Bab 2. Pindah Rumah

222 17 0
                                    

Romi sedang duduk di atas tempat tidur bersama Lia. Dia ingin membicarakan soal permintaan mertuanya agar mereka pindah ke rumah Lia.

"Aku mau bicara."

"Bicara apa bang? Serius banget."

"Abang ketemu papa dan papa minta kita pindah ke rumah kamu. Katanya di sini terlalu kecil. Papa kamu gak tega lihat kamu menderita padahal abang gak mungkin bawa kamu menderita."

"Maklumi aja papa bang. Papa memang seperti itu kepada semua anaknya. Yakin deh papa gak mungkin anggap abang akan membuat aku menderita." Lia tahu Romi tersinggung dan dia berusaha untuk meredakan emosi Romi.

"Iya tapi papa maksa kita harus pindah. Abang hanya gak suka masalah rumah tangga kita dicampuri seperti ini."

"Ya udah jangan emosi. Gak mau pindah ya udah gak usah pindah."

Romi dia tapi dia melihat raut wajah kecewa istrinya. Jelas bahwa Lia juga ingin pergi dari rumah kontrakkan sempit ini.

"Kita cari rumah saja. Kita kredit dan itu milik kita berdua, bagaimana?"

"Terserah abang aja. Kalau abang merasa kita mampu untuk mengangsurnya, aku ikut aja." Lia tidak akan menolak karena membuat Romi akan semakin tersinggung padahal dia tahu dengan jumlah gaji Romi itu akan sulit untuk mengajukan kredit rumah. Gaji Romi masih kecil dan kemungkinan akan sulit lolos.

"Besok abang akan cari informasinya dan jika sudah menemukan maka abang baru akan mengabari kamu tapi abang juga gak mau membuat papa kecewa. Kita sementara pindah ke rumah kamu tapi saat kita sudah bisa kredit rumah maka kita akan segera pindah ke rumah milik kita berdua." Romi bagaimana pun akan tetap menghargai mertuanya walaupun itu bertentangan dengan hatinya.

"Abang yakin mau pindah sementara ke rumah aku?"

"Iya."

"Ya udah, aku ikut abang aja."

***
Hari ini Romi dan Lia pindah. Sebuah mobil pick up sudah menunggu di depan gang. Barang bawaan mereka tidak banyak jadi mobil pick up saja sudah cukup.

"Nak pindah ke?" Tanya seorang ibu tetangga Lia dengan logat Melayunya.

"Iya bu." Jawab Lia.

"Ngape pula pindah? Udah beli rumah baru ke?"

"Gak kok bu, rumah lama. Di sini juga sering banjir."

"Wajarlah pindah, kau nih kan anak orang kaye. Anak orang mampu mane cocok tinggal di sini."

Lia mulai kesal dengan mulut ibu tetangganya ini. Romi sudah pasti dengar dan pria itu bisa tersinggung.

Romi yang berdiri tidak jauh dari sana sudah mulai berubah kesal. Terlihat jelas dari wajahnya.

"Lia, ayo pergi." Ucapnya dengan nada yang tinggi.

"Permisi ya bu." Lia berpamitan dan segera masuk ke dalam mobil pick up.

Sepanjang perjalanan Romi hanya diam. Lia tahu Romi pasti sudah tersinggung dengan perkataan ibu tadi. Bagaimana pun Roni merasa harga dirinya terluka jika dikaitkan dengan kehidupan keluarga Lia yang lebih dari berkecukupan.

Akhirnya mereka sampai di rumah milik Lia. Romi cukup terkejut dengan rumah itu. Dia tidak menyangka Lia memiliki rumah sebesar itu. Dia semakin terasa kecil di hadapan Lia. Wajar jika orang tua Lia tidak suka padanya karena ternyata Lia memiliki rumah sebesar ini dari pemberian papanya.

"Ayo bang." Lia menarik tangan Romi.

Barang-barang diturunkan dari mobil dan di bawa masuk ke dalam rumah. Rumah Lia sudah terisi dengan perabotan jadi sekarang rumah itu terasa sudah lengkap.

Suami PelitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang