Bab 27. Gym

120 13 0
                                    

Tina menghampiri Romi sambil menggendong Arza.

"Bang dari mana? Kenapa baru pulang sekarang?" Tina melihat jam sudah menunjukkan pukul delapan malam.

"Abang pulang kerja langsung nge-gym."

"Kata abang gak boleh boros, kenapa sekarang malah ke tempat seperti itu?"

"Kenapa emangnya? Jangan ngatur abang. Gak mahal dan abang butuh ke tempat seperti itu. Udah diam aja kamu." Romi masuk ke dalam kamar dan membuka pakaiannya.

"Bang, aku mau izin nginap di rumah Mamak. Bapakku sakit jadi aku mau bantu Mamak. Arza aku bawa biar kamu gak repot."

"Terserah, abang gak antar. Capek banget."

"Iya."

Tina membawa hampir semua pakaiannya. Dia dijemput oleh adiknya. Bukannya Tina mau kabur tapi dia hanya memiliki firasat buruk.

"Kak, Bang Romi tega benar gak antar kakak ke rumah. Ada suami begitu." Alya, adiknya Tina menggerutu.

"Udahlah yang penting kamu bisa jemput kakak sekarang. Biarkan aja Bang Romi, emang dia begitu."

Alya kasihan melihat kakaknya yang dia anggap menikah dengan orang yang salah.

***
Sikap acuh Romi semakin menjadi. Tina merasa Romi tidak menganggap dia sebagai seorang istri. Jika Tina tidak menghubungi Romi terlebih dahulu maka Romi tidak akan menghubunginya padahal ada Arza di antara mereka. Romi bahkan tidak menjenguk mertuanya yang sakit. Tina bersyukur hasil jualan onlinenya berkembang dan Tina bisa menabung lebih banyak. Sisa hutang orang tuanya bisa dia lunaskan.

"Ada apa Nak?" Tanya Ibunya saat melihat Tina bingung.

"Mak, orderan yang masuk banyak. Tina mungkin akan sibuk sekali. Bagaimana dengan Arza ya? Mamak kan harus jaga Bapak terus Alya dan adik yang lain sekolah."

"Mamak bisa jaga anak kamu. Bapak kamu udah mulai membaik. Jangan suruh Romi yang jaga. Lihat aja udah sebulan kamu di sini, ada gak sekali aja dia datang jenguk Bapak. Lihat keadaan kamu dan Arza bahkan nafkah tidak dia beri. Suami seperti itu jangan dipertahankan."

Tina tahu orang tuanya kecewa pada Romi bahkan dia sendiri juga kecewa. Perlahan Tina akan mengumpulkan uang dan dia akan meninggalkan Romi. Dia akan menjadi wanita yang sukses dan tangguh. Romi tidak bisa seenaknya dengan dia hanya karena dia tidak berpendidikan dan keluarganya miskin tidak seperti mantan-mantan istri Romi terdahulu.

"Makasih ya Mak, titip Arza. Kebutuhan Arza ada di meja. Aku mau ke tempat temanku mungkin malam baru pulang."

"Iya Nak, hati-hati ya."

Tina kemudian segera pergi bekerja. Dia harus bisa membahagiakan orang tua dana anaknya.

***
Romi masuk ke tempat gym dan  mulai berlatih.

"Awal bro," Ucap seorang pria.

"Yups, kebetulan pulang kerja awal."

"Bukannya mau nungguin tante Mila."

"Asal aja kau. Aku emang pulang kerja awal." Romi menghindar.

"Udahlah, tante Mila udah zumba di atas. Sana temui kayak biasa. Jangan ditutupi lagi. Kita semua tahu kau itu mainannya tante Mila." Pria itu tertawa.

"Sialan kau." Romi tertawa. Dia memang akhir-akhir ini tergila-gila dengan tante Mila. Bagaimana tidak, setiap kali bersama tante Mila pasti wanita itu yang menanggung semua biaya. Romi hanya harus menemani dan memuaskan tante Mila bahkan Romi sering mendapatkan uang jajan.

Romi segera naik ke atas dan menghabiskan waktu bersama tante Mila.

***
Tina pulang saat hari mulai larut malam. Tubuhnya lelah tapi dia tetap bertahan demi anaknya. Dia masuk ke dalam rumah dan Alya menyambutnya.

"Kak, aku lihat Bang Romi sama tante-tante. Mesra lagi tuh. Mereka masuk ke dalam mobil habis pulang dari tempat gym."

Jantung Tina berdetak kencang saat mendengar laporan Alya. Baru saja dia pulang kerja tapi sudah dapat berita seperti ini. Dia tidak memiliki tenaga untuk menanggapinya tapi dia tidak mungkin hanya diam.

"Salah lihat kali." Tina mencoba untuk tidak percaya.

"Beneran kak. Besok aku ajak kakak lihat ke sana. Udah beberapa kali aku lihat kak." Alya merasa yakin.

Tina hanya diam tapi memang dia penasaran. Tidak ada salahnya dia besok melihat langsung ke sana. Dia masih istri Romi dan dia berhak.

Keesokkan harinya dia bersama Alya menuju ke tempat gym. Mereka datang menjelang sore saat Romi akan pulang kerja. Mereka menunggu di bawah pohon yang tidak jauh dari sana. Mereka berdua terlindungi oleh sebuah mobil yang parkir. Jantung Tina berdetak kencang. Baru kali ini dia berani dan akan memergoki Romi. Jika benar Romi berselingkuh maka Tina akan mundur. Sudah cukup kesabaran Tina selama ini.

"Kak lihat." Alya menunjuk ke arah parkiran.

Romi datang dengan motornya sepulang kerja. Tina mencoba menghubungi Romi dan ingin melihat apakah Romi akan jujur.

"Halo, abang di mana?" Tina menelepon Romi.

"Masih di kantor, jangan ganggu." Romi memutuskan sambungan telepon.

Tina hanya bisa tersenyum saat mengetahui kebohongan Romi. Berarti sekarang sudah tidak ada alasan baginya untuk bertahan dengan pria seperti itu.

"Kak." Alya merasa iba dengan kakaknya. Dia sempat menyesal telah memberitahu hal ini pada kakaknya.

"Kakak gak apa. Kita tunggu sampai Bang Romi keluar bersama tante-tante itu." Tina berdiri sambil terus melihat ke arah tempat gym itu.

Sekitar dua jam akhirnya Romi keluar  bersama seorang wanita. Mereka berangkulan dan tertawa. Tina berjalan mendekati Romi tapi dia tidak memanggil Romi. Sedangkan Alya dengan inisiatif dirinya merekam Romi dan wanita itu.

Romi melihat Tina dan wajah Romi seketika berubah. Tina tidak menyapanya hanya tersenyum kemudian berbalik pergi bersama Alya. Bagi Tina sudah cukup Romi tahu keberadaannya dan surat cerai yang akan dia ajukan. Ada saksi dan ada bukti jadi permohonan cerainya pasti akan segera beres.

***
Romi banyak diam bahkan setelah dia memuaskan tante Mila. Dia juga tidak mengejar Tina dan memberikan penjelasan atau minta maaf dan mengakui kesalahannya.

"Kamu kenapa sih, diam aja. Tante gak suka kamu begini. Tante udah keluarkan biaya banyak selama kita bersama jadi beri tante kepuasan." Mila protes karena merasa rugi sudah mengeluarkan uangnya untuk Romi.

"Maaf tante. Sekarang tante mau apa? Romi turuti sebagai permohonan maaf."

"Temani tante sampai tante puas."

"Baiklah."

Romi melupakan Tina dan anaknya saat ini. Dia mementingkan kesenangannya semata dan dia yakin Tina akan memahaminya.

Esok harinya Romi pulang ke rumah. Dia langsung masuk ke kamar. Karena hari ini dia libur maka dia memilih untuk tidur. Dia juga lelah sudah menemani tante Mila semalaman.

"Romi." Panggil Narsih dan langsung masuk ke dalam kamar.

"Apa sih Bu?"

"Apa yang terjadi antara kamu dan Tina?"

"Gak ada yang terjadi Bu." Romi tidak mau menceritakan tentang Tina yang melihat dia bersama tante Mila.

"Gak mungkin gak terjadi sesuatu. Tadi Tina dan mamaknya kemari. Mamaknya berpamitan sama Ibu. Tina juga membawa semua pakaian dia dan Arza. Surat  cerai akan dia urus,katanya."

Romi bangun dan dia melihat ke lemari. Tidak ada lagi pakaian Tina bahkan pakaian putranya. Romi tidak menyangka Tina akan seberani ini. Dia pikir Tina akan tetap bertahan padanya.

"Romi ke rumah mamak dan Bapak dulu."

"Nak, selesaikan masalah kalian. Kamu gak malu gagal berumah tangga terus. Tina itu baik Nak. Kamu dan dia juga sudah ada anak. Bicara dengan dia baik-baik." Narsih tidak ingin Romi gagal menikah lagi. Dulu dia sudah menjadi mertua yang buruk bagi para mantan menantunya jadi sekarang dia tidak ingin mengulang kesalahan lagi. Dia berharap rumah tangga Romi bisa baik-baik saja.

Suami PelitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang