Narsih bangun dari tidurnya dengan tertatih. Kepalanya terasa sakit karena tidak diobati semalam. Dia keluar kamar dan melihat Romi ada di meja makan sedang minum kopi sambil melihat handphonenya.
"Nak." Panggil Narsih pelan.
"Ada apa Bu?" Romi bahkan tidak melihat ke arah ibunya. Dia tetap fokus pada handphonenya.
"Ibu minta obat untuk ke dokter. Kepala Ibu sakit."
Romi mengambil uang sepuluh ribu dari sakunya dan memberikannya pada ibunya.
"Ini."
"Gak cukup Nak. Ongkos ke dokter sama biaya berobat."
"Ke puskesmas aja. Di sana dokternya ada. Dekat dari rumah gak perlu ongkos." Romi menjawab ibunya tanpa memikirkan bagaimana keadaan ibunya.
"Tega kamu ya Nak. Ini ibumu bukan orang lain."
"Ibu sendiri yang mengajarkan pada Romi harus berhemat. Sekarang Romi menjalankannya Bu. Tidak mudah bisa mendapatkan uang."
"Tapi bukan seperti ini Nak. Kamu punya usaha sekarang, punya penghasilan jadi apa yang kamu khawatirkan. Lagipula Ibu yang akan ke dokter bukan orang lain." Narsih masih berusaha menjelaskan pada Romi agar dia dikecualikan dari sifat pelit Romi.
"Gak bisa Bu. Udah, aku harus ke toko. Kepalaku sakit kalau hanya mengurus masalah kecil ini." Romi pergi meninggalkan Narsih.
Dengan tangan gemetar, Narsih mengambil uang sepuluh ribu dan berjalan pelan menuju ke puskesmas. Kepalanya terasa sangat sakit karena didorong oleh Lastri semalam. Dia tidak menyangka menantu kesayangannya itu akan bersikap seperti itu.
***
Stok di toko Romi habis lagi dan dia harus membeli stok lagi tapi uangnya menipis. Dia tidak tahu kemana lari hasil penjualannya."Ardan, bagaimana kau membuat laporan keuangan? Kenapa aku merugi terus padahal stok cepat habis. Apa ada yang berhutang?"
"Abang kan selalu mengambil uang toko dan tidak pernah diganti. Beginilah jadinya," Jawab Ardan.
"Oh ya, aku mengambil tidak banyak. Bukan kau yang sudah memakan uang hasil penjualan?" Romi curiga.
"Oh jadi abang sekarang menuduh aku setelah aku membantu abang selama ini. Bagus sekali abang ya. Aku tidak terima tuduhan abang. Aku berhenti, silahkan abang urus sendiri." Ardan meninggalkan toko.
Romi mengacak rambutnya kasar. Kepalanya sakit karena dia harus membayar hutangnya juga. Dia menambah stok dan dia belum membayar belum lagi pinjaman di bank. Dia juga harus membagikan keuntungan penjualan dengan temannya karena mereka bekerja sama dan mereka sudah sepakat. Sedangkan sekarang uang yang ada di rekeningnya tidak banyak.
Karena dia sedang bingung dan harus mencari tahu kemana hasil penjualannya selama ini maka dia memulangkan awal semua karyawan tokonya dan menutup tokonya. Sekarang dia sendiri di dalam toko. Di dalam hati Romi tetap mencurigai Ardan. Romi ingat dia sudah memasang cctv tanpa sepengetahuan Ardan dan letaknya tertutup. Romi akan mencari tahu apakah Ardan yang sudah mengambil uang hasil penjualan toko.
Romi duduk di hadapan laptopnya dan melihat cctv. Semenjak dia memasang cctv itu, dia belum melihatnya. Saat itu dia masih berusaha untuk percaya pada Ardan dan juga dia sibuk. Sekarang dia akan buktikan. Jika Ardan tidak bersalah maka dia akan meminta maaf.
Romi tidak menyangka akan melihat sesuatu yang tidak ingin dia lihat. Tangan Romi bergetar dan dia mengatup bibirnya serta rahangnya mengeras menahan emosi. Di sana dia melihat perselingkuhan Lastri dan Ardan. Tidak hanya itu, Ardan juga sudah mengambil semua uang hasil penjualan. Bahkan Lastri ikut membantu Ardan.
Romi membanting semua barang yang ada di dekatnya. Dia hampir bangkrut dan itu karena orang terdekatnya. Yang dia kira baik ternyata yang menghancurkannya. Romi mendatangi rumah Ardan untuk meminta pertanggungjawaban Ardan tapi Ardan sudah pergi. Ardan kabur membawa uangnya. Romi segera pulang ke rumah untuk mencari Lastri. Wanita itu akan mendapatkan ganjarannya.
***
"Abang baru pulang." Sambut Lastri.Romi mendorong tubuh Lastri ke dinding dan menguncinya.
"Jelaskan apa ini." Romi menunjukkan rekaman cctv dari handphonenya.Lastri terdiam dan terkejut karena Romi bisa tahu masalah ini. Lastri tidak berani menjawab dan hanya bisa diam.
"Jawab Lastri!" Bentak Romi tapi Lastri tetap diam.
"Kau tahu, lelaki itu kabur membawa uangku. Aku bangkrut sekarang dan itu karena kau. Kau harus membayar semuanya Lastri."
Lastri menangis bukan karena dia menyesal sudah mengkhianati Romi tapi karena dia sudah ditinggalkan oleh Ardan padahal Ardan berjanji akan membawa dia pergi. Sekarang dia mengandung anak Ardan dan pria itu tega melakukan hal ini padanya.
"Dengarkan aku Lastri, aku akan melaporkan hal ini pada polisi. Ardan akan di tangkap sedangkan kau. Aku tidak akan menceraikanmu karena kau harus membayar semua dan menjalani hukumanmu bersamaku." Romi keluar dari kamar dan melihat ibunya sudah berdiri di sana mendengarkan semua perkataannya.
Wanita tua itu hanya bisa diam dan menangis. Kehidupan mereka hancur karena dia sudah menghasut Romi. Romi tidak mempedulikan ibunya, dia terus berjalan keluar rumah. Dia ingin mencari udara segar.
Romi menyesali apa yang sudah terjadi selama ini. Bayangan Lia melintas di pikirannya. Andaikan dia masih bersama Lia, sekarang pasti sudah bahagia. Lia tidak banyak menuntutnya berbeda dengan Lastri.
***
Romi menjual rumah dan mobilnya tapi toko kainnya masih bisa dia pertahankan karena temannya juga bisa memahami kesulitan yang sedang Romi alami. Romi pindah ke rumah yang kecil dan sempit. Sekarang hanya ada motor sebagai alat transportasi. Lastri tetap menjadi istrinya dan perempuan itu harus membayar apa yang dia perbuat."Ini uang sepuluh ribu. Uang belanja hari ini. Aku gak mau tahu itu cukup atau gak." Romi memberikan uang sepuluh ribu pada Lastri.
Lastri menatap uang sepuluh ribu itu. Dia ingin pergi meninggalkan Romi tapi dia tidak bisa karena dia tidak tahu mau kemana. Dia tidak punya uang untuk kabur. Dia kemarin terlalu percaya pada Ardan.
"Kenapa diam? Kau bukannya ingin selalu mengatur keuangan kan? Aku sudah memberimu uang."
"Aku mau melahirkan, apa abang udah siapkan uangnya?"
"Sudah nanti melahirkan di bidan aja. Aku gak akan bawa kamu ke rumah sakit, terlalu mahal."
"Tapi ini anak abang."
"Aku jadi ragu setelah melihat cctv. Diam dan ikuti saja apa kataku." Romi menatap Lastri dengan tatapan emosi karena dia mengingat kembali apa yang dia lihat di cctv.
"Bang." Lastri tetap berusaha agar Romi percaya anak yang dia kandung anak Romi karena Lastri tidak punya uang untuk melahirkan dan membesarkan anak yang ada di dalam kandungannya.
"Diam!" Bentak Romi.
Pria itu keluar dan menuju ke motornya. Dia akan pergi ke toko kainnya. Sekarang tokonya pindah ke toko lebih kecil. Bersyukur dia masih bisa mempertahankan tokonya walaupun harus memulai dari awal.
Di tengah jalan motornya mogok karena kehabisan bensin. Uang Romi hany tinggal lima ribu. Dia mendorong motornya untuk mencari bensin eceran karena dia hanya bisa beli seharga lima ribu rupiah.
Akhirnya dia menemukan bensin eceran di dekat lampu merah. Saat dia sedang menunggu, dia melihat Lia. Wanita itu berada di dalam sebuah mobil mewah. Sedang tertawa bahagia bersama seorang pria. Kaca mobil yang terbuka membuat Romi bisa melihat Lia. Rasa rindu muncul dari dalam hatinya tapi dia sadar dia sudah berbuat salah pada Lia. Sekarang Lia tampak bahagia lepas darinya. Romi menyesal tapi menyesal tiada guna.

KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Pelit
Roman d'amourhai, cerita ini juga ada di KBM ya dengan akun @putrinyabunda. Romi adalah pria dengan usia yang sudah matang tapi tujuan hidupnya belum jelas. Terlalu banyak rencana sampai tidak ada pencapaian dalam hidupnya. Banyak berkhayal tapi kurang usaha. D...