuaku ramai. Adik-adikku bisa membantu aku setelah melahirkan kalau di sini kan hanya ada Ibu dan aku gak mau membebani Ibu."

"Nak biarkan Tina ke rumah orang tuanya. Kamu juga di sana bersama dia." Narsih ikut membujuk Romi. Sekarang Narsih sudah berubah. Dia tidak ingin Romi gagal dalam pernikahan lagi.

Suami PelitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang