Bab 19. Bercerai, Nikah Lagi

195 8 0
                                    

Romi terlihat santai padahal Dita sudah pergi dari rumah. Dia tidak ingin bersusah payah untuk membujuk istrinya itu. Romi selalu menganggap remeh segala masalah.

"Nak, jemput Dita kembali. Kamu mau bercerai lagi?" Narsih duduk di dekat Romi.

"Biarin aja, Romi juga gak begitu cinta dengan dia. Romi gak suka istri pelawan seperti itu. Lebih baik bercerai dan nanti Romi akan cari istri baru." Romi menjawab ibunya.

"Enteng sekali mulutmu Nak. Jika kamu bercerai dengan Dita berarti udah tiga kali pernikahan kamu gagal. Kamu gak malu? Teman-teman kamu aja gak ada yang seperti kamu." Narsih sebenarnya sudah tidak sanggup untuk menasihati Romi tapi itu sudah menjadi tugasnya sebagai ibu.

"Ibu jangan ikut campur soal kehidupanku. Aku tahu Bu,apa yang baik untukku." Romi beranjak dari duduknya dan pergi.

Narsih hanya bisa menghembuskan nafas berat dan dia berharap Romi bisa berubah. Dia hanya ingin Romi menikah, punya anak dan hidup bahagia.

Romi dengan motornya berkeliling kota. Dia berhenti di sebuah warung kopi dan duduk di sana. Mata Romi menangkap sosok Lia beserta Satria dan anak mereka. Romi ingin mengakui bahwa anak itu adalah anaknya dan Lia dan memang seperti itu seharusnya tapi dia sendiri yang tidak mengakui. Sekarang Romi menyesal tapi dia ingin melihat anaknya lebih dekat. Romi memberanikan diri mendekati Lia.

"Lia," Panggilnya.

Lia yang sedang menggendong Radit sambil melihat Satria memasukkan belanjaan mereka ke mobil, terkejut dan otomatis melihat ke arah Romi. Wajah Lia langsung berubah tidak senang saat melihat Romi. Dia sudah tidak ingin berhubungan lagi dengan Romi. Mereka sudah selesai dan sekarang dia sudah bahagia bersama Satria.

"Mau apalagi sih?" Tanya Lia ketus.

Satria menatap Lia kemudian dia melihat ke arah Romi. Sebagai suami Lia, dia harus melindungi istrinya itu.

"Lia, abang mau lihat anak kita."

"Bang tolong gendong Radit dan masuk aja ke dalam mobil." Lia memberikan Radit pada  Satria.

"Iya sayang, abang tunggu di dalam mobil."

Lia menatap Romi dengan tatapan sinis.
"Anak kita? Hei Romi ingat ya, kau sendiri yang bilang itu bukan anakmu. Sekarang mau mengakui anakku sebagai anakmu. Jangan harap ya. Papanya anakku adalah Bang Satria bukan kau! Sekarang pergi dan jangan ganggu aku lagi. Aku akan suruh papa untuk menghabisimu kalau kau masih mendekati aku dan anakku."

Baru kali ini Lia memberikan peringatan sampai mengancam pada Romi. Romi tidak menyangka Lia akan seperti ini. Salahnya sehingga Lia bisa berubah seperti ini. Romi hanya terdiam saat melihat Lia masuk ke dalam mobil dan mobil menjauh. Sudah tidak ada harapan dan kesempatan baginya untuk bisa menemui anaknya. Romi pulang dalam keadaan lesu.

***
Dita ternyata ingin bercerai dengan Romi. Lagi-lagi Romi mendapatkan surat panggilan dari pengadilan dan karena Romi juga tidak ingin mempertahankan pernikahannya dengan Dita yang seumur jagung makanya proses perceraian mereka sangat cepat. Tidak butuh waktu lama, Romi sudah menyandang status duda lagi. Narsih juga tidak ingin menjodohkan Romi lagi. Biarkan saja Romi mencari istri lagi sesuai keinginan dia.

Narsih hanya bisa menarik nafas saat melihat Romi hanya meninggalkan uang sepuluh ribu untuk belanja setiap harinya. Narsih hanya bisa membeli tahu dua keping, telur satu butir dan satu ikat bayam. Di Pontianak mana ada yang murah. Romi semakin pelit apalagi dia beralasan usahanya belum ada peningkatan. Naesih baru bisa makan enak jika ada hajatan yang dilaksanakan oleh tetangganya dan dia diundang.

Hari ini Romi kembali nongkrong di warung kopi sepulang dia berjualan. Jam lima tokonya sudah tutup. Memesan satu gelas kopi, Romi duduk sambil menikmati pemandangan di mana jalanan ramai dan macet karena jam pulang kerja. Sebenarnya bukan hanya itu alasan Romi nongkrong di warung kopi ini tapi dia sedang ingin melihat gadis pujaannya yang bekerja di toko di samping warung kopi ini.

Suami PelitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang