Romi mendapatkan surat dari pengadilan. Lastri mengajukan perceraian dan pengacara Lastri yang mengurusnya. Romi tidak akan mempertahankan Lastri apalagi wanita itu sudah mengkhianatinya.
"Lastri minta cerai?" Tanya Narsih.
"Iya dan Romi juga ingin bercerai darinya. Wanita kotor pengkhianat itu gak pantas untuk Romi."
"Ya sudah, cari wanita yang baik mulai dari sekarang atau mau ibu carikan?" Narsih kembali mencoba mengatur dan menentukan jodoh Romi.
"Terserah Ibu, aku terima aja."
"Besok ibu bawa perempuannya. Kali ini pasti baik gak kayak Lastri."
Romi kemudian berjalan keluar rumah. Dia duduk di teras rumahnya yang kecil. Malam ini bulan purnama bersinar terang. Romi mengambil rokoknya yang hanya sebatang dan menyulutnya. Dia hembuskan asap putih itu. Setelah berpisah dari Lia, hidupnya juga tidak terlalu bahagia. Rumah tangganya tidak bertahan lama dengan Lastri. Romi mengenang masa di mana dia bertemu Lia dan mereka menjalin kasih.
Lia baik padanya dan tidak peduli jika dia belum menjadi pria mapan dalam pekerjaan. Waktu Romi belum mendapatkan pekerjaan, Lia yang selalu membayar setiap mereka makan. Mereka bahkan makan di restoran yang mahal.
Lia tidak masalah naik motor butut padahal motor Lia lebih bagus dari Romi tapi wanita sebaik Lia malah Romi sia-siakan. Romi menyesal juga tidak ada gunanya. Belum habis rokok yang dia hisap, Romi sudah membuangnya. Dia masuk ke kamarnya dan memilih untuk tidur.
***
"Saya beli banyak, masa gak bisa kurang harganya?" Seorang wanita berkata dengan nada kesal pada Romi."Maaf bu tapi memang gak bisa kurang."
"Pelit, ya udah deh. Ini uangnya." Wanita itu membayar kemudian segera pergi.
Semakin hari semakin sepi pelanggan yang datang. Romi menjual kainnya dengan harga pasar tapi masih saja dia dianggap menjual mahal atau pelit dan tidak mau memberikan potongan harga.
Narsih datang bersama seorang wanita. Dia mengantarkan makan siang untuk Romi.
"Nak ini makan siangmu sekalian ibu mau mengenalkan kamu dengan Dita. Cantikkan, serasi dengan kamu."
"Halo bang, saya Dita." Perempuan manis itu mengulurkan tangannya dan Romi menyambutnya.
"Halo." Romi canggung.
"Kalian bicara aja ya sekalian makan siang. Ibu pulang dulu." Narsih meninggalkan Dita dan Romi.
"Kamu kegiatannya apa?" Tanya Romi.
"Kerja bang."
"Kerja apa?"
"Tukang jahit bang."
Romi menarik nafas lega saat mendengar pekerjaan Dita. Setidaknya Dita bukan wanita karir yang mapan dan pekerjaannya lebih baik dari Romi.
"Kerjaan kamu bagus. Sekarang susah cari tukang jahit." Romi berencana akan menjadikan Dita tukang jahit di toko kainnya jadi dia bisa mendapatkan keuntungan lebih. Orang membeli kain padanya dan jahit pada dirinya juga karena Dita akan segera dia nikahi. Menikahi Dita akan ada keuntungan jadi Romi tidak akan rugi menafkahi Dita karena wanita itu juga menghasilkan uang.
***
Malam minggu ini Romi mengajak Dita berkeliling."Mau makan di mana?" Tanya Romi.
"Bakso di samping toko perlengkapan bayi aja. Toko yang besar itu," Jawab Dita.
"Ya udah ayo ke sana." Romi mengarahkan motornya ke warung bakso yang Dita maksud.
"Ramai ya." Romi melihat warung bakso yang ramai dan antri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Pelit
Romancehai, cerita ini juga ada di KBM ya dengan akun @putrinyabunda. Romi adalah pria dengan usia yang sudah matang tapi tujuan hidupnya belum jelas. Terlalu banyak rencana sampai tidak ada pencapaian dalam hidupnya. Banyak berkhayal tapi kurang usaha. D...