Bab 16. Jual Motor Demi Beli Motor Bekas

119 8 0
                                    

Pagi harinya Dita bangun dan melihat Romi masih lelap tertidur. Selembar uang sepuluh ribu sudah Romi letakkan di atas meja. Uang belanja hari itu. Dita menghembuskan nafas berat. Uang segitu sangat tidak cukup membeli sayuran  sering kali Dita menambah uang belanja dengan uang pribadinya.

Dita memutuskan untuk mandi dan pergi ke pasar. Kali ini dia menambah uang belanja dengan uang pribadinya walaupun tidak banyak.

Sesampainya di rumah, di meletakkan belajaannya di dapur.

"Beli apa?" Tanya Narsih.

"Tahu tiga buah, bayam satu ikat, beli bawang sama penyedap rasa. Uangnya gak cukup." Narsih tidak tahu apakah ini termasuk mengeluh tapi dia hampir tidak sanggup jika Romi selalu seperti ini.

"Ya udah di masak aja. Bersyukur ada uang belanja hari ini."

Dita kemudian masak dan setelah itu membangunkan Romi untuk sarapan.

"Ini kunci toko, pergi duluan." Romi memberikan kunci toko pada Dita.

"Mau ngapain bang? Kenapa gak sama-sama perginya."

"Abang mau nge-gym."

"Buang-buang duit bang, ngapain sih? Abang bilang kan harus hemat." Dita sengaja menekankan kata harus hemat karena Romi mau ke Gym tapi uang belanja tidak pernah berubah jumlahnya.

"Gak dong, ini untuk kesehatan aku. Oh iya, aku juga mau beli motor. Motor bekas sih tapi masih bagus."

"Motor abang yang sekarang masih bagus. Abang beli motor lagi buat apa. Mending beli motor baru, ini malah motor bekas. Sama aja abang pakai motor bekas lagi." Dita tidak habis pikir dengan pikiran Romi.

"Motor yang mau abang beli masih termasuk keluaran baru. Biarpun bekas tapi masih termasuk baru kalau dilihat dari tahun keluarannya." Romi tetap pada keinginannya.

"Emang berapa harganya? Punya uang abang. Kata abang aja abang baru mulai bangkit." Dita masih berusaha untuk memberikan Romi pengertian bahwa jangan sampai dia salah langkah.

"Abang ambil kredit."

"Sayang banget kredit untuk motor bekas. Mending langsung motor baru."

"Gak mampu per bulannya kalau yang baru. Udahlah jangan banyak ngatur." Romi jadi kesal.

Melihat hal itu, Dita juga tidak peduli. Dia langsung ke toko. Romi memang keras kepala tapi kalau sudah jatuh, orang lain yang akan dia salahkan.

***
Siang harinya, Romi ke toko sudah dengan motor barunya atau lebih tepatnya motor bekas yang baru dia beli.

"Bagus kan?" Romi menunjukkan pada Dita.

"Yang lama masih bagus. Ini hanya menang ke modelnya aja." Jawab Dita.

"Perempuan tahu apa. Gak tahu motor kamu tuh." Wajah Romi cemberut tapi Dita tidak peduli.

"Berapa harganya?" Tanya Dita.

"20 juta."

"Mahal, ingat ya bang bayar angsurannya jangan gak. Ingat juga abang masih ada angsuran lain. Harus mulai nambah stok kain juga."

"Bawel, diam!" Romi masuk ke dalam toko dengan kesal.

Dita hanya diam setelah dibentak Romi. Dia tidak menyangka Romi memiliki sikap seperti ini. Pelanggan yang baru datang langsung memandang Dita karena dia dibentak Romi di depan orang lain.

***
Asisten Satria datang sambil membawa katalog kain dan beberapa model pakaian dari pada bridesmaid.

"Mbak Dita, ini ada beberapa model yang diinginkan para bridesmaid calonnya pak Satria. Kira-kira bisa gak mbak Dita membuatnya?"

Suami PelitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang