Lia bangun di pagi hari dan melihat ibu mertuanya sudah terlebih dahulu bangun dan sudah berada di dapur untuk menyiapkan sarapan pagi.
"Pagi bu." Lia melihat ke arah jam dinding dan baru pukul empat pagi.
"Pagi, kenapa siang bangunnya?"
Lia hanya bisa terdiam mendengar perkataan ibu mertuanya. Ini masih jam 4 pagi dan dia masih dibilang bangun kesiangan. Lia hanya bisa menarik nafas panjang dan menghembuskannya pelan. Mencoba untuk tidak mengambil hati perkataan ibu mertuanya.
"Kamu gak belanja? Kenapa di kulkasmu gak banyak bahan makanan?"
"Kami baru pindah bu mungkin nanti baru Lia belanja."
"Oh ya udah." Wanita tua itu meletakkan mangkuk ke atas meja.
Lia melihat mertuanya sudah membuat bubur ayam dan pasti yang dihidangkan di meja adalah untuk Romi.
Lia berjalan kembali menuju ke kamarnya untuk membangunkan Romi.
"Bang bangun." Dia menepuk pelan pundak Romi. Tidak lama kemudian pria itu membuka matanya.
"Bangun, abang harus kerja. Ibu udah siapkan sarapan." Lia membalik tubuhnya dan akan berjalan keluar kamar.
"Kamu biarkan Ibu bangun awal dan buatkan sarapan?"
"Aku gak tahu kalau Ibu udah bangun. Saat aku bangun tadi, Ibu sudah di dapur dan sudah buat sarapan."
"Bangun lebih awal Lia. Tega kamu dengan Ibu yang setua itu." Romi mulai menyalahkan Lia.
"Bang, aku juga biasa bangun jam segini. Ini jam 4 subuh dan aku gak tahu kalau Ibu udah bangun. Aku juga gak akan biarkan ibu melakukan itu. Kenapa sih abang nyalahin aku terus?" Lia mulai terpancing emosinya.
Dia memilih masuk ke kamar mandi untuk mandi dan setelah itu dia akan pergi bekerja lebih awal. Dia benar-benar kesal dan tidak ingin berdebat dengan Romi.
Romi diam dan dia memilih keluar kamar. Dia duduk di kursi meja makan dan melihat sarapan yang sudah Ibunya siapkan.
"Sarapan dulu nak," Ucap Narsih.
"Iya bu."
Romi menyantap bubur buatan ibunya. Baru saja dia selesai sarapan, dia melihat Lia keluar kamar sudah berpakaian rapi dan membawa tas kerjanya.
"Aku pergi dulu." Lia pamitan dengan suaminya dan Ibu mertuanya.
"Hati-hati." Hanya kata itu yang diucapkan Romi.
Lia tersenyum tipis sambil berlalu. Bahkan dia tidak ditawari untuk sarapan. Lia melajukan motornya dan ke rumah orang tuanya. Lia yang sudah terlanjur kesal hanya menuruti egonya.
"Gak kerja kamu?" Tanya Arzeta saat melihat Lia datang ke rumah.
"Kerja, aku mau sarapan di sini sekalian mau ambil mobil. Mau tukar motorku dengan mobilku."
Arzeta tertawa karena dia seperti melihat adiknya yang dulu. Inilah Lia yang dia kenal. Semenjak menikah dengan Romi, Arzeta melihat adiknya banyak berubah.
"Kenapa tertawa?"
"Senang aja akhirnya adikku kembali. Pasti sakit hati dengan suami miskin kamu itu ya? Udah kere banyak gaya pula." Arzeta berkata sinis dan Lia tertawa.
Dua hari ini berselisih dengan Romi membuat Lia sangat kesal dan dia tidak suka dengan sikap Romi yang selalu menyalahkannya. Dia sebenarnya bisa bersikap sombong atau meremehkan Romu tapi dia tidak mau karena dia tahu Romi suaminya dan dia harus menghormati suaminya. Suaminya adalah pemimpinnya dan kepala rumah tangga. Tapi dua hari ini Romi selalu menyalahkannya dan bersikap kasar saat mereka di ranjang, itu yang membuat Lia kesal dan keegoisannya muncul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Pelit
Romancehai, cerita ini juga ada di KBM ya dengan akun @putrinyabunda. Romi adalah pria dengan usia yang sudah matang tapi tujuan hidupnya belum jelas. Terlalu banyak rencana sampai tidak ada pencapaian dalam hidupnya. Banyak berkhayal tapi kurang usaha. D...