Bab 14. Harga Diri Sebesar 300 Ribu

141 11 0
                                    

Romi menatap keluar toko kecilnya yang memang berada di tepi jalan. Dia melihat kendaraan yang berlalu lalang. Dia lelah karena dia sudah berusaha sekuat tenaga untuk bisa berhasil tapi dia ditipu. Dia ingat Lia pernah bertanya padanya apakah dia yakin untuk terus  menekuni bisnis ini karena Romi tidak pernah punya pengalaman.

Hari ini dia harus membayar gaji karyawannya tapi uangnya semakin menipis.

"Pak, udah sore. Sudah saatnya kami pulang. Bisa tolong bayarkan gaji kami?" Ucap seorang karyawan.

Romi membuka laci dan memberikan gaji pada karyawannya tapi mereka kecewa karena gaji mereka di kurangi bahkan sudah dua bulan ini.

"Maaf Pak, saya mengundurkan diri. Saya tidak akan bekerja di sini lagi."

Romi menganggukkan kepalanya tapi semua karyawannya malah berhenti. Sekarang Romi sendirian dan dia harus memutar otaknya. Dia pulang ke rumah dan meminta Lastri serta ibunya ke toko untuk membantu dia karena dia sudah tidak punya karyawan.

"Aku gak mau kerja di toko." Lastri menolak.

"Mau makan gak kamu? Kalau mau cepat kerja!" Bentak Romi.

Romi menjual murah kain di tokonya agar banyak pembeli yang datang bahkan dia memberikan diskon besar jika membeli dalam jumlah banyak. Dia mempromosikan di media sosialnya.

***
"Kak, mau ditemani gak cari kain untuk bridesmaid kakak?" Tanya Lia.

"Kamu mau temani kakak?" Tanya Arzeta.

"Mau, aku mau membantu kakak di pernikahan kakak ini."

"Ya udah, kakak lihat di media sosial ada toko kain lagi banting harga. Kualitas kainnya juga bagus tapi...."

"Tapi apa?" Tanya Lia.

Arzeta menunjukkan handphonenya dan Lia baru tahu bahwa toko kain itu milik Romi.

"Udah bangkrut dia jadi pakai cara ini," Kata Arzeta.

"Ayo ke sana." Lia tersenyum penuh arti.

Akhirnya dia dan Arzeta menuju ke toko kain milik Romi. Romi melihat sebuah mobil mewah terparkir di depan toko. Dia langsung bangkit dari duduknya untuk melayani pembeli. Saat itulah dia melihat Arzeta dan Lia keluar dari mobil. Kedua wanita itu masuk ke toko dan melihat lihat.

"Mau cari kain apa kak?" Tanya Romi ramah seolah dia tidak mengenal Arzeta dan Lia. Dia malu karena sudah sombong dan menyakiti Lia.

"Punya kain warna ini?" Arzeta menunjukkan gambar contoh kain yang dia inginkan.

"Ada kak, mau berapa meter?"

"Lihat dulu kainnya, siapa tahu gak bagus." Arzeta berkata sambil melihat kain yang lain sedang Lia hanya diam.

"Lastri, ambil kain ini."

Lia melihat Lastri dengan susah payah mengambil kain ke belakang dengan perutnya yang membesar. Lia pikir kandungan perempuan itu sudah sembilan bulan dan akan segera melahirkan. Lia juga melihat Narsih sedang melayani pembeli lain yang baru datang. Mantan mertuanya itu tampat sakit-sakitan dan tidak berani menatap Lia.

"Bagaimana kak?" Tanya Lia.

"Kakak beli semua yang warna ini." Jawab Arzeta.

"Berapa totalnya kak?"

"5 juta."

"Ini 300 ribu kak sekalian masukkan ke sana." Lia memberikan tiga lembar uang seratus ribuan.

"Untuk apa?" Tanya Arzeta bingung.

"Membayar harga diri lelaki pelit yang tidak tahu diri. Ini adalah uang nafkah yang dia berikan." Lia berkata sambil menatap Romi dengan tatapan sinis.

Suami PelitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang